Data di Tabel 17 menunjukkan bahwa minyak pala yang diteliti oleh

Jika dikaji dari jenis senyawa kimia volatil yang bersifat allergen maka senyawa pada minyak pala asal Sulawesi dan Jawa yang tergolong allergen adalah eugenol, limonene dan isoeugenol sesuai pada Tabel 16. Senyawa alpha pinene, delta-3-carene dan eugenol sebagai penanda terjadinya pemalsuan adulteration pada minyak pala. Data pada Tabel 17 menunjukkan bahwa senyawa eugenol pada minyak pala dapat diidentifikasi sebagai senyawa penanda adulteration oleh adulteran atau kontaminan seperti minyak cengkeh clove oil. Komponen eugenol banyak ditemukan dalam minyak cengkeh yang memiliki kadar 70 Reineccius 1992. Standar EP European Pharmacopoeia dan standar industri multi nasional flavor dan fragran membatasi kadar eugenol maksimum pada level 0.5 dan 1 dengan demikian peluang terjadi pemalsuan oleh minyak cengkeh bisa diminimalisir. Menurut Burfield 2003 tentang adulteration of essential oils, minyak pala mudah untuk dipalsukan dengan fraksi terpentin seperti turpentine oil minyak terpentin hal ini dikarenakan komponen utama dalam minyak terpentin ada dalam minyak pala yaitu alpha pinene dan delta-3-carene. Minyak terpentin mengandung alpha pinene minimal 80 dan delta-3-carene diantara 8-11 Wiyono et al. 2006. Standard EP European Parmaque membatasi kadar delta- 3-carene 0.5-2 dan alpha pinene 15-28. Jika ada minyak pala memiliki kadar delta-3-carene lebih dari 2 kemungkinan lebih besar terjadinya adulteration pemalsuan oleh adulteran pemalsu seperti minyak terpentin. Standar industri multi nasional flavor dan fragran tidak mempersyaratkan parameter delta-3-carene sehingga peluang terjadi pemalsuan jauh lebih tinggi walaupun sudah dibatasi dengan parameter alpha pinene.

2. Minyak Nilam Pogostomon cablin Benth

Dari hasil penelitian untuk senyawa volatil pada minyak nilam Pogostomon cablin Benth asal Sulawesi, Jawa dan Sumatra diperoleh 33 buah senyawa volatil yang teridentifikasi dan 1 buah senyawa yang belum diketahui atau tidak teridentifikasi pada level persentase 0.1. Dalam penelitian ini juga dianalisa senyawa volatil seperti eugenol, limonene, linalool, cinnamic alcohol dan alpha copaene walaupun kadarnya sangat kecil 0.1 seperti pada Tabel 18. Hal ini dikarenakan senyawa-senyawa tersebut menjadi parameter yang penting pada salah satu standar yang ada saat ini. Total komponen volatil yang bisa teridentifikasi dari minyak nilam asal Jawa 98.02, Sumatra 97.66 dan Sulawesi 98.26 dengan rerata ketiganya 97.98 seperti pada Lampiran 2. Gambar 3 Kromatogram GC minyak nilam Indonesia asal Sulawesi, Sumatra dan Jawa Tabel 18 Jenis senyawa volatil penyusun minyak nilam asal Indonesia Sulawesi, Jawa dan Sumatra No Nama Komponen No Nama Komponen 1 Alpha pinene 21 Caryophyllene oxide 2 Beta pinene 22 Nor patchoulenol 3 Delta elemene 23 Viridiflorol 4 Beta elemene 24 2-3-isopropenyl-4-methyl-4- 5 Beta patchoulene vinylcyclohexyl-2-propanol 6 Beta caryophyllene 25 Neo-intermedeol 7 Alpha guaiene 26 Alloaromadendrene oxide 8 Calamenene 27 Pogostol 9 Seychellene 28 Patchouli alcohol 10 4,4-imethyl-3-3-3-buten-1-yliden-2- 29 Senyawa yang tidak diketahui methylidenbicyclo4.1.0heptane 30 Aristol-9-en-8-one 11 Alpha patchoulene 31 Z,E-7-methyl-4-1- 12 Germacrene D methylethylidene-1,7- 13 Beta selinene cyclodecadienemethanol 14 Alpha selinene 32 D-ledol 15 Alpha bulnesene 33 Alpha costol 16 7-Epi-alpha-selinene 34 Valerenol 17 3E-2,6-dimethyl-5-isopropyliden- - Eugenol 1,3,6,9-decatetraene - Limonene 18 1-Propen-2-yl-4methylspiro4.5decan- - Linalool 7-one Isomer B - Cinnamic alcohol 19 Caryophylla-3,813-dien-5,beta-ol - Alpha copaene 20 Spathulenol Komposisi dari minyak nilam sesuai Tabel 18 diantaranya yang termasuk golongan senyawa monoterpene seperti alpha pinene dan beta pinene. Kelompok senyawa sesqueterpene seperti beta caryophyllene, selinene, guaiene dan bulnesene. Kelompok senyawa oksida seperti caryophyllene oxide dan alloaromadendrene oxide. Kelompok senyawa sesqueterpene alcohol seperti patchouli alcohol, viridiflorol dan pogostol. Komponen utama yang memiliki persentase tertinggi dari minyak nilam asal Sulawesi, Sumatra dan Jawa adalah patchouli alcohol. Komponen ini yang umumnya menjadi salah satu ciri khas dari minyak nilam dan menentukan kualitas dari patchouli oil minyak nilam. Menurut Sell 2003, komponen senyawa volatil nor patchoulenol dan nor-tetrapatchoulol yang berperan penting dalam karakter odor dari minyak nilam. Dalam penelitian ini diperoleh kadar nor patchoulenol pada minyak nilam asal Jawa 0.57, Sumatra 0.61 dan Sulawesi 0.54 seperti pada Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan bahwa minyak nilam asal Sulawesi memiliki kadar patchouli alcohol paling rendah dibandingkan dengan patchouli oil asal Jawa dan Sumatra. Minyak nilam asal Sumatra memiliki kandungan patchouli alcohol paling tinggi. Gambar 4 Spektrum massa dan struktur dari patchouli alcohol C 15 H 26 O dengan berat molekul 222 NIST 2008 Jika hasil penelitian ini dibandingkan hasil penelitian oleh Sundaresan et al. 2009 tentang minyak nilam asal India dari jenis Pogostemon cablin Benth maka terdapat beberapa perbedaan yang nyata. Kadar patchouli alcohol asal India hanya 23.2 sedangkan dari Sulawesi, Jawa dan Sumatra memiliki kadar patchouli alcohol 29. Umumnya dengan kadar patchouli alcohol yang rendah dan ketidak adanya senyawa nor patchoulenol seperti pada minyak nilam asal