Tabel 33 Profil senyawa volatil minyak daun jeruk purut asal Jawa dibandingkan dengan literatur
No Nama Komponen
Minyak daun jeruk purut Citrus D.C., Rutaceae
Standar industri multi nasional
flavor dan fragran Asal Jawa
Asal Thailand Tinjan dan
Jirapakkul. 2007
1 Alpha pinene
0.13 0.1
2 Sabinene
2.38 2.1
3 Beta pinene
0.30 0.1
4 Beta myrcene
0.71 0.9
5 Alpha limonene
0.28 0.2
6 Beta-o-chimene
0.52 0.6
7 Gamma terpinene
0.11 0.2
8 Beta linalool
4.35 3.6
9 Beta citronellal
73.44 74.8
65 - 75 10
Isopulegol 0.47
0.1 11
1-Terpinen-4-ol 0.24
12 Beta citronellol
3.95 2
1.9 - 6 13
Trans geraniol 0.21
0.3 14
Citronellyl acetate 1.56
1.9 1 - 3
15 Alpha copaene
0.13 0.7
16 Beta cubebene
0.22 0.6
17 Beta caryophyllene
1.45 3.4
– 2.5 18
Alpha guaiene 0.23
19 Alpha humulene
0.24 0.4
20 Bicyclogermacrene
0.55 1
21 Trans nerolidol
0.71 0.6
22 Patchouli alcohol
0.50
Data hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan minyak minyak daun jeruk purut asal Thailand yang diisolasi dengan metode ekstraksi solven Tinjan
dan Jirapakkul. 2007 dimana komponen utamanya adalah beta citronellal 74.8 yang diikuti beta linalool 3.6, beta citronellol 2, sabinene 2.1
dan citronellyl acetate 1.9 maka antara kedua jenis minyak minyak daun jeruk purut tersebut memiliki kemiripan atau perbedaannya tidak signifikan karena jenis
komponen minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa hampir sama dengan yang ada di minyak minyak daun jeruk purut asal Thailand.
Selanjutnya jika dilakukan gap analysis dengan membandingkan data-data
dari hasil penelitian ini dengan standar yang berlaku maka sesuai Tabel 33
menunjukkan bahwa minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa memiliki komponen senyawa volatil antara lain beta citronellal, beta citronellol, citronellyl
acetate dan beta caryophyllene yang masuk spesifikasi standar industri multi nasional flavor dan fragran namun adanya kontaminan dengan indikator
senyawa patchouli alcohol menjadi masalah lain. Secara umum, minyak minyak daun jeruk purut yang disuling sudah baik terutama dari sisi standar proses
penyulingan namun perlu diperhatikan mengenai proses CIP clean in place agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Teridentifikasinya senyawa volatil minyak daun jeruk purut dengan total persentase 96.41 bisa dijadikan acuan dalam memenuhi persyaratan regulasi
yang semakin kompleks terkait senyawa volatil sebagai parameter mutu, senyawa allergen, dan senyawa adulteran khususnya minyak daun jeruk purut.
10. Minyak Sereh Wangi Cymbopogan winterianus Jowitt
Dari hasil penelitian ini diperoleh 38 buah senyawa volatil penyusun minyak sereh wangi Cymbopogan winterianus Jowitt asal Jawa yang teridentifikasi
dengan total persentase sekitar 97.19 seperti pada Lampiran 10. komponen
utama dalam minyak ini adalah beta citronellal 35.45, geraniol 23.34, beta citronellol 10.80, geranyl acetate 3.9, limonene 3.48 dan citronellyl
acetate 2.57. Citronellol memberikan karakter odor sweet rose like sedangkan citronellol memberikan karakter odor refreshing Surburg and Panten 2006
Gambar 18 Tipe kromatogram minyak sereh wangi asal Jawa
Data hasil penelitian ini seperti pada Tabel 35 jika dibandingkan dengan
data dari hasil penelitian tentang minyak sereh wangi Cimbopogon nardus asal
Thailand oleh Nakahar et al. 2003 dimana kadar beta citronellal 5.8, geraniol 35.7, beta citronellol 4.6, geranyl acetate 9.7, dan beta citral 14.2
menunjukkan bahwa ke dua data tersebut memiliki perbedaan yang signifikan dalam komposisi senyawa volatilnya. Perbedaan tersebut disebabkan terutama
oleh jenis tanaman, asal tanaman dan umur tanaman sereh wangi. Minyak sereh wangi asal Jawa berasal dari jenis Cymbopogan winterianus jowitt sedangkan
minyak sereh wangi asal Thailand dari jenis Cimbopogon nardus. Komponen senyawa allergen minyak sereh wangi asal Jawa diantaranya
limonene 3.48, beta linalool 0.71, beta citronellol 10.8, cis dan trans citral 1.11, eugenol 0.83 dan geraniol 23.34.
Tabel 34 Jenis senyawa volatil penyusun minyak sereh wangi asal Jawa No Nama Komponen
No Nama Komponen
1 Beta myrcene
20 Alpha caryophyllene
2 Limonene
21 Epi-bicyclosesquiphellandrene
3 Beta-o-chimene
22 Methyl isoeugenol
4 Beta linalool
23 Germacrene D
5 Beta citronellal
24 Alpha farnesene
6 Isopulegol
25 Alpha cubebene
7 Decanal
26 Alpha muurolene
8 Beta citronellol
27 Alpha amorphene
9 Beta citral
28 Delta cadinene
10 Geraniol
29 Elemol
11 Alpha citral
30 Geraniol butanoat
12 3,8 Terpin
31 Germacrene d-4-ol
13 Eugenol
32 Caryophyllene oxide
14 Citronellyl acetate
33 Delta cadinol
15 Geranyl acetate
34 10-Epi-gamma edesmol
16 Methyl eugenol
35 Gamma eudesmol
17 Beta elemene
36 Tau cadinol
18 Beta caryophyllene
37 Beta selinenol
19
Alpha bergamotene
38 Tau muurolol
Tabel 35 Profil senyawa volatil minyak sereh wangi asal Jawa dibandingkan dengan Literatur
No Nama Komponen
Minyak sereh wangi Cymbopogan
winterianus Jowitt asal Jawa rerata
Minyak sereh wangi Cimbopogon nardus
SNI 06-3953- 1995
Asal Thailand 2003
1 Limonene
3.48 2
Beta linalool 0.71
1.3 3
Beta citronellal 35.45
5.8 Min. 35
4 Isopulegol
0.23 5
Beta citronellol 10.80
4.6 6
Beta citral 0.47
14.2 7
Geraniol 23.34
35.7 8
Eugenol 0.83
9 Citronellyl acetate
2.57 10
Geranyl acetate 3.90
9.7 11
Methyl eugenol 0.13
12 Beta elemene
1.39 13
Germacrene D 2.34
14 Alpha muurolene
0.50 15
Elemol 2.21
16 Delta cadinol
0.18 17
Gamma eudesmol
0.13 18
Tau muurolol 0.59
Data hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan standar yang berlaku yaitu standar SNI maka sampel minyak ini masuk spesifikasi standar SNI karena
kadar beta citronellol 35.45 diatas standar SNI yaitu minimal 35. Teridentifikasinya senyawa volatil minyak sereh wangi dengan total persentase
97.19 bisa dijadikan acuan dalam memenuhi persyaratan regulasi yang semakin kompleks terkait senyawa volatil sebagai parameter mutu dan senyawa
allergen pada minyak sereh wangi.
11. Rekapitulasi Total Hasil Penelitian dan Kesesuaian Dengan Regulasi
Secara keseluruhan rerata total persentase area yang teridentifikasi pada 10 jenis minyak atsiri atau 13 sampel yang digunakan untuk penelitian ini 97.59
kisaran 95.00 – 99.00. Terkait dengan regulasi REACH, teridentifikasinya
komponen senyawa volatil pada 10 jenis minyak atsiri yang merupakan
komoditas ekspor dan potensial dikembangkan tersebut dengan total teridentifikasi 97.59 merupakan kemajuan yang baik dalam penyediaan data-
data komposisi minyak atsiri dalam memenuhi persyaratan regulasi yang ada. Salah satu regulasi tersebut terkait dengan regulasi REACH yang
mempersyaratkan penyediaan informasi terkait komposisi bahan secara lebih detail dari suatu produk seperti minyak atsiri khususnya yang masuk ke pasar
Eropa. Di sisi lain beberapa minyak atsiri dari Indonesia seperti minyak pala, minyak nilam, minyak, minyak sereh wangi, minyak kenanga, minyak ylang-ylang
dan minyak terpentin merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor sehingga data-data dari hasil penelitian ini sangat diperlukan untuk memenuhi standar
regulasi yang cukup kompleks agar tidak menghambat ekspor ke depannya. Jika semua jenis minyak atsiri yang diteliti tersebut dibuat rekapitulasi hasilnya seperti
pada Tabel 36.