21 9.
Label halal Label halal yang ada pada kemasan yang digunakan untuk produk di
UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang merupakan suatu kekuatan karena dengan adanya label halal tersebut dapat menjamin
produk tersebut Aman, Sehat, Utuh dan Halal ASUH.
Label halal berfungsi meyakinkan konsumen akan produk yang dihasilkan dan mempunyai daya tarik sendiri, apalagi umat muslim,
sehingga akan dapat meningkatkan daya saing produk dan nilai tambahnya.
b. Kelemahan
Setelah melakukan wawancara terhadap UMKM Pangan di Kota Palembang didapatkan kelamahan yang terdiri dari:
1. Kurangnya kegiatan promosi
Promosi adalah kegiatan yang memberikan informasi atau mengingatkan konsumen mengenai produk, atau merek tertentu Madura
2001. Promosi merupakan salah satu penentu produk tersebut dapat diterima oleh konsumen atau tidak, jika promosi yang dilakukan tidak
sampai ke konsumen, maka produk yang dijual tidak dapat bertahan lama di pasaran.
UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang selama ini masih mengandalkan promosi dari mulut kemulut word of mouth, sehingga
produk yang dihasilkan masih dipasarkan sebatas daerah tersebut dan belum menyebar luas sampai daerah dan negara lain. Untuk pameran-
pameran yang diadakan oleh pemerintah baru sebagian UMKM yang mengikuti pameran tersebut dan UMKM yang lainnya belum bisa
mengikutinya karena berbagai alasan.
Promosi yang dilakukan oleh UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang selama ini kurang maksimal. Dalam hal ini, pasar produk
UMKM pangan olahan masih terbuka lebar dan seharusnya UMKM Pangan olahan Kota Palembang harus memaksimalkan secara optimal
penggunaan internet sebagai media promosi yang cukup menjanjikan. Dalam memasuki pasar baru sebuah produk harus melalui kegiatan
promosi berkelanjutan. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat membuat UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang harus benar-
benar bisa menghasilkan produk yang bermutu.
2. Pengetahuan SDM masih rendah
Pengetahuan dan kemampuan diperlukan dalam pembuatan produk olahan pangan. Pelaku UMKM harus benar-benar tahu tentang higenitas
dan sanitasi lingkunan dalam mengolah pangan. Sesuai dengan pernyataan Munandar 2008, proses terbentuknya perilaku organisasi dimulai dari
terbentuknya perilaku individu, kemudian perilaku individu membentuk perilaku kelompok dan perilaku kelompok menggambarkan perilaku
organisasi.
3. Belum adanya kontrak dengan pemasok
Dalam melakukan pemasaran yang luas seharusnya para pelaku UMKM pangan harus mempunyai kontrak dengan pemasok, sehingga
kerjasama yang dilakukan tidak hanya kesepakatan harga. Belum adanya
22 kontrak ini membuat kelompok tani poktan ini masih sulit dalam
memasarkan produk yang dihasilkan. 4.
Teknologi yang digunakan masih sederhana UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang ini masih banyak
yang belum menggunakan teknologi produksi modern, terbiasa menggunakan cara konvensional, karena cara tersebut lebih mudah dan
hanya perlu beberapa orang karyawan.
5. Kurangnya informasi proses produksi
Kurangnya informasi proses produksi yang menjadi kelemahan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Salah satu
penyebabnya adalah kurang aktifnya UMKM ini dalam keanggotaan usaha seperti halnya GAPEHAM Gabungan Pengusaha Hendicraft dan
Makanan dimana dalam keanggotaan tersebut akan dilakukan pembinaan secara simultan terhadap UMKM yang ada di Kota Palembang.
6. Akses ke perbankan masih rendah
Menurut Ervia et al. 2015 UMKM mempunyai beberapa tantangan seperti keterbatasan akses untuk modal, bahan baku, teknologi Informasi
dan SDM dalam hal ini UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang pada umumnya hanya menggunakan modal pribadi masing-masing, karena
akses ke perbankan masih rendah dan ketakukan masyarakat akan hutang. Modal yang digunakan relatif kecil, sehingga masih kurang optimal dalam
menjalankan usaha.
7. Belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik
UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang masih menggunakan cara sederhana dalam mencatat hasil penjualan dan
pendapatan, sehingga tidak diketahui secara pasti mengenai data penjualan dan jumlah permintaan. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya SDM
yang dapat menangani masalah keuangan dan administrasi.
Analisis Faktor Eksternal UMKM Pangan Berdaya Saing Kota Palembang
Analisis faktor eksternal terdiri dari faktor-faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang yang dimiliki oleh UMKM Pangan berdayas saing Kota
Palembang terdiri dari lima faktor dan faktor ancaman yang dihadapi oleh UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang terdiri dari empat faktor. Faktor-faktor
peluang dan ancaman tersebut adalah:
a. Peluang
1. Pasar produk UMKM pangan dalam dan luar negeri masih terbuka lebar
Peluang terbesar dari produk UMKM pangan adalah pasar yang masih terbuka lebar baik itu di dalam ataupun di luar negeri. Produk
UMKM pangan berdaya saing yang dihasilkan di Kota Palembang ini sangat khas sehingga merupakan peluang menarik minat masyarakat
terhadap produk pangan olahan Kota Palembang. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang
dapat memenuhi kebutuhan konsumen-konsumen yang ada di Indonesia dan Negara lain.
23 2.
Terbentuknya asosiasi kelompok usaha Terbentuknya asosiasi kelompok usaha UMKM Pangan berdaya
saing di Kota Palembang ini merupakan suatu peluang yang dimiliki UMKM. Adanya asosiasi-asosiasi tersebut dapat membantu mengakses
pasar yang lebih luas dan sebagai ajang mempromosikan produk UMKM Pangan berdaya saing. Menurut Ferdinand, 2014, daya saing yang tinggi
akan tercipta jika ada keterkaitan antara usaha menengah, kecil dan Mikro.
3. Program pelatihan dari pemerintah
Sebagian dari UMKM Pangan berdaya saing yang ada di Kota Palembang masih merasa dukungan pemerintah terhadap usahanya
masih kecil, tetapi pemerintah telah melakukan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan proses produksi, proses pengemasan, dan
pemerintah telah menyebarkan sarana produksi, meskipun tidak semua dari UMKM tersebut menerimanya.
4. Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang dimiliki oleh masing-masing UMKM pangan yang ada di Kota Palembang cukup banyak, namun terdapat pelanggan setia
yang selalu membeli produk yang ditawarkan. Pelanggan tersebut seperti Hotel, Kantor pemerintahan, dan sekolah-sekolah yang ada di Kota
Palembang. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang untuk selalu menjaga mutu produk sesuai dengan
selera pelanggan, sehingga kepercayaan pelanggan dapat terjaga.
5. Pelanggan baru yang selalu meningkat
Kota Palembang merupakan kota wisata yang setiap harinya ada wisatawan luar dan dalam negeri yang berkunjung, sehingga peluang
penganan khas Kota Palembang ini juga semakin banyak dan pelanggan baru setiap harinya akan semakin meningkat. Adanya pelanggan baru ini
membuat UMKM pangan berdaya saing yang ada di Palembang semakin mempunyai penambahan omset dan pelanggan setiap harinya.
b. Ancaman
1. Infrastruktur yang belum memadai
Infrastruktur yang belum memadai di Kota Palembang menjadi ancaman tersendiri bagi UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang,
karena untuk menghasilkan produk UMKM pangan berdaya saing yang bermutu harus disertai dengan infrastruktur yang bagus.
2. Mutu Bahan baku tidak sesuai dengan harapan
Semua produk yang dihasilkan tidak semuanya seperti yang diharapkan, sehingga jenis produk yang seperti ini bisa menjadi ancaman
terhadap keberlangsungan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Untuk menghasilkan produk menurut yang diinginkan harus
dibuat Standar Operating Procedure SOP yang akan membuat produk yang dihasilnya terjaga rasa dan mutunya.
3. Harga bahan baku fluktuatif
Harga bahan baku yang tidak menentu menjadi salah satu ancaman bagi UMKM. Hal tersebut membuat UMKM pangan berdaya saing
mengalami kerugian disebabkan fluktuatifnya harga bahan baku. UMKM harus bisa menanggulangi hal tersebut dengan melakukan kontrak dengan
24 pemasok bahan baku. Cara tersebut dapat mengurangi ancaman terhadap
naik turunnya harga bahan baku. 4.
Tingkat persaingan dengan usaha sejenis Persaingan antar pelaku usaha merupakan salah satu ancaman yang
dihadapi oleh UMKM Pangan Kota Palembang, sehingga peran penting dari kelompok atau asosiasi usaha menjadi diperlukan. Kelompok ini harus
benar-benar menjaga komitmen dan kejujuran diantara anggota kelompok, agar proses produksi dan mutu produk yang dihasilkan sesuai prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan.
Analisis Matriks IFE
Faktor-faktor yang menyusun matriks IFE adalah faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan pada UMKM Pangan
berdaya saing Kota Palembang terdiri dari: keberagaman produk UMKM pangan berdaya saing yang merupakan makanan khas daerah, lokasi strategik, harga
terjangkau, bahan baku bermutu, mutu produk sesuai harapan konsumen, sistem pembayaran dan pemesanan yang berbasis teknologi, memiliki kemasan dan label
sendiri, serta label halal. Sedangkan faktor kelemahan terdiri dari: kurangnya kegiatan promosi, pengetahuan SDM masih rendah, belum adanya kontrak dengan
pemasok, teknologi yang digunakan masih sederhana, kurangnya informasi proses produksi, akses keperbankan masih rendah dan belum adanya arsip pembukuan
keuangan yang baik. Hasil analisis matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisis matriks IFE
No Faktor Internal
Bobot A
Rating B
Skor AxB
1
Kekuatan Keberagaman produk UMKM
0.071 3.8
0.270 2
Lokasi Strategik 0.065
4 0.258
3 Merupakan makanan khas daerah
0.068 3.6
0.232 4
Harga terjangkau 0.064
3.6 0.232
5 Bahan baku bermutu
0.072 4
0.288
6 Mutu produk sesuai harapan konsumen
0.069 4
0.277 7
Sistem pembayaran dan pemasaran berbasis teknologi
0.066 3.2
0.210 8
Memiliki kemasan label sendiri 0.069
3.8 0.260
9 Label halal
Kelemahan 0.057