TINJAUAN PUSTAKA Strategi Pengembangan Umkm Pangan Berdaya Saing Di Kota Palembang

6 mengembangkan usaha kecil menjadi sangat relevan dengan isu perempuan mengingat usaha kecil merupakan sumber pendapatan dan peluang berusaha utama bagi kebanyakan perempuan dan masayarakat kecil pada umumnya. Sebagian besar perempuan terkonsentrasi pada unit usaha kecil termasuk usaha keluarga Sjaifuddian et al. 1997. 10. Umur pengusaha. Motivasi yang tinggi dari pengusaha kecil usia produktif 15-55 tahun dalam mengembangkan usahanya menjadi lebih baik adalah modal dasar dan faktor penting dalam pengembangan UKM. Dari perspektif perluasan kesempatan kerja, adanya kelompok usia produktif di dalam struktur demografis pengusaha UKM menggambarkan bahwa UKM dapat menjadi sektor alternatif untuk mengurangi jumlah pengangguran Lamadlauw 2006. 11. Kemampuan manajemen. Perencanaan usaha jangka pendek maupun jangka panjang merupakan salah satu keputusan awal penting yang harus dibuat UKM agar mudah menyesuaikan dengan keadaan yang selalu berubah. Hal ini pada gilirannya akan membuat UKM mampu memasuki dan menguasai pasar baik yang terbuka maupun yang tersegmentasi di era globalisasi bisnis Hubeis 1997. Konsep Daya Saing Ekonomi Daya saing secara konsep dibagi menjadi dua, yakni keunggulan kompetitif competitive advantage dan keunggulan komparatif comparative advantage. Kedua konsep ini pada dasarnya merupakan konsep keunggulan berdasarkan kemampuan untuk menggeser kurva penawaran ke kanan sebagai cara menurunkan harga. Hanya saja konsep keunggulan kompetitif dan kemampuan untuk menurunkan harga bukanlah satu-satunya cara, melainkan harus diikuti dengan berbagai aspek strategi lain yang terkait, baik dari sisi produksi, konsumsi, struktur pasar dan kondisi industri itu sendiri. Pada tingkat global, keunggulan ini juga akan meningkatkan produksi di pasar domestik dan pasar Internasional Munandar 2011. Teori daya saing lainnya adalah teori keunggulan daya saing Porter. Menurut Porter 1990, keunggulan komparatif dapat ditemukan pada tingkat perusahaan dan pada tingkat nasional. Ada empat hal dalam membangun keunggulan dari suatu negara digambarkan oleh Porter sebagai suatu skema berbentuk berlian, yaitu kondisi faktor seperti tenaga terampil dan sarana prasarana, kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri untuk hasil industri tertentu, eksistensi industri terkait dan pendukung yang berdaya saing, serta strategi, struktur dan persaingan antar perusahaan. Selain itu terdapat korelasi cukup nyata dengan peubah peran pemerintah untuk menciptakan keunggulan daya saing nasional dan adanya faktor kebetulan penemu baru, melonjaknya harga, perubahan kurs dan konflik keamanan antar negara. Semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan di suatu negara, maka semakin tinggi pula tingkat daya saing internasionalnya. Sebuah perusahaan dapat mencapai keunggulan daya saing apabila relatif rendah efisiensi dan berbeda.Sebuah perusahaan dapat memenangkan suatu keunggulan daya saing melalui konfigurasi yang lain perubahan dari terpusat menjadi terbagi atau koordinasi dari tinggi sampai rendah atau keduanya. Suatu perusahaan mempunyai keunggulan daya saing disebabkan oleh jumlah produksi, jumlah permintaan produk, keuangan, distribusi, periklanan skala ekonomi, 7 kepemilikan teknologi, merek atau manajemen SDM Agustina dan Wardhani, 2011. Teorema ini mengatakan bahwa pusat perhatian perusahaan untuk memelihara dan menciptakan keunggulan kompetitif adalah mencapai kinerja baik menurut Agustina dan Wardhani, 2011 sebagai berikut: 1. Tujuan yang jelas dan pemenuhan kebijaksanaan fungsi manajemen seperti produksi dan pemasaran selalu secara kolektif memperlihatkan posisi yang kuat di pasar. 2. Tujuan dan kebijaksanaan tersebut tumbuh berdasarkan kekuatan serta diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal 3. Harus memenuhi eksploitasi dan kompetisi khusus sebagai faktor pendorong untuk menjalanlan sebuah perusahaan serta dapat dilakukan secara dinamis. Menurut Thurow 2001 konsep keunggulan komparatif memperhitungkan teknologi sebagai unsur dinamis, disebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu menghasilkan peralatan canggih untuk menggeser sebagian besar tenaga kerja manusia sehingga rasio modal dan tenaga kerja bukan lagi menjadi peubah-peubah penting. Walaupun tenaga kerja tetap dibutuhkan, namun peranannya menjadi sangat kurang dalam proses produksi. Dimensi Daya Saing dan Indikator Daya Saing Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukaan oleh Muhardi 2007 yang dengan mengutip Ward terkait biaya cost, mutu quality, waktu penyampaian delivery dan fleksibilitas flexibility. Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi 2007 menurut indikator berikut: a. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator, yaitu produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan persediaan. Unsur daya saing terdiri dari biaya merupakan modal mutlak yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya, produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan adanya cadangan produksi persediaan yang sewaktu-waktu dapat digunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut. b. Mutu seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi 2007 merupakan dimensi daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator seperti tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen dan kesesuaian produk terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain sederhana, namun mempunyai nilai tinggi. Jangka waktu penerimaan produk dicirikan oleh lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar, semakin lama umur produk di pasar menunjukkan mutu produk tersebut semakin baik. Daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan produk. c. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu produksi dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut berkaitan, ketepatan waktu penyamaian produk dapat dipengaruhi oleh ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi. 8 d. Fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi meliputi berbagai indikator seperti macam produk yang dihasilkan, kecepatan menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan. e. Inovasi didefenisikan sebagai perkenalan produk dan proses baru, tetapi inovasi bisa menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan bisa membuat improvisasi terhadap proses dan produk yang tersedia Dangayach and Deshmukh. 2013. Hal tersebut mengacu kepada kemampuan untuk memngimplementasikan teknologi baru dan kemampuan membuat pasar baru Zhao et al. 2002. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing terdiri dari: a. Lokasi Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli dan menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang strategik akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans yang dikutip Harefa 2015, letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk menentukan kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tertentu akan mencari jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan konsumen dari jarak jauh akan membeli, tetapi persentasenya relatif kecil. b. Harga Menurut Sunarto 2004, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah supermarket, minimarket atau swalayan banyak dikunjungi konsumen atau tidak. Faktor harga berpengaruh pada seorang pembeli untuk mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian kupon berhadiah dan kebijakan penjualan. Harga adalah nilai barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Dengan mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya, seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi pelanggan sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena akan mendapatkan value for money yang tinggi Irawan 2008. c. Pelayanan Program pelayananservice seringkali menjadi pokok pemikiran pertama seorang pengelola supermarketminimarket. Pelayanan melalui produk diartikan konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang ada dan bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih mengacu kepada kenyamanan peralatan trolley atau keranjang belanja, tempat parkir yang nyaman dan penerangan ruangan yang baik, serta keramahan dari karyawan, Harefa 2015. d. Mutu Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan oleh mutu produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan dengan mutu produk, Muhardi 2007 mengutip pendapat Adam dan Ebert menyatakan bahwa mutu produk ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau kegunaan produk itu sendiri dan kesesuaian produk 9 dengan spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila perusahaan itu menghasilkan produk bermutu, dalam arti menurut kebutuhan pasarnya. e. Promosi Semakin sering suatu supermarket swalayan melakukan promosi maka semakin banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi bisa dilakukan melalui berbagai iklan, baik media cetak, elektronik, maupun media lain Harefa 2015. Sunarto 2004 mengatakan bahwa promosi penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa. Penelitan Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini. Pengumpulan dilakukan dengan cara studi literatur pada perputakaan. Dalam penelitian terdahulu terdapat perbedaan dan persamaan dimana perbedaan yang teridentifikasi terlihat pada lokasi penelitian, cara pengambilan keputusan serta kombinasi analisis yang dipakai dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini kita menggunakan lokasi di Palembang yang menggunakan analisis faktor internal dan eksternal, SWOT, dan pengambilan keputusan AHP Analytic Hirarchy Proces . Persamaan yang teridentifikasi terdapat pada objek usaha yang digunakan yaitu Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM yang ada di berbagai daerah. Untuk lebih jelas nya penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1. 1 Tabel 1. Penelitian terdahulu No Judul MetodeAnalisis Hasil Penelitian Perbedaaan dengan penelitian terdahulu Penulis 1 Strategi Pengembangan UKM Agroindustri di kabupaten Bogor Analisis IFE dan EFE Analisis AHP Strategi yang tepat untuk pengembangan UKM agroindustri di kabupaten Bogor adalah memberikan perhatian lebih besar pada proses formulasi kebijakan Penelitian ini mengguna-kan AHP Meidini Trijadi Lamandlaw 2006 2 Analisis Strategi UKM dalam Membangun Keunggulan Bersaing Berkelanjutan pada Usaha Penunjang di Sektor Pertambangan Batu Bara Analisis IFE, Analisis EFE dan Analisis SWOT Strategi yang harus diterapkan pada sektor UKM Tambang adalah menjadi keunggulan bersaing secara konsisten dan terus menerus. Penelitian ini mengguna-kan analisis SWOT untuk menghasilkan strategi Eddy Rusman 2008 3 Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Daya saing pada sentra industri makanan khas Bangka di Kota Pangkal Pinang Analisis Faktor Dari lima peubah yang dianalisis terdapat empat peubah yang memenuhi syarat, yaitu peubah modal kerja, kemasan produk, network dan pengembangan usaha Penelitian ini mengguna-kan analisis faktor Rulyanti Susi Wardhani 2011 4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik Pada Kelompok Tani Cibolerang Agro Kecamatan Selaawi-Kabupaten Garut Analisis IFE dan EFE Analisis SWOT dan Analisis AHP Alternatif strategi yang didapatkan adalah strategi meningkatkan dan melakukan promosi secara kontinu untuk mendapatkan pasar dan loyalitas pelanggan, serta menarik minat masyarakat terhadap produk organik Penelitian ini menitik beratkan strategi pada Pertanian Sayuran Organik Mita Febtyanisa 2013 5 Potensi UMKM Pengolahan Pangan Lokal DIY dalam Menyonsong Era Asia Analisis SWOT Posisi UMKM pengolah pangan lokal berada pada kuadran I, berarti UMKM dalam kondisi sehat dan berpeluang untuk melakukan ekspansi, serta meraih kemajuan secara maksimal Penelitian mengguna- kan analisis SWOT Yeyen Prestyaning Wanita 2014 6 Formulasi Strategi Usaha Makanan Ringan Tradisional NY. Gan di Surabaya Analisis SWOT Alternatif strategi yang dirumuskan adalah Strategi pengembangan Produk, strategi pengembangan pasar, dan strategi penghematan Penelitian ini mengguna-kan analisis SWOT Evan Pramono Ongkorahardjo 2015 10 11

3. METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Unggulan berjudul Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Pangan Berdaya Saing di Indonesia yang dibiayai oleh Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi tahun 2016. Terciptanya UMKM yang mampu bersaing di Kota Palembang, maka harus memperhatikan faktor-faktor prioritas atau faktor Internal dan Eksternal. Faktor- faktor inilah yang akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan UMKM. UMKM yang di gunakan dalam penelitian ini adalah UMKM unggulan di kota palembang yang mempunyai produk yang potensial untuk dikembangkan di Kota Palembang untuk menjadi UMKM yang berdaya saing. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016, bertempat di Kota Palembang. Pada gambar 2 terdapat kerangka pemikiran, dimana yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah UMKM Pangan Unggulan di Kota Palembang, yang akan diidentifikasi karakteristiknya serta menganalisis secara internal dan eksternal yang akan menghasilkan matriks IFE Internal Factor Evaluation dan Mantriks EFE Eksternal Factor Evaluation yang akan digabungkan dalam matrik IE Internal Eksternal. Analisis SWOT Strength, Weaknesess, Opportunity, Threats akan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dari faktor internal dan eksternal yang selanjutnya akan dilakukan analisis AHP untuk mendapatkan Strategi Pengembangan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Gambar 2. Kerangka Pemikiran 12 Jenis Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan UMKM Pangan dan berperan sebagai responden ahli. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka pada disertasi, tesis, jurnal ilmiah, internet serta menggunakan informasi-informasi yang dihasilkan oleh instansi terkait. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan wawancara semistruktur. Menurut Sugiyono 2010, wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, yang pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara, diminta pendapat, dan ide-idenya. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan tiga kuesioner yaitu kuesioner untuk pelaku UMKM Pangan, Kuesioner SWOT untuk Responden Ahli dan Kuesioner AHP untuk merumuskan Strategi. Kuesioner-kuesioner tersebut dapat dilihat pada bagian lampiran 1, 2 dan 3. Responden a. Responden UMKM Dalam penelitian ini, UMKM yang dijadikan responden adalah UMKM pangan yang ada di Kota Palembang. Dimana UMKM tersebut mempunyai produk unggulan Kota Palembang seperti pempek, kerupuk kemplang dan lain-lain. Teknik pemilihan responden yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yang melibatkan 30 responden yang dipilih secara langsung pada sentra produksi UMKM Pangan di Kota Palembang. Menurut Sugiyono 2010, purposive sampling adalah teknik pengambilan contoh sumber data dengan pertimbangan tertentu. b. Responden Pakar Dalam penelitian ini pakar berfungsi untuk mengidentifikasi daya saing yang dibutuhkan UMKM pangan di kota Palembang. menurut Saaty Vargas 2012 pakar itu adalah:  Perwakilan dari manajemen puncak pembuat keputusan  Pakar berasal dari latarbelakang pekerjaan yang berbeda yang berperan dalam pekerjaan yang dilakukan  Pakar mewakili departemen sumber daya manusia Respondent terdiri dari 5 pakar Tabel 2 yang dipilih secara langsung dimana pakar tersebut fokus dan memperhatikan UMKM Pangan yang ada di Kota Palembang. 13 Tabel . 2 Daftar Responden No Jabatan 1 Ketua GAPEHAMM Gabungan Pengusaha Hendicraft dan Makanan Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Produk Kepala Bidang UMKM Kota Palembang Sekretaris Jurusan Manajemen UNSRI Universitas Sriwijaya Kepala Seksi Bina Usaha Perikanan 2 3 4 5 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis perumusan strategi yang terdiri dari analisis faktor internal dan eksternal, analisis matriks internal eksternal, analisis SWOT dan analisis AHP. 1. Analisis Internal Analisis internal adalah kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan dalam rangka memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Hal ini menjelaskan bahwa analisis internal sangat berkaitan erat dengan penilaian terhadap sumber daya organisasi Wheelen Hunger 2010. 2. Analisis Eksternal Tujuan dilakukannya analisis eksternal adalah mengembangkan sebuah daftar terbatas dari peluang yang menguntungkan sebuah perusahaan dan berbagai ancaman yang harus dihindari. Peluang dan ancaman eksternal ini meliputi berbagai tren dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan kompetitif yang secara nyata menguntungkan, atau merugikan suatu organisasi di masa mendatang David 2010. 3. Analisis Perumusan Strategi Teknik-teknik perumusan strategi yang penting menurut David 2010 dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap yaitu: a. Tahap Input Tahap ini terdiri dari ; 1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE. Matriks ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. 2 Matriks Evaluasi Faktor Internal IFE. Matriks ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. 3 Matriks Internal Eksternal IE. Matriks ini didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu X dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan. Pada sumbu X dari matriks IE, skor bobot IFE total 1.0-1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah, skor 2.0-2.99 dianggap sedang, dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1.0-1.99 dipandang rendah, skor 2.0- 2.99 dianggap sedang, dan skor 3.0-4.0 adalah tinggi. 14 b. Tahap Pencocokan Pada tahap ini menyusun matriks SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats . Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan Rangkuti 2006. Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor- faktor strategik organisasi. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks SWOT IFE EFE Strength S Weakness W Opportunity O Strategi S-O Strategi W-O Threat T Strategi S-T Strategi W-T Sumber. Rangkuti 2006 c. Tahap Keputusan Menurut David 2010 pada tahap keputusan dapat menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif atau Quantitative Strategic Planning Matriks QSPM. Dan dalam penelitian ini menggunakan Analisis AHP Analytic Hierarchy Process. 4. Analisis AHP Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis Marimin dan Maghfiroh 2010. a. Penyusunan Hirarki dan Penilaian Setiap Level Hirarki Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokok, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagian lagi secara hirarki. Susunan hirarkinya terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasangan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandinganya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai level hirarki Nilai Keterangan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 12-9 Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horizontal Faktor Vertikal lebih penting dari Faktor Horizontal Faktor Vertikal jelas lebih penting Faktor Horizontal Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dari Faktor Horizontal Faktor Vertikal mutlak lebih penting dari Faktor Horizontal Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur berdekatan Kebalikan dari keterangan nilai 2-9 Sumber: Marimin dan Maghfiroh 2010