Kuantifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri

Tabel 15 Kondisi GC gas chromatography untuk uji sampel minyak nilam, minyak daun jeruk purut, minyak lada hitam dan minyak jahe segar Sumber : PT Indesso Aroma 2011 Jenis Sampel Parameter uji dengan GC gas chromatography Jenis column Injektor Progam suhu Detektor Minyak nilam Column non polar HP-1 Methyl siloxane Suhu injektor : 275 C , mode split rasio split 100 : 1 Carrier gas nitrogen, oven : 150 C, 150 – 250 C pada rate 5 Cmin hold time 10 min Detector : 275 C, H 2 flow : 30 mlmin, air flow : 400 mlmin. Make up flow : 25 mlmin Minyak daun jeruk purut Column non polar HP-1 Methyl siloxane Suhu injektor : 275 C , mode split rasio split 100 : 1 Carrier gas N 2 , oven : 150 C, 150 – 190 C pada rate 2 Cmin hold time 10 min, 190 – 250 C pada rate 2 Cmin hold time 10 min Detector : 275 C, H 2 flow : 30 mlmin, air flow : 400 mlmin. Make up flow : 25 mlmin Minyak lada hitam Column non polar HP-1 Methyl siloxane Suhu injektor : 275 C , mode split rasio split 100 : 1 Carrier gas N 2, oven : 75 C, 75 - 100 C pada rate 2 Cmin, 100 – 200 C pada rate 5 Cmin, 200 - 250 C pada rate 2 Cmin hold time 20 min Detector : 275 C, H 2 flow : 30 mlmin, air flow : 400 mlmin. Make up flow : 25 mlmin Minyak jahe segar Column non polar HP-1 Methyl siloxane Suhu Injektor : 275 C , mode split rasio split 100 : 1 Carrier gas N 2, oven : 100 C, 100 – 200 C pada rate 5 Cmin, 200 – 250 C pada rate 10 Cmin hold time 5 min, 250 – 300 C pada rate 10 C hold time 10 min Detector : 275 C, H 2 flow : 30 mlmin, air flow : 400 mlmin. Make up flow : 25 mlmin

4. Analisis Data Gap Analysis

Dari data hasil penelitian tersebut diambil angka rerata dan kemudian dilakukan gap analysis dengan membandingkan antara data hasil penelitian ini dengan standar acuan baik Standar Nasional Indonesia SNI, standar industri flavor dan fragran ataupun standar internasional seperti ISO, FCC Food Chemical Codex dan literatur. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Minyak Pala Myristica fragrans

Dari hasil analisis sampel minyak pala Myristica fragrans Houtt asal Sulawesi dan Jawa yang diambil secara random dari tempat penyulingan menggunakan GC-MS diperoleh sekitar 35 buah senyawa kimia volatil penyusun minyak pala yang teridentifikasi sesuai pada Tabel 16. 35 buah senyawa volatil tersebut merupakan jumlah senyawa dengan persentase area 0.1. Total persentase senyawa volatil pada minyak pala asal Sulawesi sekitar 98.56 dan minyak pala asal Jawa sekitar 98.76 sesuai pada Lampiran 1. Dari pola peak pada Gambar 1 terlihat bahwa pemisahan peak antara senyawa yang satu dengan yang lain cukup baik sehingga penentuan senyawa secara kualitatif dan kuantitatif memberikan data yang lebih akurat dan valid. Gambar 1 Kromatogram GC minyak pala Indonesia asal Sulawesi dan Jawa Dikarenakan ke-2 analisis baik GC dan GC-MS tersebut menggunakan kolom HP-1 dan HP-1MS yang bersifat non polar maka senyawa yang titik didih rendah atau memiliki tingkat kepolaran yang tinggi akan dideteksi oleh detektor lebih dahulu sehingga akan keluar lebih awal begitupun sebaliknya hal ini karena senyawa yang titik didih rendah atau kepolaran tinggi cenderung berinteraksi kurang kuat dengan fase diam dari kolom tersebut. Senyawa yang keluar lebih awal ditunjukkan dengan RT Retention Time yang lebih pendek. Senyawa terpene seperti alpha thujene, alpha pinene sampai terpinolen akan keluar lebih