Strategi Pengembangan Umkm Pangan Berdaya Saing Di Kota Palembang

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL

MENENGAH PANGAN BERDAYA SAING DI KOTA

PALEMBANG

ASRI DELMAYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Pangan Berdaya saing di Kota Palembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017 Asri Delmayuni NIM H251140341


(4)

RINGKASAN

ASRI DELMAYUNI. Strategi Pengembangan UMKM Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS dan EKO RUDDY CAHYADI.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai potensi sangat besar untuk kemajuan perekonomian Indonesia, salah satu UMKM potensial di indonesia ada di kota Palembang yang mempunyai makanan khas unggulan yang bisa berdaya saing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik UMKM Pangan di Kota Palembang, menganalisis faktor internal dan eksternal UMKM Pangan di Kota Palembang guna menciptakan UMKM Pangan berdaya saing dan merumuskan strategi UMKM berdaya saing.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menyerahkan kuesioner kepada 30 UMKM Pangan dan wawancara mendalam pakar yang berjumlah 5 orang yang ada di Kota Palembang. Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang pada bulan juni 2016. Pemilihan UMKM dan Pakar dalam penelitian ini menggunakan metode non probabilitas sedangkan pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengolahan data menggunakan analisis perumusan strategi yang terdiri dari analisis faktor internal dan eksternal, analisis matriks internal eksternal, analisis Strength, Weaknes, Opportunity, and Threats (SWOT), serta Analytic Hierarchy Proces (AHP) yang menggunakan software expert choice V.11.

Penelitian ini menghasilkan bahwa karakteristik UMKM pangan yang ada di kota palembang rata-rata berumur 20-30 tahun, mempunyai tenaga kerja 1-10 orang, dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan rata-rata omset penjualannya berkisar Rp.1.000.000-10.000.000. Faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang mempunyai skor tertinggi adalah bahan baku bermutu dan belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik. Faktor Eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang mempunyai skor tertinggi adalah terbentuknya asosiasi kelompok usaha dan infrastruktur yang belum memadai. Hal tersebut juga diperkuat dengan metode pengambilan keputusan AHP dimana level faktor yang menjadi prioritas utama dalam tercapainya fokus strategi pengembangan UMKM Pangan berdaya saing adalah kebijakan pemerintah. Level aktor yang menjadi prioritas utama adalah Dinas Pertanian. Pada level tujuan, meningkatnya daya saing produk UMKM menjadi prioritas utama dalam strategi pengembangan UMKM pamgan berdaya saing. Oleh karena itu alternatif strategi prioritas yang bisa diterapkan adalah dengan meningkatkan mutu produk UMKM pangan Kota Palembang (S1), memperluas jaringan distribusi produk dengan melakukan kerjasama antar UMKM (S2), dan memanfaatkan pelatihan yang dilakukan pemerintah dan asosiasi usaha untuk meningkatkan kompetensi serta meningkatkan brand dari produk yang dimiliki (S3), sehingga akan berdampak pada peningkatan daya saing produk UMKM pangan yang akan membuat UMKM Pangan di Kota Palembang mampu berdaya saing.


(5)

SUMMARY

ASRI DELMAYUNI. Developing Strategies of Competitive for Food Small Medium Enterprises (SMEs) In Palembang. Supervised by H. MUSA HUBEIS and EKO RUDDY CAHYADI.

Small and Medium Enterprises (SMEs) has a large potential for economic progress in Indonesia, one of the potential SMEs is in Palembang, because Palembang have a lot of SMEs that produce typical food could become a competitive product to make competitive SMEs. The purpose of the research were to identify the characteristic of food SMEs in Palembang, to analyze the internal and external factors of Food SMEs in Palembang and to create competitive food SMEs, and to formulate a competitive SMEs strategy.

This research was conducted by giving questioner to 30 food SMEs, and deep interview to 5 experts in Palembang. This research was conducted in Palembang in June 2016. The selection of SMEs and experts in this research was conducted using non probability method. While, the collection of data was conducted by purposive sampling technique. Data processing method was using strategy formulation analysis that consist of internal and external factor analysis, internal and external matrix analysis, Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) analysis, and Analytic Hierarchy Process (AHP ) using expert choice software V.11.

This research deliver that the food SMEs characteristic that exist in Palembang were about 20-30 years old, having 1-10 employes with high school level of education and the average of sales revenue was about Rp. 1.000.000-10.000.000. The internal factor that consist of strength and weakness that having the highest score was the qualitative raw material and no-financial accounting records. The external factor that consist of opportunity and threat that having the highest score were the existence of business group association and infrastructure that was not good yet. That thing was also strengthened by AHP decision maker method, where the factors level that become the first priority to get the focus of competitive food SMEs development was the government policy. Actors level that become the first priority was the department of agriculture. In objective level, the increased of competitiveness in SMEs product become the first priority strategy that could be applied was through improvement of the product quality of food SMEs in Palembang (S1), expanding the distribution network of product through cooperation among SMEs (S2), and utilizing training program conducted by government and business group association to improve competence and brand of product own (S3), so that will impact on improving the competitveness of food SMEs product that will make food SMEs in Palembang become competitive. Keywords : Competitive, Food, SMEs Development, Strategy


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL

MENENGAH PANGAN BERDAYA SAING DI KOTA

PALEMBANG

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017


(8)

(9)

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya penilis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang”, yang merupakan bagian dari Penelitian Strategik Unggulan yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Indonesia”. Penelitian ini di laksanakan selama enam bulan mulai bulan Januari sampai Juli 2016 yang dibiayai oleh Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS. Dipl. Ing. DEA dan Bapak Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2017 Asri Delmayuni


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 3

Definisi UMKM 3

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan UMKM 4

Konsep Daya Saing Ekonomi 6

Dimensi Daya Saing dan Indikator Daya Saing 7

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing 8

Penelitian Terdahulu yang Relevan 9

3. METODE PENELITIAN 11

Kerangka Penelitian 11

Jenis Data 12

Responden 12

Pengolahan dan Analisis Data 13

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Gambaran Umum UMKM Pangan Kota Palembang 16

Karakteristik UMKM Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang 16 Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal UMKM Pangan

Kota Palembang 18

Analisis Faktor Internal UMKM Pangan Berdaya Saing di

Kota Palembang 18

Analisis Faktor Eksternal UMKM Pangan Berdaya Saing di

Kota Palembang 22

Analisis Matriks IFE 24

Analisis Matriks EFE 25

Analisis Matriks IE 26

Analisis SWOT 27

Analisis Struktur Hirarki Strategi Pengembangan UMKM Pangan

Kota Palembang 30

Faktor-Faktor Penyusun Hirarki Strategi Pengembangan UMKM

Pangan Kota Palembang 32

Aktor-Aktor yang Berpengaruh dan Berperan pada Strategi

Pengembangan UMKM Pangan Kota Palembang 32

Tujuan Strategi Pengembangan UMKM Pangan Kota Palembang 33 Alternatif Strategi Pengembangan UMKM Pangan Kota Palembang 34


(12)

Proses Hirarki Analisis 35

Pengolahan Horizontal 36

Unsur Faktor Pada Tingkat Kedua 36

Unsur Aktor Pada Tingkat Ketiga 37

Unsur Tujuan Pada Tingkat Keempat 37

Unsur Alternatif Strategi Pada Tingkat Kelima 38

Pengolahan Vertikal 39

Unsur Aktor Terhadap Fokus Utama 40

Unsur Tujuan Terhadap Fokus Utama 40

Unsur Alternatif Strategi Terhadap Fokus Utama 41

Implikasi Manajerial 43

5. SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 48


(13)

DAFTAR TABEL

1. Penelitian terdahulu 10

2. Daftar responden 13

3. Matrik SWOT 14

4. Nilai level hirarki 14

5. Matriks perbandingan kriteria 15

6. Data perkembangan UMKM per kecamatan di Kota Palembang 16

7. Karakteristik resonden berdasarkan usia 17

8. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tenaga kerja 17

9. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 18

10.Karakteristik responden berdasarkan omset penjualan 18

11.Hasil analisis matriks IFE 24

12.Hasil analisis matriks EFE 25

13.Matriks SWOT UMKM pangan Kota Palembang 27

14.Bobot dan prioritas unsur uaktor terhadap fokus 37

15.Bobot pengolahan horizontal unsur pada tingkat ketiga 36

16.Bobot pengolahan horizontal unsur pada tingkat keempat 37

17.Bobot pengolahan horizontal unsur pada tingkat kelima 39

18.Bobot dan prioritas aktor terhadap fokus utama 40

19.Bobot dan prioritas tujuan terhadap fokus utama 41

20.Bobot dan prioritas alternatif terhadap fokus utama 42

DAFTAR GAMBAR

1. Perkembangan UMKM Kota Palembang 2

2. Kerangka penelitian 11

3. Struktur hirarki 15

4. Hasil matriks IE 26

5. Struktur hirarki strategi pengembangan UMKM pangan di Kota Palembang 31

6. Skema hirarki hasil pengolahan vertikal 40

7. Hasil sintesis terhadap fokus utama 42

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner strategi pengembangan UMKM pangan yang berdaya saing di Indonesia 49

2. Kuesioner analisis internal dan eksternal 61


(14)

(15)

1

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan suatu kegiatan ekonomi dimana dapat memproduksi barang atau jasa yang diperdagangkan secara komersial. UMKM ini mempunyai potensi sangat besar untuk kemajuan perekonomian Indonesia, karena menyebar luas diseluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat mensejahterakan UMKM dan akan berdampak besar bagi perekonomian negara Indonesia. Peran UMKM dalam perkembangan perekonomian suatu negara ini terbukti dengan berkurangnya pengangguran dengan adanya usaha-usaha baru yang terus bermunculan.

Pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 Unit, dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM Sebanyak 56.534.592 unit atau 99% sisanya sekitar 0.01% atau 4.968 unit adalah Usaha Besar (BPS, 2012)

Menurut Polman (2000), potensi pengembangan UMKM dalam rangka pemberdayaan dicirikan dengan sifat dan bentuk UMKM sendiri, yaitu: (1) berbasis pada sumber daya lokal, sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal, sehingga mampu megembangkan SDM; (3) menerapkan teknologi lokal, sehinga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal; dan (4)tersebar dalam jumlah yang banyak, sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan efektif.

Hubeis et al. (2015), menyatakan bahwa strategi untuk meningkatkan UMKM berdaya saing dilakukan dengan: (1) meningkatkan kerjasama untuk menjaga kontinuitas ketersediaan bahan baku antar daerah; (2) membangun kawasan industri produk UMKM; (3) meningkatkan peran pemerintah swasta dan perguruan tinggi/penelitian dan pengembangan. Dengan banyak dan variatifnya UMKM Pangan yang ada di Indonesia maka strategi yang dipakai tidak sama pada setiap UMKM.

Salah satu daerah potensial untuk pengembangan UMKM Pangan adalah kota Palembang, Kota Palembang mempunyai banyak UMKM yang memproduksi panganan khas seperti pempek dan kerupuk kemplang. Makanan tersebut dapat dijadikan sebuah produk yang berdaya saing tinggi dan menjadi sebuah produk yang berbeda dibandingkan produk sejenis lainnya. Produk tersebut tidak hanya menjdi oleh-oleh pangan bagi wisatawan, tapi juga menjadi konsumsi warga lokal. Sehingga efek dari konsumsi produk lokal bagi warga lokal tentu saja berdampak pada perekonomian lokal.

UMKM yang ada di Kota Palembang meningkat setiap tahunnya dengan jumlah di tahun 2015 sebanyak 36.411, dengan rataan persentase perkembangan 5.32% untuk usaha Menengah dan 4.80% untuk usaha mikro dan kecil. (Dinas Koperasi UKM 2016). Oleh karena itu, perlu kajian lanjut pada UMKM Pangan yang ada di Kota Palembang untuk menghasilkan UMKM pangan yang berdaya saing.


(16)

2

Grafik perkembangan UMKM yang ada di Kota Palembang Tahun 2010-2015 disajikan pada Gambar 1.

Sumber : DPPK Kota Palembang, 2016 Gambar 1. Perkembangan UMKM Kota Palembang

Untuk menghasilkan UMKM yang berdaya saing menurut Russell dan Millar (2014) ada lima strategi competitive priority, yaitu Cost (Biaya), Quality (Mutu), Flexibility (Fleksibilitas), Delivery (Pengiriman), dan Inovation (Inovasi). UMKM yang ada di Indonesia khususnya di Palembang harus mempunyai competitive priority yang ada di atas supaya bisa berdaya saing. UMKM yang memiliki keunggulan bersaing dari beberapa faktor di sebutkan akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerjanya. Barney (2007) mengungkapkan bahwa keunggulan bersaing merupakan kondisi dimana perusahaan mampu menciptakan nilai ekonomi lebih dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya sedangkan secara sederhana nilai ekonomi merupakan perbedaan antara perolehan manfaat yang dirasakan oleh customers yang membeli produk atau jasa yang dibeli.

Dengan adanya perhatian yang lebih kepada kondisi UMKM di Indonesia khususnya di Palembang, diharapkan dapat menumbuh kembangkan UMKM tersebut. Tuntutan untuk terus bertahan dan berkembang, maka diharuskan UMKM tersebut harus mengetahui faktor-faktor UMKM berdaya saing yang akan mendukung perkembangan UMKM tersebut. Oleh karena itu perlu dirumuskan rencana strategi (renstra) bagi UMKM, baik bersifat teknis dan ekonomis yang dapat menciptakan UMKM berdaya saing di Indonesia.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah pokok yang menjadi bahasan penelitian ini adalah belum adanya strategi khusus yang digunakan UMKM Pangan Unggulan. Mengacu pada hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang ? 2. Bagaimana faktor internal dan eksternal UMKM di Kota Palembang guna

menciptakan UMKM Pangan berdaya saing ?

3. Bagaimana strategi pengembangan UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang ?

28.766 29.512 30.108 30.350

32.706

36.411

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015


(17)

3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang

2. Menganalisis faktor internal dan eksternal UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang guna menciptakan UMKM Pangan yang berdaya saing. 3. Merumuskan strategi pengembangan UMKM Pangan Berdaya saing Kota

Palembang .

Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi UMKM Pangan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usahanya.

2. Bagi Pemerintah diharapkan menjadi masukan, dalam merumuskan kebijakan pemerintah.

3. Bagi Pembaca dapat digunakan sebagai bahan Informasi bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang UMKM Pangan berdaya saing.

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dapat diketahui bahwa Penelitian ini terfokus pada faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan perumusan strategi dan penentuan faktor prioritas strategi yang diterapkan oleh UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi UMKM

Hubeis (2009) menjelaskan bahwa UKM (termasuk usaha kecil) didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya (misal spesifikasi teknologi). Oleh karena itu perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar diperoleh pengertian yang sesuai dengan kemajuan ekonomi. Berbagai definisi mengenai UKM adalah. 1. Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM

berdasarkan kepentingan lembaga berdasarkan definisi (Hubeis 2009).

a. Badan Pusat Statistik (BPS): UKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5-19 orang.

b. Bank Indonesia (BI): UKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp 20 juta; (b) untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dan Rp 5 juta; (c) memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omset tahunan ≤ Rp 1 miliar.


(18)

4

c. Departemen (sekarang Kantor Menteri Negara) koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UU No.9 Tahun 1995): UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih Rp 50 juta- Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omset tahunan ≤ Rp 1 miliar; dalam UU UMKM No. 20/2008 dengan kekayaan bersih Rp 50 Juta- Rp 500 Juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta- Rp 2.5 miliar

d. Keputusan Presiden No. 16/1994: UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimum Rp 400 juta.

e. Departemen Perindustrian dan Perdagangan:

1) Perusahaan memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan ( Departemen Perindustrian sebelum digabung)

2) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung)

f. Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.

g. Departemen Kesehatan: perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek Dalam Negri (MD) dan Merek Luar Negeri (ML)

2. Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara (Hubeis, 2009) adalah:

a. World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang, pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

b. DI Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempuyai pekerja kurang dari 500 orang.

c. Di Eropa ; UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan usaha rumah tangga.

d. Di Jepang: UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥50 juta- 300 juta.

e. Di Korea Selatan: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang dan aset <US$ 60 juta.

f. Di beberapa Asia Tenggara: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5-50 orang (Malaysia), atau 10-99 orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan UMKM Kemampuan UMKM untuk meningkatkan perekonomian Indonesia harus diiringi dengan penyusunan strategi dan pengidentifikasian faktor-faktor prioritas yang berpengaruh terhadap pengembangan UMKM. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengembangan UMKM, yaitu:


(19)

5 1. Kebijakan pemerintah. Kebijakan merupakan pengaturan yang sifatnya berlaku umum, bila dikaitkan dengan pengertian publik mencakup upaya pengaturan bagi semua dimensi kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Kebijakan pemerintah terhadap suatu usaha atau aktor ekonomi lain (perkreditan, perpajakan, perijinan, kemitraan, perundang-undangan, kebijakan mengenai perkembangan teknologi dan kebijakan mengenai perdagangan dapat berdampak pada kegiatan usaha UKM (Pearson 1995; Sjaifuddian et al. 1997)

2. Pemasaran. Keberhasilan program pengembangan usaha kecil sangat dipengaruhi oleh situasi pasar yang dihadapi oleh UKM. Situasi permintaan terhadap produk UKM tidak saja melalui permintaan efektif, tetapi juga pada peningkatan akses terhadap informasi pasar serta akses kepada pasar ekspor (Hubeis 1997; Sjaifuddian et al. 1997; Thoha 2000)

3. Teknologi. Peran teknologi semakin penting pada saat ini. Kemakmuran suatu bangsa, kinerja ekonomi, keamanan nasional dan keserasian social berkaitan erat dengan perkembangan teknologi. Teknologi dapat memberikan altrnatif untuk efektifitas dan efisiensi kerja manusia. (Hubeis 1997; Sjaifuddian et al. 1997).

4. Pendapatan per kapita. Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita disuatu negara, maka semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM (Sjaifuddin et al.1997).

5. Permodalan. Pada umumnya UKM memulai usaha dari tingkat yang sangatsederhana dan menggunakan modal yang relatif kecil. Sebagian pengusaha memulai usahanya dengan memanfaatkan modal sendiri seperti tabungan atau penjualan hartanya. Keterbatasan permodalan seringkali menjadi penghambat usaha kecil untuk meningkatkan skala usahanya (Sjaifudian et al. 1997).

6. Akses ke lembaga keuangan atau permodalan. Perkembangan dan kemajuan UKM sangat dipengaruhi oleh terciptanya akumulasi modal yang sering kali tidak bisa dipenuhi hanya dengan mengandalkan sumber modal sendiri ataupun lingkungan pribadi. Lembaga keuangan sebenarnya dapat diharapkan untuk mendukung UKM melalui penyediaan dana kredit. Akses usaha kecil terhadap sumber modal dari perbankan masih relatif kecil (Liedholm 1993; Tambunan. 1999).

7. Sistem informasi. Informasi adalah sumber daya pendukung vital bagi kegiatan suatu usaha. Tidak hanya informasi tentang pasar, pasokan, produksi dan teknologi, tetapi juga tentang pasar produk yang ditawarkan. Ketimpangan informasi (media dan materi) bagi UKM perlu dibenahi dengan memberikan porsi yang lebih seimbang dibandingkan dengan usaha besar. Penyediaan pusat informasi yang mudah dijangkau dengan informasi aktual merupakan sumber daya yang penting bagi pengembangan UKM (Hubeis 1997).

8. Lokasi usaha. Penentuan lokasi sangat berperan penting dalam kemajuan perkembangan usaha. Dekat dengan jaringan transportasi adalah yang paling utama. Biaya transportasi mempunyai pengaruh terhadap biaya pemasaran. Akibat nya konsumen akan memasukan biaya transportasi dalam fungsi permintaan. Untuk jenis produk tertentu pada tingkatan eceran, konsumen cenderung lebih efisien membeli produk yang dekat dengan lokasi tempat tinggalnya dari pada yang jauh. Ini akan berakibat bahwa ukuran perusahaan yang lebih kecil akan mendapatkan peluang untuk lebih eksis (Lamadlauw 2006).

9. Gender. Pria umumnya lebih berani dalam mengambil risiko yang merupakan faktor penting dalam pengelolaan usaha. Disamping itu dari segi sosial budaya, kesempatan untuk berusaha bagi pria lebih besar. Namun demikian,


(20)

6

mengembangkan usaha kecil menjadi sangat relevan dengan isu perempuan mengingat usaha kecil merupakan sumber pendapatan dan peluang berusaha utama bagi kebanyakan perempuan dan masayarakat kecil pada umumnya. Sebagian besar perempuan terkonsentrasi pada unit usaha kecil termasuk usaha keluarga (Sjaifuddian et al. 1997).

10.Umur pengusaha. Motivasi yang tinggi dari pengusaha kecil usia produktif (15-55 tahun) dalam mengembangkan usahanya menjadi lebih baik adalah modal dasar dan faktor penting dalam pengembangan UKM. Dari perspektif perluasan kesempatan kerja, adanya kelompok usia produktif di dalam struktur demografis pengusaha UKM menggambarkan bahwa UKM dapat menjadi sektor alternatif untuk mengurangi jumlah pengangguran (Lamadlauw 2006).

11.Kemampuan manajemen. Perencanaan usaha jangka pendek maupun jangka panjang merupakan salah satu keputusan awal penting yang harus dibuat UKM agar mudah menyesuaikan dengan keadaan yang selalu berubah. Hal ini pada gilirannya akan membuat UKM mampu memasuki dan menguasai pasar baik yang terbuka maupun yang tersegmentasi di era globalisasi bisnis (Hubeis 1997).

Konsep Daya Saing Ekonomi

Daya saing secara konsep dibagi menjadi dua, yakni keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan keunggulan komparatif (comparative advantage). Kedua konsep ini pada dasarnya merupakan konsep keunggulan berdasarkan kemampuan untuk menggeser kurva penawaran ke kanan sebagai cara menurunkan harga. Hanya saja konsep keunggulan kompetitif dan kemampuan untuk menurunkan harga bukanlah satu-satunya cara, melainkan harus diikuti dengan berbagai aspek strategi lain yang terkait, baik dari sisi produksi, konsumsi, struktur pasar dan kondisi industri itu sendiri. Pada tingkat global, keunggulan ini juga akan meningkatkan produksi di pasar domestik dan pasar Internasional (Munandar 2011).

Teori daya saing lainnya adalah teori keunggulan daya saing Porter. Menurut Porter (1990), keunggulan komparatif dapat ditemukan pada tingkat perusahaan dan pada tingkat nasional. Ada empat hal dalam membangun keunggulan dari suatu negara digambarkan oleh Porter sebagai suatu skema berbentuk berlian, yaitu kondisi faktor seperti tenaga terampil dan sarana prasarana, kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri untuk hasil industri tertentu, eksistensi industri terkait dan pendukung yang berdaya saing, serta strategi, struktur dan persaingan antar perusahaan. Selain itu terdapat korelasi cukup nyata dengan peubah peran pemerintah untuk menciptakan keunggulan daya saing nasional dan adanya faktor kebetulan (penemu baru, melonjaknya harga, perubahan kurs dan konflik keamanan antar negara). Semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan di suatu negara, maka semakin tinggi pula tingkat daya saing internasionalnya.

Sebuah perusahaan dapat mencapai keunggulan daya saing apabila relatif rendah (efisiensi) dan berbeda.Sebuah perusahaan dapat memenangkan suatu keunggulan daya saing melalui konfigurasi yang lain (perubahan dari terpusat menjadi terbagi) atau koordinasi (dari tinggi sampai rendah) atau keduanya. Suatu perusahaan mempunyai keunggulan daya saing disebabkan oleh jumlah produksi, jumlah permintaan produk, keuangan, distribusi, periklanan skala ekonomi,


(21)

7 kepemilikan teknologi, merek atau manajemen SDM (Agustina dan Wardhani, 2011).

Teorema ini mengatakan bahwa pusat perhatian perusahaan untuk memelihara dan menciptakan keunggulan kompetitif adalah mencapai kinerja baik menurut Agustina dan Wardhani, (2011) sebagai berikut:

1. Tujuan yang jelas dan pemenuhan kebijaksanaan fungsi manajemen seperti produksi dan pemasaran selalu secara kolektif memperlihatkan posisi yang kuat di pasar.

2. Tujuan dan kebijaksanaan tersebut tumbuh berdasarkan kekuatan serta diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal

3. Harus memenuhi eksploitasi dan kompetisi khusus sebagai faktor pendorong untuk menjalanlan sebuah perusahaan serta dapat dilakukan secara dinamis.

Menurut Thurow (2001) konsep keunggulan komparatif memperhitungkan teknologi sebagai unsur dinamis, disebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu menghasilkan peralatan canggih untuk menggeser sebagian besar tenaga kerja manusia sehingga rasio modal dan tenaga kerja bukan lagi menjadi peubah-peubah penting. Walaupun tenaga kerja tetap dibutuhkan, namun peranannya menjadi sangat kurang dalam proses produksi.

Dimensi Daya Saing dan Indikator Daya Saing

Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukaan oleh Muhardi (2007) yang dengan mengutip Ward terkait biaya (cost), mutu (quality), waktu penyampaian (delivery) dan fleksibilitas (flexibility). Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi (2007) menurut indikator berikut: a. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator, yaitu

produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan persediaan. Unsur daya saing terdiri dari biaya merupakan modal mutlak yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya, produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu dapat digunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut.

b. Mutu seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi (2007) merupakan dimensi daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator seperti tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen dan kesesuaian produk terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain sederhana, namun mempunyai nilai tinggi. Jangka waktu penerimaan produk dicirikan oleh lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar, semakin lama umur produk di pasar menunjukkan mutu produk tersebut semakin baik. Daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan produk.

c. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu produksi dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut berkaitan, ketepatan waktu penyamaian produk dapat dipengaruhi oleh ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.


(22)

8

d. Fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi meliputi berbagai indikator seperti macam produk yang dihasilkan, kecepatan menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.

e. Inovasi didefenisikan sebagai perkenalan produk dan proses baru, tetapi inovasi bisa menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan bisa membuat improvisasi terhadap proses dan produk yang tersedia Dangayach and Deshmukh. (2013). Hal tersebut mengacu kepada kemampuan untuk memngimplementasikan teknologi baru dan kemampuan membuat pasar baru (Zhao et al. 2002).

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing terdiri dari:

a. Lokasi

Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli dan menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang strategik akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans yang dikutip Harefa (2015), letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk menentukan kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tertentu akan mencari jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan konsumen dari jarak jauh akan membeli, tetapi persentasenya relatif kecil.

b. Harga

Menurut Sunarto (2004), harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah supermarket, minimarket atau swalayan banyak dikunjungi konsumen atau tidak. Faktor harga berpengaruh pada seorang pembeli untuk mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian kupon berhadiah dan kebijakan penjualan.

Harga adalah nilai barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Dengan mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya, seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Bagi pelanggan sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena akan mendapatkan value for money yang tinggi (Irawan 2008).

c. Pelayanan

Program pelayanan/service seringkali menjadi pokok pemikiran pertama seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui produk diartikan konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang ada dan bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih mengacu kepada kenyamanan peralatan (trolley atau keranjang belanja), tempat parkir yang nyaman dan penerangan ruangan yang baik, serta keramahan dari karyawan, (Harefa 2015).

d. Mutu

Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat ditentukan oleh mutu produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan dengan mutu produk, Muhardi (2007) mengutip pendapat Adam dan Ebert menyatakan bahwa mutu produk ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau kegunaan produk itu sendiri dan kesesuaian produk


(23)

9 dengan spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila perusahaan itu menghasilkan produk bermutu, dalam arti menurut kebutuhan pasarnya.

e. Promosi

Semakin sering suatu supermarket (swalayan) melakukan promosi maka semakin banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi bisa dilakukan melalui berbagai iklan, baik media cetak, elektronik, maupun media lain (Harefa 2015). Sunarto (2004) mengatakan bahwa promosi penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa.

Penelitan Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini. Pengumpulan dilakukan dengan cara studi literatur pada perputakaan. Dalam penelitian terdahulu terdapat perbedaan dan persamaan dimana perbedaan yang teridentifikasi terlihat pada lokasi penelitian, cara pengambilan keputusan serta kombinasi analisis yang dipakai dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini kita menggunakan lokasi di Palembang yang menggunakan analisis faktor internal dan eksternal, SWOT, dan pengambilan keputusan AHP (Analytic Hirarchy Proces) . Persamaan yang teridentifikasi terdapat pada objek usaha yang digunakan yaitu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di berbagai daerah. Untuk lebih jelas nya penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.


(24)

1

Tabel 1. Penelitian terdahulu

No Judul Metode/Analisis Hasil Penelitian Perbedaaan dengan

penelitian terdahulu

Penulis 1 Strategi Pengembangan UKM

Agroindustri di kabupaten Bogor

Analisis IFE dan EFE

Analisis AHP

Strategi yang tepat untuk pengembangan UKM agroindustri di kabupaten Bogor adalah memberikan perhatian lebih besar pada proses formulasi kebijakan

Penelitian ini mengguna-kan AHP Meidini Trijadi Lamandlaw (2006) 2 Analisis Strategi UKM dalam

Membangun Keunggulan Bersaing Berkelanjutan pada Usaha Penunjang di Sektor Pertambangan Batu Bara

Analisis IFE, Analisis EFE dan Analisis SWOT

Strategi yang harus diterapkan pada sektor UKM Tambang adalah menjadi keunggulan bersaing secara konsisten dan terus menerus.

Penelitian ini mengguna-kan analisis SWOT untuk menghasilkan strategi

Eddy Rusman (2008)

3 Analisis Faktor-faktor yang

Memengaruhi Daya saing pada sentra industri makanan khas Bangka di Kota Pangkal Pinang

Analisis Faktor Dari lima peubah yang dianalisis terdapat empat peubah yang memenuhi syarat, yaitu peubah modal kerja, kemasan produk, network dan pengembangan usaha Penelitian ini mengguna-kan analisis faktor Rulyanti Susi Wardhani (2011)

4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik Pada Kelompok Tani Cibolerang Agro Kecamatan Selaawi-Kabupaten Garut

Analisis IFE dan EFE

Analisis SWOT dan

Analisis AHP

Alternatif strategi yang didapatkan adalah strategi meningkatkan dan melakukan promosi secara kontinu untuk mendapatkan pasar dan loyalitas pelanggan, serta menarik minat masyarakat terhadap produk organik

Penelitian ini menitik beratkan strategi pada Pertanian Sayuran Organik

Mita Febtyanisa (2013)

5 Potensi UMKM Pengolahan Pangan Lokal DIY dalam Menyonsong Era Asia

Analisis SWOT Posisi UMKM pengolah pangan lokal berada pada kuadran I, berarti UMKM dalam kondisi sehat dan berpeluang untuk melakukan ekspansi, serta meraih kemajuan secara maksimal

Penelitian mengguna-kan analisis SWOT

Yeyen Prestyaning Wanita (2014)

6 Formulasi Strategi Usaha Makanan Ringan Tradisional NY. Gan di Surabaya

Analisis SWOT Alternatif strategi yang dirumuskan adalah Strategi pengembangan Produk, strategi pengembangan pasar, dan strategi penghematan Penelitian ini mengguna-kan analisis SWOT Evan Pramono Ongkorahardjo (2015) 10


(25)

11

3.

METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Unggulan berjudul Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pangan Berdaya Saing di Indonesia yang dibiayai oleh Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Terciptanya UMKM yang mampu bersaing di Kota Palembang, maka harus memperhatikan faktor-faktor prioritas atau faktor Internal dan Eksternal. Faktor-faktor inilah yang akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan UMKM. UMKM yang di gunakan dalam penelitian ini adalah UMKM unggulan di kota palembang yang mempunyai produk yang potensial untuk dikembangkan di Kota Palembang untuk menjadi UMKM yang berdaya saing. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016, bertempat di Kota Palembang.

Pada gambar 2 terdapat kerangka pemikiran, dimana yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah UMKM Pangan Unggulan di Kota Palembang, yang akan diidentifikasi karakteristiknya serta menganalisis secara internal dan eksternal yang akan menghasilkan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Mantriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) yang akan digabungkan dalam matrik IE (Internal Eksternal).

Analisis SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, Threats) akan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dari faktor internal dan eksternal yang selanjutnya akan dilakukan analisis AHP untuk mendapatkan Strategi Pengembangan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang.


(26)

12

Jenis Data

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan UMKM Pangan dan berperan sebagai responden ahli. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka pada disertasi, tesis, jurnal ilmiah, internet serta menggunakan informasi-informasi yang dihasilkan oleh instansi terkait.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan wawancara semistruktur. Menurut Sugiyono (2010), wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, yang pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara, diminta pendapat, dan ide-idenya. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan tiga kuesioner yaitu kuesioner untuk pelaku UMKM Pangan, Kuesioner SWOT untuk Responden Ahli dan Kuesioner AHP untuk merumuskan Strategi. Kuesioner-kuesioner tersebut dapat dilihat pada bagian lampiran 1, 2 dan 3.

Responden a. Responden UMKM

Dalam penelitian ini, UMKM yang dijadikan responden adalah UMKM pangan yang ada di Kota Palembang. Dimana UMKM tersebut mempunyai produk unggulan Kota Palembang seperti pempek, kerupuk kemplang dan lain-lain.

Teknik pemilihan responden yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yang melibatkan 30 responden yang dipilih secara langsung pada sentra produksi UMKM Pangan di Kota Palembang. Menurut Sugiyono (2010), purposive sampling adalah teknik pengambilan contoh sumber data dengan pertimbangan tertentu.

b. Responden Pakar

Dalam penelitian ini pakar berfungsi untuk mengidentifikasi daya saing yang dibutuhkan UMKM pangan di kota Palembang. menurut (Saaty & Vargas 2012) pakar itu adalah:

 Perwakilan dari manajemen puncak (pembuat keputusan)

 Pakar berasal dari latarbelakang pekerjaan yang berbeda yang berperan dalam pekerjaan yang dilakukan

 Pakar mewakili departemen sumber daya manusia

Respondent terdiri dari 5 pakar (Tabel 2) yang dipilih secara langsung dimana pakar tersebut fokus dan memperhatikan UMKM Pangan yang ada di Kota Palembang.


(27)

13 Tabel . 2 Daftar Responden

No Jabatan

1 Ketua GAPEHAMM (Gabungan Pengusaha Hendicraft dan Makanan) Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Produk

Kepala Bidang UMKM Kota Palembang

Sekretaris Jurusan Manajemen UNSRI (Universitas Sriwijaya) Kepala Seksi Bina Usaha Perikanan

2 3 4 5

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis perumusan strategi yang terdiri dari analisis faktor internal dan eksternal, analisis matriks internal eksternal, analisis SWOT dan analisis AHP.

1. Analisis Internal

Analisis internal adalah kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan dalam rangka memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Hal ini menjelaskan bahwa analisis internal sangat berkaitan erat dengan penilaian terhadap sumber daya organisasi (Wheelen & Hunger 2010).

2. Analisis Eksternal

Tujuan dilakukannya analisis eksternal adalah mengembangkan sebuah daftar terbatas dari peluang yang menguntungkan sebuah perusahaan dan berbagai ancaman yang harus dihindari. Peluang dan ancaman eksternal ini meliputi berbagai tren dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan kompetitif yang secara nyata menguntungkan, atau merugikan suatu organisasi di masa mendatang (David 2010).

3. Analisis Perumusan Strategi

Teknik-teknik perumusan strategi yang penting menurut David (2010) dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap yaitu:

a. Tahap Input

Tahap ini terdiri dari ;

1) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE). Matriks ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan.

2) Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE). Matriks ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

3) Matriks Internal Eksternal (IE). Matriks ini didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu X dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan. Pada sumbu X dari matriks IE, skor bobot IFE total 1.0-1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah, skor 2.0-2.99 dianggap sedang, dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1.0-1.99 dipandang rendah, skor 2.0-2.99 dianggap sedang, dan skor 3.0-4.0 adalah tinggi.


(28)

14

b. Tahap Pencocokan

Pada tahap ini menyusun matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti 2006). Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategik organisasi. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks SWOT IFE

EFE

Strength (S) Weakness (W) Opportunity (O) Strategi (S-O) Strategi (W-O)

Threat (T) Strategi (S-T) Strategi (W-T)

Sumber. Rangkuti (2006)

c. Tahap Keputusan

Menurut David (2010) pada tahap keputusan dapat menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif atau Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). Dan dalam penelitian ini menggunakan Analisis AHP (Analytic Hierarchy Process).

4. Analisis AHP

Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis (Marimin dan Maghfiroh 2010).

a. Penyusunan Hirarki dan Penilaian Setiap Level Hirarki

Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokok, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagian lagi secara hirarki. Susunan hirarkinya terdiri dari goal, kriteria dan alternatif.

Penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasangan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandinganya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai level hirarki

Nilai Keterangan

1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/(2-9)

Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horizontal Faktor Vertikal lebih penting dari Faktor Horizontal Faktor Vertikal jelas lebih penting Faktor Horizontal

Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dari Faktor Horizontal Faktor Vertikal mutlak lebih penting dari Faktor Horizontal Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur berdekatan

Kebalikan dari keterangan nilai 2-9 Sumber: Marimin dan Maghfiroh (2010)


(29)

15 b. Penentuan Prioritas

Setiap level hirarki perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk menentukan prioritas. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada puncak hirarki (goal) digunakan untuk melakukan pembandingan yang pertama lalu dari level tepat dibawahnya (kriteria), ambil unsur-unsur yang akan dibandingkan. Contoh matriks perbandingan kriteria ada pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks Perbandingan Kriteria

Goal K1 K2 K3 K1

K2 K3

Sumber: Marimin dan Maghfiroh (2010)

Dalam matriks ini, bandingkan unsur K1 dalam kolom vertikal dengan unsur K1, K2, K3 dan seterusnya.

c. Konsistensi Logis

Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang, jika lebih dari 10%, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki.

Gambar 3 merupakan struktur hirarki pada penelitian “strategi pengembangan UMKM pangan berdaya saing di kota Palembang”.


(30)

16

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum UMKM Pangan Kota Palembang

Kota Palembang terletak di Provinsi Sumatera Selatan pada koordinat 2°52’- 3°5’ Lintang selatan dan 104°52’ - 104°52’ Bujur Timur. Kota Pelembang memiliki luas wilayah administratif 400,61 km² yang secara administratif terbagi atas 16 kecamatan dan 107 keluruhan. Kota Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dengan batas wilayah yaitu sebelah utara, timur dan barat dengan kabupaten Banyu Asin, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Muara Enim (Pemerintah Kota Palembang 2016).

Kota Palembang merupakan sentra produksi produk pangan seperti halnya pempek, Kerupuk Kemplang dan lainya yang menjadi makanan khas dari Kota Palembang sendiri. Pempek, Kerupuk Kemplang merupakan makanan yang bahan baku nya berasal dari ikan sagu dan tepung yang merupkan hasil pertanian dan perikanan yang ada di Kota Palembang. Beberapa daerah sentra produksi utama Pempek, Kerupuk kemplang dan lainnya terdapat di kecamatan Ulu 1-7 dan Kecamatan 26 dan 27 Ilir.

Dilihat dari total unit usaha kecamatan sukarami memiliki unit usaha UMKM terbesar yaitu sebesar 4.700 unit usaha. Kecamatan Sukarami memiliki unit usaha mikro sebanyak 897 unit usaha, usaha kecil sebanyak 3.103 dan usaha menengah sebanyak 700 unit usaha. Perkembangan UKM per Kecamatan Kota Palembang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Perkembangan UKM Per kecamatan Kota Palembang No Kecamatan

Unit Usaha Total

Mikro Kecil Menengah Unit

Usaha

1 Ilir Barat II 357 1 322 287 1 966

2 Gandus 133 496 107 736

3 Seberang Ulu I 589 2 063 457 3 109

4 Kertapati 123 376 82 581

5 Seberang Ulu II 597 1 932 433 2 962

6 Plaju 122 443 117 682

7 Ilir Barat I 399 1 801 389 2 589

8 Bukit Kecil 320 1 103 246 1 669

9 Ilir Timur I 960 3 827 952 5 739

10 Kemuning 213 927 201 1 341

11 Ilir Timur II 920 3 332 778 5 030

12 Kalidoni 189 839 111 1 139

13 Sako 387 1 455 305 2 147

14 Samatang Borang 130 497 123 750

15 Sukarami 897 3 103 700 4 700

16 Alang-alang lebar 196 3 827 952 1 271

Jumlah 6 532 24 393 5 486 36 411

Sumber : Dinas Koperasi UMKM Kota Palembang 2016

Karakteristik UMKM Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Deskripsi karakteristik responden dari penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama usaha, dan jenis usaha. Sampel yang


(31)

17 digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 UMKM Pangan Berdaya Saing Kota Palembang.

Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa persentase responden yang berjenis kelamin wanita 25 orang (83.3 %), dan pria 5 orang (16.7%), menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah wanita. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase responden berusia 51-60 tahun merupakan responden terbanyak dalam penelitian (11 orang atau 37%) usia 41-50 tahun sebanyak 7 orang (23%), responden berusia 31-40 tahun sebanyak 6 orang (20%), responden berusia 20-30 tahun sebanyak 5 orang (16.7%) dan responden berusia 61-70 tahun sebanyak 1 orang (3.3%).

Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan usia Usia Responden (Tahun) Persentase (%)

20-30 16.7

31-40 20

41-50 23

51-60 37

61-70 3.3

Total 100

Sumber : Data primer (2016)

3. Karakteristik Responden berdasarkan jumlah tenaga kerja

Tabel 8 menyajikan bahwa persentase responden dengan tenaga kerja 1-10 orang sebanyak 27 UMKM (90%), responden dengan tenaga kerja 11-20 orang sebanyak 2 UMKM (6.6%) dan responden yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 21-30 orang sebanyak 1 UMKM 3.4%.

Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tenaga kerja Jumlah Tenaga kerja (orang) Persentase (%)

1-10 90

11-20 6.6

21-30 3.4

Total 100

Sumber : Data primer (2016)

4. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa persentase responden yang mempunyai tingkat pendidikan SMA sebanyak 14 orang (46.6%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 orang (23.4%), tingkat pendidikan SD sebanyak 6 orang (20%), dan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 3 orang dengan persentase 10%.


(32)

18

Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Persentase (%)

SMA 46.6

SMP 23.4

SD 20

Sarjana 10

Total 100

Sumber : Data primer (2016)

5. Karakteristik Responden berdasarkan omset penjualan

Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa persentase responden yang mempunyai omset penjualan antara Rp 1.000.000-10.000.000 sebanyak 20 UMKM (66.7%), omset penjualan Rp 11.000.000 – 20.000.000 sebanyak 3 UMKM (10%) dan omset penjualan Rp 21.000.000 – 30.000.000 sebanyak 7 UMKM (23.3%).

Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan omset penjualan

Omset Penjualan (Rp) Persentase (%)

1.000.000 – 10.000.000 66.7

11.000.000 – 20.000.000 10

21.000.000 – 30.000.000 23.3

Total 100

Sumber : Data primer (2016)

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal UMKM Pangan Berdaya Saing di Kota Palembang

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perusahaan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan, baik dari lingkungan eksternal maupun internal. Begitu juga dengan UMKM Pangan yang ada di Kota Palembang, dalam usaha mengembangkan usaha dan meningkatkan daya saing produk UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang, dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh UMKM Pangan yang ada di Kota Palembang, sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman bagi UMKM yang ada di Kota Palembang.

Analisis Faktor Internal UMKM Pangan Berdaya Saing Kota Palembang

Analisis faktor internal terdiri dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang terdiri dari Sembilan faktor dan faktor kelemahan UMKM Kota Palembang terdiri dari tujuh faktor. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan tersebut adalah:

a. Kekuatan :

Setelah melakukan wawancara dan observasi maka didapatkan kekuatan dari UMKM Pangan Kota Palembang terdiri dari:


(33)

19 1. Keberagaman produk UMKM pangan

Keberagaman produk UMKM pangan berdaya saing adalah salah satu kekuatan yang dimiliki oleh UMKM Pangan berdaya saing yang ada di Kota Palembang. Produk UMKM pangan seperti pempek mempunyai lebih kurang 13 variasi rasa dan bentuk yaitu, pempek kapal selam, pempek telor, pempek lenjer, pempek adaan, pempek keriting, pempek keriting, pempek pistel, pempek kulit, pempek panggang, pempek lenggang, otak-otak, pempek tahu, tekwan dan model. Begitu juga dengan kerupuk kemplang dan makanan khas Palembang lainnya yang mempunyai variasi dan rasa berbeda-beda dan beraneka macam.

Keberagaman produk UMKM pangan berdaya saing ini menjadi suatu kekuatan, karena konsumen mendapatkan pilihan yang banyak, sehingga dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen dan pasar. Faktor ini juga yang akhirnya dapat mengikat konsumen untuk tetap setia terhadap produk UMKM pangan berdaya saing yang ada di Kota Palembang.

2. Makanan khas Palembang

UMKM pangan berdaya saing yang ada di Palembang merupakan makanan yang paling dicari jika wisatawan pergi ke Kota Palembang. Oleh karena itu sebagai makanan khas daerah merupakan kekuatan bagi UMKM pangan yang ada di Kota Palembang ini.

Untuk menemukan pempek di Kota Palembang ini tidak sulit karena banyak pedagang pempek yang menjualnya di warung, di restoran atau di pikul. Makanan khas Palembang ini juga menjadi tujuan wisata kuliner bagi turis lokal ataupun mancanegara.

Makanan khas Palembang ini telah membuat konsumen menjadikan produk ini menjadi daya tarik sendiri untuk wisatawan dan faktor ini yang akan mengikat dan membuat konsumen selalu membeli produk dari UMKM Pangan di Kota Palembang.

3. Lokasi Strategis

Lokasi tempat menjual pempek menjadi penentu dalam peningkatan daya saing untuk pengembangan UMKM pangan yang ada di Kota Palembang, karena syarat utama dalam sebuah lokasi itu adalah aksesibilitas, yaitu tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi yang ditinjau dari lokasi di sekitarnya (Tarigan 2006).

Lokasi strategis menjadi kekuatan tersendiri bagi UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Lokasi tempat penjualan makan khas Palembang ini terdapat di daerah tempat wisata dan keramaian, serta lokasi tempat penjualan pangan olahan ini ada disentranya sendiri-sendiri.

4. Harga Produk Terjangkau

Harga produk yang dipasarkan oleh UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang sangat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Harga jual yang ditawarkan pedagang-pedagang kecil atau UMKM ini lebih murah dari yang ditawarkan di Toko-toko besar. Rataanya Rp 80.000-100.000/kg. Untuk setiap Komoditas (Pempek dan kerupuk kemplang).


(34)

20

5. Bahan baku bermutu

Bahan Baku dengan mutu baik akan menghasilkan produk, baik dan sebaliknya jika mutu bahan baku buruk akan menghasilkan produk buruk (Holidin 2011). Oleh karena itu, bahan baku yang digunakan oleh UMKM Pangan di Palembang bermutu seperti ikan, tepung dan bahan tambahan lainnya, sehingga produk yang dihasilkan juga bermutu.

Bahan baku bermutu ini menjadi kekuatan tersendiri bagi UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang akan menghasilkan produk enak dan sehat, sehingga akan menjadi UMKM berdaya saing, baik dalam usaha yang sama atau dengan usaha berbeda.

6. Mutu produk sesuai dengan harapan konsumen

Sejalan dengan pernyataan Gatchallan dalam Hubeis (2000) yang berpendapat bahwa mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen dalam standar dan spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Selera konsumen juga harus selalu diperhatikan oleh produsen, karena dengan adanya perhatian lebih terhadap rasa dari produk yang dibuat akan membuat konsumen tersebut membeli lagi produk yang dihasilkan.

Mutu produk sesuai dengan harapan konsumen merupakan suatu kekuatan yang akan menunjang daya saing dan perkembangan produk UMKM pangan yang dihasilkan.

7. Sistem pembayaran dan pemesanan berbasis teknologi

Pemesanan produk UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang ini sudah menggunakan teknologi sehingga dapat memudahkan konsumen dalam membeli produk yang diinginkan, teknologi yang digunakan oleh UMKM Pangan yang ada di kota Palembang seperti, Short Message Service (SMS), Facebook, Instagram, dan telpon.

Menurut Syuhada dan Gambetta (2013), media sosial tersebut digunakan oleh mayoritas penduduk di Indonesia sehingga dengan adanya sistem pembayaran berbasis teknologi merupakan kekuatan sendiri bagi UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang, sehingga dapat meningkatkan penjualan setiap harinya.

8. Memiliki kemasan label sendiri

Salah satu kekuatan yang mendukung pemasaran produk UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang adalah adanya kemasan label sendiri yang sudah dimilikinya. Kemasan produk ini berupa kertas dan plastik yang berukuran sesuai dengan ukuran masing-masing produk UMKM pangan berdaya saing. Selain kemasan UMKM pangan berdaya saing ini sudah memiliki label produk sendiri yang diberi nama sesuai dengan nama toko nya.

Kemasan ini bertujuan untuk tetap menjaga kesegaran dan mutu produk agar tahan lama dan tidak mudah basi. Label pada kemasan merupakan merek dagang agar produk UMKM pangan berdaya saing dapat dikenali oleh pelanggan di tengah maraknya produk sejenis dari para pesaing lainnya. Adanya kemasan dan label ini dapat memberikan nilai tambah bagi produk UMKM pangan berdaya saing.


(35)

21 9. Label halal

Label halal yang ada pada kemasan yang digunakan untuk produk di UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang merupakan suatu kekuatan karena dengan adanya label halal tersebut dapat menjamin produk tersebut Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Label halal berfungsi meyakinkan konsumen akan produk yang dihasilkan dan mempunyai daya tarik sendiri, apalagi umat muslim, sehingga akan dapat meningkatkan daya saing produk dan nilai tambahnya. b. Kelemahan

Setelah melakukan wawancara terhadap UMKM Pangan di Kota Palembang didapatkan kelamahan yang terdiri dari:

1. Kurangnya kegiatan promosi

Promosi adalah kegiatan yang memberikan informasi atau mengingatkan konsumen mengenai produk, atau merek tertentu (Madura 2001). Promosi merupakan salah satu penentu produk tersebut dapat diterima oleh konsumen atau tidak, jika promosi yang dilakukan tidak sampai ke konsumen, maka produk yang dijual tidak dapat bertahan lama di pasaran.

UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang selama ini masih mengandalkan promosi dari mulut kemulut (word of mouth), sehingga produk yang dihasilkan masih dipasarkan sebatas daerah tersebut dan belum menyebar luas sampai daerah dan negara lain. Untuk pameran-pameran yang diadakan oleh pemerintah baru sebagian UMKM yang mengikuti pameran tersebut dan UMKM yang lainnya belum bisa mengikutinya karena berbagai alasan.

Promosi yang dilakukan oleh UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang selama ini kurang maksimal. Dalam hal ini, pasar produk UMKM pangan olahan masih terbuka lebar dan seharusnya UMKM Pangan olahan Kota Palembang harus memaksimalkan secara optimal penggunaan internet sebagai media promosi yang cukup menjanjikan. Dalam memasuki pasar baru sebuah produk harus melalui kegiatan promosi berkelanjutan. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat membuat UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang harus benar-benar bisa menghasilkan produk yang bermutu.

2. Pengetahuan SDM masih rendah

Pengetahuan dan kemampuan diperlukan dalam pembuatan produk olahan pangan. Pelaku UMKM harus benar-benar tahu tentang higenitas dan sanitasi lingkunan dalam mengolah pangan. Sesuai dengan pernyataan Munandar (2008), proses terbentuknya perilaku organisasi dimulai dari terbentuknya perilaku individu, kemudian perilaku individu membentuk perilaku kelompok dan perilaku kelompok menggambarkan perilaku organisasi.

3. Belum adanya kontrak dengan pemasok

Dalam melakukan pemasaran yang luas seharusnya para pelaku UMKM pangan harus mempunyai kontrak dengan pemasok, sehingga kerjasama yang dilakukan tidak hanya kesepakatan harga. Belum adanya


(36)

22

kontrak ini membuat kelompok tani (poktan) ini masih sulit dalam memasarkan produk yang dihasilkan.

4. Teknologi yang digunakan masih sederhana

UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang ini masih banyak yang belum menggunakan teknologi produksi modern, terbiasa menggunakan cara konvensional, karena cara tersebut lebih mudah dan hanya perlu beberapa orang karyawan.

5. Kurangnya informasi proses produksi

Kurangnya informasi proses produksi yang menjadi kelemahan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Salah satu penyebabnya adalah kurang aktifnya UMKM ini dalam keanggotaan usaha seperti halnya GAPEHAM (Gabungan Pengusaha Hendicraft dan Makanan) dimana dalam keanggotaan tersebut akan dilakukan pembinaan secara simultan terhadap UMKM yang ada di Kota Palembang.

6. Akses ke perbankan masih rendah

Menurut Ervia et al. (2015) UMKM mempunyai beberapa tantangan seperti keterbatasan akses untuk modal, bahan baku, teknologi Informasi dan SDM dalam hal ini UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang pada umumnya hanya menggunakan modal pribadi masing-masing, karena akses ke perbankan masih rendah dan ketakukan masyarakat akan hutang. Modal yang digunakan relatif kecil, sehingga masih kurang optimal dalam menjalankan usaha.

7. Belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik

UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang masih menggunakan cara sederhana dalam mencatat hasil penjualan dan pendapatan, sehingga tidak diketahui secara pasti mengenai data penjualan dan jumlah permintaan. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya SDM yang dapat menangani masalah keuangan dan administrasi.

Analisis Faktor Eksternal UMKM Pangan Berdaya Saing Kota Palembang

Analisis faktor eksternal terdiri dari faktor-faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang yang dimiliki oleh UMKM Pangan berdayas saing Kota Palembang terdiri dari lima faktor dan faktor ancaman yang dihadapi oleh UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang terdiri dari empat faktor. Faktor-faktor peluang dan ancaman tersebut adalah:

a. Peluang

1. Pasar produk UMKM pangan dalam dan luar negeri masih terbuka lebar Peluang terbesar dari produk UMKM pangan adalah pasar yang masih terbuka lebar baik itu di dalam ataupun di luar negeri. Produk UMKM pangan berdaya saing yang dihasilkan di Kota Palembang ini sangat khas sehingga merupakan peluang menarik minat masyarakat terhadap produk pangan olahan Kota Palembang. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang dapat memenuhi kebutuhan konsumen-konsumen yang ada di Indonesia dan Negara lain.


(37)

23 2. Terbentuknya asosiasi kelompok usaha

Terbentuknya asosiasi kelompok usaha UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang ini merupakan suatu peluang yang dimiliki UMKM. Adanya asosiasi-asosiasi tersebut dapat membantu mengakses pasar yang lebih luas dan sebagai ajang mempromosikan produk UMKM Pangan berdaya saing. Menurut (Ferdinand, 2014), daya saing yang tinggi akan tercipta jika ada keterkaitan antara usaha menengah, kecil dan Mikro. 3. Program pelatihan dari pemerintah

Sebagian dari UMKM Pangan berdaya saing yang ada di Kota Palembang masih merasa dukungan pemerintah terhadap usahanya masih kecil, tetapi pemerintah telah melakukan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan proses produksi, proses pengemasan, dan pemerintah telah menyebarkan sarana produksi, meskipun tidak semua dari UMKM tersebut menerimanya.

4. Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang dimiliki oleh masing-masing UMKM pangan yang ada di Kota Palembang cukup banyak, namun terdapat pelanggan setia yang selalu membeli produk yang ditawarkan. Pelanggan tersebut seperti Hotel, Kantor pemerintahan, dan sekolah-sekolah yang ada di Kota Palembang. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang untuk selalu menjaga mutu produk sesuai dengan selera pelanggan, sehingga kepercayaan pelanggan dapat terjaga.

5. Pelanggan baru yang selalu meningkat

Kota Palembang merupakan kota wisata yang setiap harinya ada wisatawan luar dan dalam negeri yang berkunjung, sehingga peluang penganan khas Kota Palembang ini juga semakin banyak dan pelanggan baru setiap harinya akan semakin meningkat. Adanya pelanggan baru ini membuat UMKM pangan berdaya saing yang ada di Palembang semakin mempunyai penambahan omset dan pelanggan setiap harinya.

b. Ancaman

1. Infrastruktur yang belum memadai

Infrastruktur yang belum memadai di Kota Palembang menjadi ancaman tersendiri bagi UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang, karena untuk menghasilkan produk UMKM pangan berdaya saing yang bermutu harus disertai dengan infrastruktur yang bagus.

2. Mutu Bahan baku tidak sesuai dengan harapan

Semua produk yang dihasilkan tidak semuanya seperti yang diharapkan, sehingga jenis produk yang seperti ini bisa menjadi ancaman terhadap keberlangsungan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Untuk menghasilkan produk menurut yang diinginkan harus dibuat Standar Operating Procedure (SOP) yang akan membuat produk yang dihasilnya terjaga rasa dan mutunya.

3. Harga bahan baku fluktuatif

Harga bahan baku yang tidak menentu menjadi salah satu ancaman bagi UMKM. Hal tersebut membuat UMKM pangan berdaya saing mengalami kerugian disebabkan fluktuatifnya harga bahan baku. UMKM harus bisa menanggulangi hal tersebut dengan melakukan kontrak dengan


(38)

24

pemasok bahan baku. Cara tersebut dapat mengurangi ancaman terhadap naik turunnya harga bahan baku.

4. Tingkat persaingan dengan usaha sejenis

Persaingan antar pelaku usaha merupakan salah satu ancaman yang dihadapi oleh UMKM Pangan Kota Palembang, sehingga peran penting dari kelompok atau asosiasi usaha menjadi diperlukan. Kelompok ini harus benar-benar menjaga komitmen dan kejujuran diantara anggota kelompok, agar proses produksi dan mutu produk yang dihasilkan sesuai prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

Analisis Matriks IFE

Faktor-faktor yang menyusun matriks IFE adalah faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan pada UMKM Pangan berdaya saing Kota Palembang terdiri dari: keberagaman produk UMKM pangan berdaya saing yang merupakan makanan khas daerah, lokasi strategik, harga terjangkau, bahan baku bermutu, mutu produk sesuai harapan konsumen, sistem pembayaran dan pemesanan yang berbasis teknologi, memiliki kemasan dan label sendiri, serta label halal. Sedangkan faktor kelemahan terdiri dari: kurangnya kegiatan promosi, pengetahuan SDM masih rendah, belum adanya kontrak dengan pemasok, teknologi yang digunakan masih sederhana, kurangnya informasi proses produksi, akses keperbankan masih rendah dan belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik. Hasil analisis matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil analisis matriks IFE

No Faktor Internal Bobot

(A) Rating (B) Skor (AxB) 1 Kekuatan

Keberagaman produk UMKM 0.071 3.8 0.270

2 Lokasi Strategik 0.065 4 0.258

3 Merupakan makanan khas daerah 0.068 3.6 0.232

4 Harga terjangkau 0.064 3.6 0.232

5 Bahan baku bermutu 0.072 4 0.288

6 Mutu produk sesuai harapan konsumen 0.069 4 0.277

7 Sistem pembayaran dan pemasaran berbasis

teknologi

0.066 3.2 0.210

8 Memiliki kemasan label sendiri 0.069 3.8 0.260

9 Label halal

Kelemahan

0.057 3.6 0.204

10 Kurangnya kegiatan promosi 0.060 1.4 0.084

11 Pengetahuan SDM masih rendah 0.056 1.4 0.078

12 Belum adanya kontrak dengan pemasok 0.052 1.6 0.082

13 Teknologi yang digunakan masih sederhana 0.055 1.4 0.076

14 Kurangnya informasi proses produksi 0.065 1.2 0.078

15 Akses ke perbankan masih rendah 0.055 1.2 0.066

16 Belum adanya arsip pembukuan keuangan yang

baik

0.055 1.6 0.088

Total 1.000 43.4 2.802


(39)

25 Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE pada Tabel 11, terlihat faktor kekuatan menduduki peringkat pertama dengan nilai tertimbang 0,288 adalah bahan baku bermutu. Faktor ini menjadi salah satu kekuatan yang sangat penting dalam pengembangan UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang. Dengan bahan baku yang bermutu membuat produk UMKM pangan berdaya saing dan memiliki nilai tambah yang diharapkan menarik minat masyarakat.

Pada faktor kelemahan, belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik memiliki nilai tertimbang tertinggi (0.149). Belum adanya arsip pembukuan ini menjadi kelemahan UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang dalam mengembangkan usahanya. Bobot skor total diperoleh 2.802, menunjukkan UMKM Pangan berdaya saing di kota Palembang memiliki posisi internal sedang artinya UMKM memiliki peluang berkembang dengan baik, namun belum secara optimal menggunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan.

Analisis Matriks EFE

Matriks EFE berguna untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor eksternal yang memengaruhi UMKM pangan berdaya saing di kota Palembang. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang dalam UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang adalah pasar produk UMKM dalam dan luar negeri masih terbuka lebar, terbentuknya asosiasi kelompok usaha, program pelatihan dari pemerintah, loyalitas pelanggan, dan pelanggan baru yang semakin meningkat. Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah infrastruktur yang belum memadai, mutu komoditas tidak sesuai dengan harapan, harga bahan baku yang fluktuatif, dan tingkat persaingan dengan usaha sejenis. Hasil analisa matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil analisa matriks EFE

No Faktor Eksternal Bobot

(A)

Rating (B)

Skor (AxB) 1

Peluang

Pasar produk UMKM dalam dan luar negeri masih terbuka lebar

0.123 3.8 0.467

2 Terbentuknya asosiasi kelompok usaha 0.125 3.8 0.475 3 Program pelatihan dari pemerintah 0.122 3.6 0.403

4 Loyalitas pelanggan 0.117 3.4 0.397

5 Pelanggan baru selalu meningkat Ancaman

0.115 3.8 0.437

6 Insfrastruktur belum memadai 0.108 2 0.216

7 Mutu komoditas tidak sesuai harapan 0.107 2 0214 8 Harga bahan baku fluktuatif 0.102 1.8 0.183 9 Tingkat persaingan dengan usaha sejenis 0.091 1.6 0.145

Total 1.000 25,8 2.939

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa faktor peluang yang menduduki peringkat pertama dengan nilai tertimbang 0,475 adalah terbentuknya asosiasi kelompok usaha. Faktor ini menjadi salah satu


(40)

26

peluang yang sangat penting dalam pengembangan UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang. Adanya asosiasi pengusaha ini dapat membantu UMKM Pangan Kota Palembang dalam memasarkan produk, membantu UMKM dalam meningkatkan pengetahuan dan sebagainya.

Pada faktor ancaman, faktor insfrastruktur yang belum memadai memiliki nilai tertimbang tertinggi, yaitu 0.216 dan menjadi ancaman besar bagi UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang. Ancaman ini dapat mengganggu proses produksi, karena UMKM pangan berdaya saing membutuhkan insfrastruktur yang bagus, sehingga dapat membuat berdaya saing. Bobot skor total diperoleh adalah 2.939, yang ditunjukkan UMKM pangan berdaya saing Kota Palembang memiliki potensi eksternal yang rataan (sedang), artinya bahwa UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang memiliki kemampuan merespon tergolong sedang (rataan) dan belum menggunakan secara optimal peluang yang ada untuk mengatasi ancaman.

Analisis Matriks IE

Matriks IE merupakan matrik yang menggabungkan bobot skor pada Matriks EFE untuk meleihat posisi sel UMKM berdaya saing di kota Palembang. Jika posisi sel telah diketahui, maka diketahui pula strategi apa yang harus dilakukan oleh UMKM pangan berdaya saing di kota Palembang. Berdasarkan perhitungan matriks IFE didapatkan bobot skor 2.802 dan dari matriks EFE didapatkan bobot skor 2.939. Hasil pemetaan matriks IE dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil Matriks IE

UMKM pangan berdaya saing Kota Palembang mempunyai posisi sel V. Sel V ini menggambarkan posisi UMKM pangan berdaya saing di kota Palembang berada pada posisi Hold and Maintain (menjaga dan mempertahankan). Strategi yang tepat bagi usaha yang berada di sel ini adalah strategi penetrasi pasar dan strategi pengembagan produk (David 2010).


(41)

27 Analisis Matriks SWOT

Analisis matriks IFE dan EFE yang telah dilakukan kemudian disusun dalam matriks SWOT untuk merumuskan strategi-strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah teridentifikasi dari UMKM Pangan Kota Palembang. Perumusan strategi UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang dimuat pada Tabel 13 Perumusan strategi dengan matriks SWOT terdiri dari empat kombinasi faktor, yang terdiri dari strategi Kekuatan-Peluang (S-O), strategi Kekuatan-Ancaman (S-T), Strategi Kelemahan-Peluang (W-O) dan Strategi Kelemahan-Ancaman (W-T).

Tabel 13. Matriks SWOT UMKM pangan berdaya saing di Kota Palembang Faktor-Faktor Kekuatan (Strengths-S) Kelemahan (Weakness-W)

Faktor Internal (Internal Factor)

Faktor Eksternal (External Factor)

1. Keberagaman Produk UMKM pangan 2. Makanan khas daerah 3. Lokasi strategik 4. Harga terjangkau 5. Bahan baku bermutu 6. Mutu produk sesuai

harapan konsumen 7. Sistem pembayaran dan

pemesanan berbasis teknologi

8. Memiliki kemasan label sendiri

9. Label halal

1. Kurangnya kegiatan promosi 2. Pengetahuan SDM masih

rendah

3. Belum adanya kontrak dengan pemasok

4. Teknologi yang digunakan masih sederhana

5. Kurangnya informasi proses produksi

6. Akses ke perbankan masih rendah

7. Belum adanya arsip pembukuan keuangan yang baik

Peluang (Opportunities-O)

Strategi W-O Strategi W-T

1. Pasar produk UMKM pangan dalam dan luar negeri masih terbuka lebar 2. Terbentuknya

asosiasi kelompok usaha

3. Program pelatihan dari pemerintah 4. Loyalitas

pelanggan 5. Pelanggan baru

yang selalu meningkat

1. Meningkatkan mutu produk dan membuat variasi-variasi baru dari produk yang dihasilkan, serta membuat program keanggotaan seperti diskon khusus dan memudahkan akses bagi pelanggan baru dengan pembelian dan pemesanan berbasis teknologi seperti, internet, telpon dan sms. (S1, S6, S7, O4, O5) 2. Memperluas jaringan

distribusi produk dengan melakukan kerjasama antar UMKM dalam memasuki pasar baru baru untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah serta harga kompetitif. (S2, O1)

1. Memanfaatkan pelatihan yang dilakukan pemerintah dan GAPEHAM untuk melakukan pelatihan meningkatkan proses produksi, manajemen usaha serta melakukan kerjasama yang intensif dan kontinu dalam peningkatan pengetahuan SDM, penggunaan teknologi dan akses pinjaman modal ke perbankan (W2, W4, W5, W6, P3, P2)

2. Meningkatkan dan melakukan promosi secara kontinu (berkelanjutan) untuk memperluas pasar, serta meningkatkan loyalitas pelanggan dan menarik minat pelanggan baru dan masyarakat terhadap produk UMKM pangan berdaya saing lokal (W1, W5, W6, W7, P1, P4, P5)


(42)

28

3. Memanfaatkan program pelatihan yang dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kompetensi dari kelompok usaha dan meningkatkan brand dari produk yang dimiliki (S8, S9, O2,O3)

Ancaman (Threats-T) Strategi S-T Strategi W-T

1. Insfrastruktur belum memadai 2. Mutu komoditas

tidak sesuai harapan

3. Harga bahan baku fluktuatif

4. Tingkat persaingan dengan usaha sejenis

1. Melakukan pemilihan lokasi/tempat penjualan strategik dimana tempat yang dekat dengan pasar dan konsumen sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat

infrastrustur yang kurang baik, mutu bahan baku dan komoditas yang dijual dapat terjaga dengan baik (S3, S5, T1,T2,T3) 2. Melakukan inovasi

terhadap pengembangan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi sehingga meminimalisir tingkat kerugian berubah-ubahnya harga bahan baku dan menghadapi persaingan dengan usaha sejenis (S1, S2, T4)

1. Meningkatkan pengetahuan SDM dalam hal meminimalisir risiko dan penggunaan

teknologi supaya bisa mengurangi kerugian akibat mutu komoditas dan bahan baku yang tidak pasti (W2, W3, W4, W5, T2, T3) 2. Membangun koordinasi dan

kerjasama yang baik dari semua pihak untuk membuat sebuah sistem usaha, akses permodalan dan teknologi yang baik dan tepat guna ( W5,W6, W7, T4)

Berdasarkan Tabel 13, terdapat sembilan strategi yang dapat dirumuskan dari kombinasi faktor internal dan eksternal. sembilan strategi ini dibagi menjadi empat kelompok strategi, yaitu:

a. Strategi S-O (Strengths-Opportunities)

Strategi ini adalah strategi yang diciptakan atau dirumuskan dengan menggunakan kekuatan internal UMKM Pangan Kota Palembang untuk memanfaatkan peluang, yaitu:

1) Meningkatkan mutu produk dan membuat variasi-variasi baru dari produk yang dihasilkan, serta membuat program keanggotaan seperti diskon khusus dan memudahkan akses bagi pelanggan baru dengan pembelian, serta pemesanan berbasis teknologi seperti, internet, telpon dan sms.

UMKM Pangan berdaya saing di Kota Palembang mempunyai keberagaman produk sangat tinggi dan pasar untuk produknya, baik di dalam atau di luar negeri. Oleh karena itu untuk memaksimalkan daya saing dan meningkatkan nilai tambah dari produk UMKM tersebut di upayakan membuat variasi-variasi baru dari produk yang dihasilkan. Untuk itu strategi ini bisa diterapkan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan melalui pembuatan kartu membership atau keanggotan pelanggan dan memberikan diskon khusus.


(1)

3.5 Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur TUJUAN di bawah ini berdasarkan Aktor Dinas Pertanian

UNSUR FAKTOR A

UNSUR FAKTOR B Meningkatnya daya saing produk UMKM Meningkatnya pendapatan UMKM Meluasnya jaringan distribusi Meningkatnya kemampuan produksi UMKM Meningkatnya manajemen UMKM Meningkatnya daya saing produk UMKM

1 …….. …….. …….. ……..

Meningkatnya pendapatan

UMKM

1 …….. …….. ……..

Meluasnya jaringan distribusi

1 …….. ……..

Meningkatnya kemampuan

produksi UMKM

1 ……..

Meningkatnya manajemen

UMKM


(2)

77

BAGIAN 4

IV. Perbandingan ALTERNATIF STRATEGI terhadap TUJUAN

4.1 Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan Tujuan meningkatnya daya saing produk UMKM

UNSUR FAKTOR A (STRATEGI)

UNSUR FAKTOR B

STRATEGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 1

2 1

3 1

4 1

5 1

6 1

7 1

8 1 .

9 1

4.2 Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan Tujuan Meningkatnya pendapatan UMKM

UNSUR FAKTOR A (STRATEGI)

UNSUR FAKTOR B

STRATEGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 1

2 1

3 1

4 1

5 1

6 1

7 1

8 1 .


(3)

Lanjutan Lampiran 3

4.3 Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan Tujuan Meluasnya Jaringan Distribusi

UNSUR FAKTOR A (STRATEGI)

UNSUR FAKTOR B

STRATEGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 1

2 1

3 1

4 1

5 1

6 1

7 1

8 1 .

9 1

4.4 Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan Tujuan Meningkatnya kemampuan Produksi UMKM

UNSUR FAKTOR A (STRATEGI)

UNSUR FAKTOR B

STRATEGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 1

2 1

3 1

4 1

5 1

6 1

7 1

8 1 .


(4)

79 Lanjutan Lampiran 3

4.5 Membandingkan tingkat kepentingan unsur-unsur ALTERNATIF di bawah ini berdasarkan Meningkatnya Manajemen Usaha UMKM

UNSUR FAKTOR A

UNSUR FAKTOR B

STRATEGI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 1

2 1

3 1

4 1

5 1

6 1

7 1

8 1 .


(5)

(6)

61

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Painan Sumatera Barat pada tanggal 03 Desember 1991 dari ayah Asril dan Ibu Jusni, M. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 2 Painan Sumatera Barat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas (UNAND) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013, penulis mendapatkan gelar sarjana dari UNAND. Tahun 2014, penulis melanjutkan studinya di Program Studi Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.