14 b.
Tahap Pencocokan Pada tahap ini menyusun matriks SWOT Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats . Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan Rangkuti 2006. Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-
faktor strategik organisasi. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Matriks SWOT IFE
EFE Strength
S Weakness
W Opportunity
O Strategi S-O
Strategi W-O Threat
T Strategi S-T
Strategi W-T
Sumber. Rangkuti 2006
c. Tahap Keputusan
Menurut David 2010 pada tahap keputusan dapat menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif atau Quantitative Strategic
Planning Matriks QSPM. Dan dalam penelitian ini menggunakan
Analisis AHP Analytic Hierarchy Process. 4.
Analisis AHP Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis
eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis Marimin dan Maghfiroh 2010.
a. Penyusunan Hirarki dan Penilaian Setiap Level Hirarki
Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokok, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam
bagian-bagian lagi secara hirarki. Susunan hirarkinya terdiri dari goal, kriteria dan alternatif.
Penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasangan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi
pendapat kualitatif dari skala perbandinganya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai level hirarki Nilai
Keterangan 1
3 5
7 9
2,4,6,8 12-9
Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horizontal Faktor Vertikal lebih penting dari Faktor Horizontal
Faktor Vertikal jelas lebih penting Faktor Horizontal Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dari Faktor Horizontal
Faktor Vertikal mutlak lebih penting dari Faktor Horizontal Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur berdekatan
Kebalikan dari keterangan nilai 2-9
Sumber: Marimin dan Maghfiroh 2010
15 b.
Penentuan Prioritas Setiap level hirarki perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk
menentukan prioritas. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada puncak hirarki goal digunakan untuk melakukan pembandingan yang
pertama lalu dari level tepat dibawahnya kriteria, ambil unsur-unsur yang akan dibandingkan. Contoh matriks perbandingan kriteria ada pada Tabel
5.
Tabel 5. Matriks Perbandingan Kriteria
Goal K1 K2 K3
K1 K2
K3 Sumber: Marimin dan Maghfiroh 2010
Dalam matriks ini, bandingkan unsur K1 dalam kolom vertikal dengan unsur K1, K2, K3 dan seterusnya.
c. Konsistensi Logis
Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata.
Nilai rasio konsistensi harus 10 atau kurang, jika lebih dari 10, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.
Gambar 3 merupakan struktur hirarki pada penelitian “strategi pengembangan UMKM pangan berdaya saing di kota Palembang”.
Gambar 3. Struktur Hirarki
16
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum UMKM Pangan Kota Palembang
Kota Palembang terletak di Provinsi Sumatera Selatan pada koordinat 2°52’- 3°5’ Lintang selatan dan 104°52’ - 104°52’ Bujur Timur. Kota Pelembang
memiliki luas wilayah administratif 400,61 km² yang secara administratif terbagi atas 16 kecamatan dan 107 keluruhan. Kota Palembang merupakan ibukota
Provinsi Sumatera Selatan dengan batas wilayah yaitu sebelah utara, timur dan barat dengan kabupaten Banyu Asin, sedangkan sebelah selatan berbatasan
dengan kabupaten Muara Enim Pemerintah Kota Palembang 2016.
Kota Palembang merupakan sentra produksi produk pangan seperti halnya pempek, Kerupuk Kemplang dan lainya yang menjadi makanan khas dari Kota
Palembang sendiri. Pempek, Kerupuk Kemplang merupakan makanan yang bahan baku nya berasal dari ikan sagu dan tepung yang merupkan hasil pertanian dan
perikanan yang ada di Kota Palembang. Beberapa daerah sentra produksi utama Pempek, Kerupuk kemplang dan lainnya terdapat di kecamatan Ulu 1-7 dan
Kecamatan 26 dan 27 Ilir.
Dilihat dari total unit usaha kecamatan sukarami memiliki unit usaha UMKM terbesar yaitu sebesar 4.700 unit usaha. Kecamatan Sukarami memiliki
unit usaha mikro sebanyak 897 unit usaha, usaha kecil sebanyak 3.103 dan usaha menengah sebanyak 700 unit usaha. Perkembangan UKM per Kecamatan Kota
Palembang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data Perkembangan UKM Per kecamatan Kota Palembang
No Kecamatan
Unit Usaha Total
Mikro Kecil
Menengah Unit
Usaha
1 Ilir Barat II
357 1 322
287 1 966
2 Gandus
133 496
107 736
3 Seberang Ulu I
589 2 063
457 3 109
4 Kertapati
123 376
82 581
5 Seberang Ulu II
597 1 932
433 2 962
6 Plaju
122 443
117 682
7 Ilir Barat I
399 1 801
389 2 589
8 Bukit Kecil
320 1 103
246 1 669
9 Ilir Timur I
960 3 827
952 5 739
10 Kemuning
213 927
201 1 341
11 Ilir Timur II
920 3 332
778 5 030
12 Kalidoni
189 839
111 1 139
13 Sako
387 1 455
305 2 147
14 Samatang Borang
130 497
123 750
15 Sukarami
897 3 103
700 4 700
16 Alang-alang lebar
196 3 827
952 1 271
Jumlah 6 532
24 393 5 486
36 411
Sumber : Dinas Koperasi UMKM Kota Palembang 2016
Karakteristik UMKM Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang
1.
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Deskripsi karakteristik responden dari penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama usaha, dan jenis usaha. Sampel yang
17 digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 UMKM Pangan Berdaya Saing
Kota Palembang. Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa persentase responden yang
berjenis kelamin wanita 25 orang 83.3 , dan pria 5 orang 16.7, menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah wanita.
2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase responden berusia 51-60 tahun merupakan responden terbanyak dalam penelitian 11 orang atau 37 usia
41-50 tahun sebanyak 7 orang 23, responden berusia 31-40 tahun sebanyak 6 orang 20, responden berusia 20-30 tahun sebanyak 5 orang 16.7 dan
responden berusia 61-70 tahun sebanyak 1 orang 3.3.
Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan usia Usia Responden Tahun
Persentase 20-30
16.7 31-40
20 41-50
23 51-60
37 61-70
3.3 Total
100
Sumber : Data primer 2016
3. Karakteristik Responden berdasarkan jumlah tenaga kerja
Tabel 8 menyajikan bahwa persentase responden dengan tenaga kerja 1-10 orang sebanyak 27 UMKM 90, responden dengan tenaga kerja 11-20 orang
sebanyak 2 UMKM 6.6 dan responden yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 21-30 orang sebanyak 1 UMKM 3.4.
Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tenaga kerja Jumlah Tenaga kerja orang
Persentase 1-10
90 11-20
6.6 21-30
3.4 Total
100
Sumber : Data primer 2016
4. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa persentase responden yang
mempunyai tingkat pendidikan SMA sebanyak 14 orang 46.6, tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 orang 23.4, tingkat pendidikan SD sebanyak 6
orang 20, dan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 3 orang dengan persentase 10.
18 Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Persentase
SMA 46.6
SMP 23.4
SD 20
Sarjana 10
Total 100
Sumber : Data primer 2016
5. Karakteristik Responden berdasarkan omset penjualan Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa persentase
responden yang mempunyai omset penjualan antara Rp 1.000.000-10.000.000 sebanyak 20 UMKM 66.7, omset penjualan Rp 11.000.000
– 20.000.000 sebanyak 3 UMKM 10 dan omset penjualan Rp 21.000.000
– 30.000.000 sebanyak 7 UMKM 23.3.
Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan omset penjualan Omset Penjualan Rp
Persentase 1.000.000
– 10.000.000 66.7
11.000.000 – 20.000.000
10 21.000.000
– 30.000.000 23.3
Total 100
Sumber : Data primer 2016
Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal UMKM Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perusahaan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan, baik dari lingkungan eksternal maupun internal.
Begitu juga dengan UMKM Pangan yang ada di Kota Palembang, dalam usaha mengembangkan usaha dan meningkatkan daya saing produk UMKM Pangan
berdaya saing di Kota Palembang, dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh UMKM Pangan yang ada di
Kota Palembang, sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman bagi UMKM yang ada di Kota Palembang.
Analisis Faktor Internal UMKM Pangan Berdaya Saing Kota Palembang
Analisis faktor internal terdiri dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang terdiri dari
Sembilan faktor dan faktor kelemahan UMKM Kota Palembang terdiri dari tujuh faktor. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan tersebut adalah:
a. Kekuatan :
Setelah melakukan wawancara dan observasi maka didapatkan kekuatan dari UMKM Pangan Kota Palembang terdiri dari:
19 1.
Keberagaman produk UMKM pangan Keberagaman produk UMKM pangan berdaya saing adalah salah
satu kekuatan yang dimiliki oleh UMKM Pangan berdaya saing yang ada di Kota Palembang. Produk UMKM pangan seperti pempek mempunyai
lebih kurang 13 variasi rasa dan bentuk yaitu, pempek kapal selam, pempek telor, pempek lenjer, pempek adaan, pempek keriting, pempek
keriting, pempek pistel, pempek kulit, pempek panggang, pempek lenggang, otak-otak, pempek tahu, tekwan dan model. Begitu juga dengan
kerupuk kemplang dan makanan khas Palembang lainnya yang mempunyai variasi dan rasa berbeda-beda dan beraneka macam.
Keberagaman produk UMKM pangan berdaya saing ini menjadi suatu kekuatan, karena konsumen mendapatkan pilihan yang banyak,
sehingga dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen dan pasar. Faktor ini juga yang akhirnya dapat mengikat konsumen untuk tetap setia
terhadap produk UMKM pangan berdaya saing yang ada di Kota Palembang.
2. Makanan khas Palembang
UMKM pangan berdaya saing yang ada di Palembang merupakan makanan yang paling dicari jika wisatawan pergi ke Kota Palembang.
Oleh karena itu sebagai makanan khas daerah merupakan kekuatan bagi UMKM pangan yang ada di Kota Palembang ini.
Untuk menemukan pempek di Kota Palembang ini tidak sulit karena banyak pedagang pempek yang menjualnya di warung, di restoran atau di
pikul. Makanan khas Palembang ini juga menjadi tujuan wisata kuliner bagi turis lokal ataupun mancanegara.
Makanan khas Palembang ini telah membuat konsumen menjadikan produk ini menjadi daya tarik sendiri untuk wisatawan dan faktor ini yang
akan mengikat dan membuat konsumen selalu membeli produk dari UMKM Pangan di Kota Palembang.
3. Lokasi Strategis
Lokasi tempat menjual pempek menjadi penentu dalam peningkatan daya saing untuk pengembangan UMKM pangan yang ada di Kota
Palembang, karena syarat utama dalam sebuah lokasi itu adalah aksesibilitas, yaitu tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah
suatu lokasi yang ditinjau dari lokasi di sekitarnya Tarigan 2006.
Lokasi strategis menjadi kekuatan tersendiri bagi UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Lokasi tempat penjualan makan khas
Palembang ini terdapat di daerah tempat wisata dan keramaian, serta lokasi tempat penjualan pangan olahan ini ada disentranya sendiri-sendiri.
4. Harga Produk Terjangkau
Harga produk yang dipasarkan oleh UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang sangat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Harga jual yang ditawarkan pedagang-pedagang kecil atau UMKM ini lebih murah dari yang ditawarkan di Toko-toko besar. Rataanya Rp
80.000-100.000kg. Untuk setiap Komoditas Pempek dan kerupuk kemplang.