21
4.3.3 Sistem Manajemen Basis Model
Sistem ini terdiri dari model-model matematika yang digunakan untuk megelola data sehingga diperoleh solusi akhir yang diinginkan. Model-model tersebut memiliki fungsi tertentu dan
saling berhubungan terdiri dari : 1.
Model Prakiraan Permintaan Produk
Model ini digunakan untuk memprakirakan jumlah permintaan produk selama periode estimasi. Input data dari model ini adalah data pengiriman produk. Teknik estimasi
yang disediakan metode peramalan deret waktu time series. Penggunaan teknik prakiraan disesuaikan dengan pola data dan model prakiraan yang memiliki nilai persentase kesalahan
absolut rata-rata MAPE terkecil. Output dari model ini menjadi masukan untuk model estimasi keadaan persediaan galon.
2. Model Tingkat Pengembalian Galon Kosong
Model ini menggunakan perangkat lunak easy fit 5.5 dengan mensimulasikan rasio tingkat pengembalian galon kosong dengan membandingkan antara pengembalian galon
kosong dengan pengiriman produk pada periode tertentu. Model ini dimulai dengan mengidentifikasi jenis sebaran data dari nilai rasio tertentu apakah mengikuti sebaran teoritis
tertentu atau tidak lalu disimulasikan berdasarkan sebaran data yang telah teridentifikasi. Input model ini adalah data pengiriman produk dan data pengembalian galon kosong. Output
model ini menjadi masukan untuk model estimasi keadaan persediaan galon.
3. Model Estimasi Kondisi Persediaan Galon
Model estimasi ini mensimulasikan kondisi persediaan produk dan galon kosong di gudang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten jika dilakukan kebijakan persediaan
tertentu. Input data dari model ini adalah data prakiraan permintaan, hasil estimasi rasio tingkat pengembalian galon kosong, estimasi kebocoran galon, dan estimasi penyimpangan
pengiriman dari prakiraan permintaan. Model terdiri dari tujuh sub model yaitu:
3.1 Sub Model Tingkat Persediaan Produk
Sub model ini berfungsi untuk menghitung tingkat persediaan produk pada setiap periode estimasi. Hasil perhitungan ini menunjukan jumlah persediaan produk di gudang
setelah terpenuhinya permintaan produk pada periode sekarang. Sub model akan memberikan informasi mengenai jumlah persediaan yang tersedia sebagai input untuk
mengestimasi kekurangan produk dalam model estimasi kekurangan galon. Apabila tingkat persediaan minus menandakan bahwa stok produk periode sebelumnya tidak mencukupi
permintaan pada periode sekarang. Persediaan produk ditentukan oleh banyaknya stok produk yang tersedia di gudang. Pengiriman produk ke gudang distributor dan kebocoran
produk saat penyimpanan.
3.2 Sub Model Estimasi Kekurangan Produk
Sub model ini berfungsi untuk mengestimasi jumlah produk yang tidak mampu memenuhi permintaan pada periode sekarang atau periode mendatang. Sub model
memberikan perintah untuk dilakukan rencana produksi minimal sejumlah kekurangan
22 produk tersebut. Output dari sub model akan memberikan masukan kepada model estimasi
produksi untuk dilakukkan rencana produksi.
3.3 Sub Model Estimasi Produksi
Sub model ini berfungsi sebagai rencana produksi oleh bagian produksi dengan mempertimbangkan estimasi kekurangan produk, jumlah galon kosong yang kembali dan
kelebihan galon kosong. Selain itu, sub model memberikan informasi banyaknya jumlah galon kosong yang diperlukan untuk berproduksi. Semakin besar jumlah kekurangan produk
maka semakin besar produk yang harus dihasilkan dan semakin banyak pula galon kosong yang diperlukan. Output sub model ini menjadi input untuk sub model realisasi produksi.
3.4 Sub Model Realisasi Produksi
Sub model ini berfungsi untuk menyesuaikan antara estimasi produksi dengan kapasitas terpasang. Sub model ini mensimulasikan jumlah produk yang akan dihasilkan
bagian produksi. Realisasi produksi ditentukan oleh banyak atau sedikitnya galon kosong yang kembali pada setiap produk. Input sub model ini adalah jumlah produk yang harus
diproduksi dari model estimasi produksi dengan jumlah stok galon kosong yang kembali pada periode sebelumnya. Output sub model ini menjadi masukan untuk model pengiriman
produk.
3.5 Sub Model Pengiriman Produk