Regulasi Lembaga di dunia yang mengatur minyak atsiri diantaranya : 1 The

Menurut standar IFRA, methyl eugenol dalam nutmeg oil harus kurang dari 1, safrol ditetapkan 0.01 aplikasi fragran dan eugenol tergantung dari kategori penggunaan. Lembaga baru independen ECHA European Chemical Agency yang berbasis di Helsinki membuat peraturan baru yang dinamakan REACH Regulation Registration, Evaluation, Authorisation and Restrictions of Chemicals. Tujuan utama dari peraturan ini adalah melindungi kesehatan manusia dan lingkungan. Perusahaan yang memproduksi atau mengimpor satu ton atau lebih zat kimia per tahun akan diminta untuk mendaftar di badan ECHA terkait regulasi REACH. Pendaftaran dimulai dari 1 Juni 2008 - Desember 2008 sebaga pra-registrasi. Produsen yang memproduksi dan mengimpor lebih dari 1000 ton per tahun harus sudah terdaftar pada 1 Desember 2010. Pada 1 Juni 2013 semua zat kimia yang diproduksi atau diimpor dalam jumlah sama atau lebih besar dari 100 ton pertahun diharuskan mendaftar begitupun untuk kapasitas sama atau lebih besar 1 ton per tahun mendaftar sebelum 1 Juni 2018 ECHA 2007 Bahan-bahan yang dicakup dalam REACH adalah bahan kimia, komponen elektronik, bahan bangunan, mainan, minyak atsiri, termasuk zat dalam produk makanan dan obat. Produsen dan importir yang tidak mengikuti regulasi REACH sesuai ketentuan yang ada tidak bisa mengeskpor dan mengimpor produk ke pasar Uni Eropa khususnya untuk volume produk ekspor diatas 1 ton per tahun. III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji dan Laboratorium Riset dan Development PT Indesso Aroma, Cibubur, Bogor. Penelitian ini dimulai bulan Desember 2011 sampai Maret 2012.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak pala Myristica fragrans Houtt asal Jawa dan Sulawesi; minyak nilam Pogostomon cablin Benth asal Jawa, Sumatra dan Sulawesi; minyak jahe segar Zingiber officinale Roscoe asal Jawa; minyak akar wangi Vetiveria zizanioides asal Jawa barat; minyak lada hitam Piper nigrum asal Jawa; minyak kenanga Canangium odoratum Baill forma macrophylla asal Jawa; minyak ylang-ylang Canangium odoratum Baill forma genuina asal Jawa; minyak terpentin Pinus merkusii asal Jawa Barat, minyak daun jeruk purut Citrus D.C., Rutaceae asal Jawa dan minyak sereh wangi Cymbopogan winterianus Jowitt asal Jawa. Keseluruhan minyak atsiri yang diteliti sebagian besar berasal dari pengumpul minyak atsiri yang berlokasi di Jawa Barat yang sampelnya diambil dari para penyuling di daerah di Indonesia Alat instrumentasi yang digunakan dalam analisis adalah GC merk Agilent type 7890 dengan menggunakan column non polar yaitu HP-1 methyl siloxane dengan spesifikasi 30 m panjang x 25 µm diameter luar x 0.25 µm diameter dalam dan GC-MS merk Agilent type MSD 5975 dengan triple axial detector. Column yang digunakan di GC-MS adalah HP-1 MS dengan spesifikasi 30 m x 25 µm x 0.25 µm. Limit deteksi alat GC dan GC-MS tersebut adalah 0.1 ppm sedangkan limit kuantifikasi 10 ppm.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :

1. Persiapan Sampel

Dalam tahapan ini semua minyak atsiri yang sudah diperoleh dari daerah di Indonesia ditempatkan dalam kondisi kering dan tertutup rapat menggunakan botol sehingga terhindar dari kontaminasi silang, sinar ultraviolet dan penguapan.

2. Identifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri

Analisis minyak atsiri dilakukan dengan alat GC gas chromatography untuk penentuan kadarnya dalam bentuk persentase area dan alat GC-MS untuk penentuan jenis senyawa volatil dalam minyak atsiri. Konsentrasi minimum senyawa volatil yang dideteksi 0.1 persentase area baik itu untuk analisa GC atau GC-MS kecuali untuk senyawa volatil yang dipersyaratkan dalam standar yang memiliki konsentrasi 0.1. Persentase area komponen senyawa dihitung dari area komponen per area total x 100 tanpa faktor koreksi. Metode untuk setting GC-MS sama dengan metode setting alat GC untuk semua jenis minyak atsiri hanya ada setting tambahan untuk MS Mass Spectrometry dimana energy yang dipakai 70 eV, emission 35 µA, suhu ion source : 250 C, suhu quadoprole : 200 C, EMV : 2000 V, scan mass amu : 10 – 550, carrier gas yang dipakai adalah helium. Tabel 13 Kondisi setting alat GC-MS untuk uji semua sampel minyak atsiri Parameter Setting Suhu ion source 250 C Suhu quadoprole 200 C Scan mass amu 10 - 250 Emission 35 µA Energy 70 eV WMV 2000 V Setting column, program suhu, injektor dan detektor Sama dengan setting GC Sumber : PT Indesso Aroma 2011 Analisis senyawa volatil dilakukan dengan menggunakan alat GC-MS terlebih dahulu dengan metode analisis disesuaikan karakteristik minyak atsirinya. Identifikasi senyawa volatil dilakukan dengan software MSD Data Analysis dimana prinsip kerjanya spektra massa suatu senyawa volatil dibandingkan dengan library standar yang digunakan yaitu Wiley, NIST dan Adam. Probability tingkat kemiripan antara pola spektrum massa senyawa yang diidentifikasi dengan spektrum massa senyawa standar pada library menjadi dasar utama identifikasi. Selain itu juga didukung dengan data sekunder seperti jurnal yang sudah dipublikasi. Jika hasil kualitatif sudah didapatkan dilanjutkan dengan analisa kuantitatif dengan alat GC untuk mengetahui persentase area dari integrator tanpa menggunakan response factor. Persentase area senyawa volatil