Minyak Nilam Pogostomon cablin Benth

Komposisi dari minyak nilam sesuai Tabel 18 diantaranya yang termasuk golongan senyawa monoterpene seperti alpha pinene dan beta pinene. Kelompok senyawa sesqueterpene seperti beta caryophyllene, selinene, guaiene dan bulnesene. Kelompok senyawa oksida seperti caryophyllene oxide dan alloaromadendrene oxide. Kelompok senyawa sesqueterpene alcohol seperti patchouli alcohol, viridiflorol dan pogostol. Komponen utama yang memiliki persentase tertinggi dari minyak nilam asal Sulawesi, Sumatra dan Jawa adalah patchouli alcohol. Komponen ini yang umumnya menjadi salah satu ciri khas dari minyak nilam dan menentukan kualitas dari patchouli oil minyak nilam. Menurut Sell 2003, komponen senyawa volatil nor patchoulenol dan nor-tetrapatchoulol yang berperan penting dalam karakter odor dari minyak nilam. Dalam penelitian ini diperoleh kadar nor patchoulenol pada minyak nilam asal Jawa 0.57, Sumatra 0.61 dan Sulawesi 0.54 seperti pada Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan bahwa minyak nilam asal Sulawesi memiliki kadar patchouli alcohol paling rendah dibandingkan dengan patchouli oil asal Jawa dan Sumatra. Minyak nilam asal Sumatra memiliki kandungan patchouli alcohol paling tinggi. Gambar 4 Spektrum massa dan struktur dari patchouli alcohol C 15 H 26 O dengan berat molekul 222 NIST 2008 Jika hasil penelitian ini dibandingkan hasil penelitian oleh Sundaresan et al. 2009 tentang minyak nilam asal India dari jenis Pogostemon cablin Benth maka terdapat beberapa perbedaan yang nyata. Kadar patchouli alcohol asal India hanya 23.2 sedangkan dari Sulawesi, Jawa dan Sumatra memiliki kadar patchouli alcohol 29. Umumnya dengan kadar patchouli alcohol yang rendah dan ketidak adanya senyawa nor patchoulenol seperti pada minyak nilam asal India kecenderungan minyak tersebut memiliki karakter yang berbeda atau menyimpang terutama dari sisi odornya karakter woody dan patchouli like lemah. Menurut pengalaman penulis dalam bidang sensori khususnya minyak nilam menunjukkan bahwa umumnya minyak nilam asal Sumatra memiliki karakter woody yang lebih kuat namun intensitas karakter odor green, herbaceous dan terpenic like yang lebih lemah dibanding minyak nilam asal Jawa yang cenderung karakter odornya lebih green dan herbaceous sedangkan karakter woody lebih lemah. Karakter odor dari minyak nilam asal Sulawesi mempunyai kemiripan dengan karakter odor dari minyak nilam asal Jawa. Terkait dengan karakter odor balsamic, kecenderungan karakter ini muncul lebih kuat selama aging atau penyimpanan. Perbedaan kadar dan odor dari keempat minyak nilam tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari umur tanaman, asal geografis tanaman dan proses penyulingan yang tidak optimal. Minyak nilam asal Sumatra, Jawa dan Sumatra berasal dari jenis tanaman yang sama yaitu Pogostomon cablin Benth nilam Aceh yang paling banyak penyebarannya dan memiliki kualitas minyak yang lebih baik. Iklim dan karakter tanah menentukan karakter mutu tanaman nilam. Faktor penyulingan yang tidak optimal bisa menurunkan kadar patchouli alcohol. Dalam penelitian ini senyawa yang termasuk senyawa allergen yang ada pada minyak nilam asal Sumatra, Sulawesi dan Jawa adalah linalool, limonene dan eugenol. Gap analysis dilakukan dengan membandingkan antara minyak nilam asal Indonesia Sulawesi, Jawa dan Sumatra dengan standar yang berlaku baik Standar Nasional Indonesia SNI maupun standar internasional bisa dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa minyak nilam asal Jawa dan Sumatra memenuhi syarat standar SNI, standar industri multi nasional flavor dan fragran dan standar ISO 3757 : 2002. Dengan demikian minyak nilam asal Jawa dan Sumatra memiliki kualitas yang baik dari segi komponen penyusunnya sehingga kemungkinan bisa diterima baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Minyak nilam asal Sulawesi tidak memenuhi standar SNI terkait dengan kadar patchouli alcohol yang hanya 29.73 lebih rendah dibanding spesifikasi SNI yaitu minimal 30. Jika dibandingkan dengan standar asing atau internasional seperti standar industri multi nasional flavor dan fragran dan standar ISO 3757 : 2002 maka minyak nilam asal Sulawesi memenuhi semua persyaratan terutama komponen patchouli alcohol dan parameter senyawa allergen. Minyak nilam asal India Sundaresan et al. 2009 menunjukkan bahwa minyak ini tidak masuk spesifikasi standar SNI, standar industri multi nasional flavor dan fragran maupun Standar Internasional ISO terutama kadar patchouli alcohol yang terlalu rendah. Senyawa alpha copaene menjadi penanda adulteration pemalsuan oleh gurjun balsam gurjun oil yang memiliki kandungan alpha copaene tinggi 40 Indesso 2011. Menurut Burfield 2003 tentang adulteration of essential oils, minyak nilam bisa ditambahkan minyak pemalsu dengan harga yang lebih murah yaitu gurjun balsam. Pada ketiga standar minyak nilam yang ada pada Tabel 19 menunjukkan ada batasan maksimum untuk parameter alpha copaene dimana SNI membatasi maksimum 0.5 lebih ketat sedangkan standar industri multi nasional flavor dan fragran dan standar ISO 3757 : 2002 membatasi maksimum 1. Jika kadar alpha copaene pada minyak nilam lebih tinggi dari standar-standar tersebut membuka peluang terjadinya adulteration. Senyawa eugenol menjadi salah satu parameter penting di dalam standar standar industri multi nasional flavor dan fragran dikarenakan senyawa ini sebagai senyawa penanda adanya adulteration pemalsuan oleh minyak yang memiliki kandungan eugenol tinggi seperti minyak cengkeh. Jika kadar eugenol 0.08 800 ppm memungkinkan terjadinya adulteration. Proses adulteration bisa terjadi baik sengaja ditambahkan maupun disebabkan kontaminasi silang pada waktu proses penyulingan. Parameter senyawa eugenol disarankan juga dimasukkan didalam standar SNI dan ISO 3757 : 2002 yang saat ini kedua standar tersebut tidak ada parameter senyawa eugenol sehingga dengan adanya parameter ini bisa meminimalisir terjadinya pemalsuan yang saat ini semakin kompleks.

3. Minyak Jahe Segar Zingiber officinale

Dalam penelitian ini diperoleh persentase senyawa volatil untuk minyak jahe segar Zingiber officinale Roscoe asal Jawa sekitar 96.32 dimana batasan yang diuji 0.1. Jumlah komponen penyusun minyak jahe segar asal Jawa sekitar 70 buah komponen yang bisa teridentifikasi sedangkan 1 buah komponen tidak bisa teridentifikasi seperti pada Tabel 20 . Dengan hasil ini menunjukkan bahwa komponen penyusun minyak jahe segar asal Jawa lebih banyak dibandingkan dengan komposisi pada minyak pala dan minyak nilam yang juga asal Indonesia. Umumnya minyak jahe segar di Indonesia berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe. Komposisi dari minyak jahe segar asal Jawa sesuai Tabel 20 yang tergolong senyawa monoterpene seperti alpha pinene, champene, alpha phellandrene dan beta pinene. Kelompok senyawa monoterpene alcohol seperti 1-hexanol, linalool, borneol, terpineol dan citronellol. Kelompok senyawa sesqueterpene seperti beta caryophyllene, alpha copaene, farnesene, bisabolene, zingiberene, bergamotene dan germacrene. Kelompok senyawa oksida seperti caryophyllene oxide. Kelompok senyawa sesqueterpene alcohol seperti nerolidol, cadinol, tau muurolol dan eudesmol. Kelompok monoterpene aldehyde seperti citral. Kelompok senyawa ester diantaranya bornyl acetate. Kelompok senyawa monoterpene keton contohnya camphor sedangkan kelompok senyawa sesqueterpene aldehyde contohnya farnesal. Gambar 5 Kromatogram GC dari minyak jahe segar asal Jawa Tabel 20 Jenis senyawa volatil penyusun minyak jahe segar asal Jawa No Nama Komponen No Nama Komponen 1 1-Hexanol 38 Calarene 2 Tricyclene 39 Aromadendrene 3 Alpha pinene 40 6-Isopropyl-4-8a-dimethyl- 4 Camphene 1,2,3,7,8,8a-hexahydronaphtalene 5 6-Methyl hep-5-en-2-one 41 Zingiberene 6 2-Methyl-2hepten-6-ol 42 Beta bisabolene 7 Beta pinene 43 Alpha bisabolene 8 Beta myrcene 44 Calamanene 9 Alpha phellandrene 45 Beta sesquiphelandrene 10 o-Chimene 46 Gamma bisabolene 11 Beta phellandrene 47 Hedycaryol 12 Alpha terpinolen 48 Alpha bergamotene 13 Linalool 49 Germacrene B 14 Camphor 50 Nerolidol 15 Borneol 51 Ar-tumerol 16 Carane,4,5-epoxy,trans 52 1-Phenyl-2-p-tolyl-propane 17 1-Terpinen-4-ol 53 10-Epi-betaacoradiene 18 Alpha terpineol 54 Caryophyllene oxide 19 Beta citronellol 55 Beta curcumen-12-ol 20 Beta citral 56 2E,6E-3,7,11 Trimethyl-2,6,10- 21 3,7-Dimethylocta-2-6-dien-1-ol dodecatrien-1-ol 22 Cis-citral 57 Alpha acoranol 23 Bornyl acetate 58 Gamma eudesmol 24 2-Undecanone 59 Farnesol 2Z,6Z 25 Beta citronellyl acetate 60 Bergamotol 26 2,6-Octadien-1-ol,3,7 dimethyl 61 Tau muurolol acetate 62 Beta-eudesmol 27 Senyawa yang tidak diketahui 63 Epi-amiteol 28 Alpha copaene 64 Delta cadinol 29 Cyclosativene 65 Alpha copaene-8-ol 30 Sesquithujene 66 Bisabolol 31 Beta caryophyllene 67 2,4 Diter-butylphenol 32 +-110-Aristolene 68 Sesquisabinenehydrate trans 33 Alpha farnesene 69 1-Formyl-2,2-dimethyl-3-trans-3- 34 Beta funebrene methyl-but-enyl-6-methylidene 35 Beta farnesene -cyclohexane 36 Alloaromadendrene 70 Farnesal 37 Alpha curcumene 71 Beta-cedren-9-alpha-ol Pada sampel minyak jahe segar asal Jawa memiliki komponen utama diantaranya champene 14.54, beta phellandrene 6.48, alpha curcumene 8.61, zingiberene 18,61 dan beta sesquephelandrene 8.11 seperti pada Tabel 21 dan Lampiran 3. Dari Tabel 21 menunjukkan perbandingan antara minyak jahe segar asal Jawa dengan minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India yang diteliti oleh Sasidharan dan Menon 2010. Dari Tabel 21 menunjukkan bahwa minyak jahe segar asal Jawa cenderung mendominasi untuk komponen monoterpene seperti champene 14.54 sedangkan minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India kandungan champene hanya 4 dan 1. Namun sebaliknya untuk komponen zingiberene didominasi oleh minyak jahe kering 30.3 dan minyak jahe segar asal India 28.6 sedangkan komponen zingiberene pada minyak jahe segar asal Jawa hanya 16.8. Perbedaan yang signifikan ini mempengaruhi karakter organoleptik dari ketiga minyak jahe tersebut. Karakter organoleptik seperti karakter lemony terutama ditentukan oleh adanya senyawa citral Koroch et al. 2007. Pada minyak jahe segar asal Jawa memiliki total citral sekitar 6.94 lebih tinggi dibanding minyak jahe kering dari India sehingga kemungkinan memiliki karakter lemony yang cukup kuat. Namun rendahnya komponen zingiberene pada minyak jahe segar asal Jawa dibandingkan dari minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India menyebabkan karakter odor spicy warm gingery yang lebih lemah. Sedangkan minyak jahe segar memiliki karakter spicy like lebih kuat dan minyak jahe kering asal India paling kuat karakter warm gingery dan spicy like namun lemony like lemah. Kedua minyak jahe dari India berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe yang umum ditanam di negara tropis termasuk di Indonesia. Minyak jahe segar asal Jawa juga berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe yang lebih komersial. Perbedaan komposisi senyawa volatil pada ketiga minyak jahe tersebut disebabkan diantaranya klon, kultivar tanaman, proses pengeringan dan daerah asalnya. Jika dikaji dari jenis senyawa volatil yang bersifat allergen maka senyawa pada minyak jahe segar asal Jawa yang tergolong allergen dari hasil penelitian ini adalah linalool 0.59, cis dan beta citral 6.94, beta citronellol 0.61 dan farnesol 0.27. Tabel 21 Profil senyawa volatil minyak jahe segar asal Jawa dibandingkan dengan literatur No Nama Komponen Minyak jahe segar Zingiber officinale Roscoe asal Jawa Rerata Minyak jahe segar Zingiber officinale Roscoe asal India Sasidharan dan Menon 2010 Minyak jahe kering Zingiber officinale Roscoe asal India Sasidharan dan Menon 2010 1 1-Hexanol 0.13 2 Alpha pinene 3.60 0.1 0.3 3 Camphene 14.54 4 1 4 6- Methyl hep-5-en-2-one 1.69 0.9 5 Beta pinene 0.35 1.6 0.6 6 Beta myrcene 1.55 2.1 7 Alpha phellandrene 0.16 1.3 8 o-Chimene 0.11 1.3 9 Camphor 0.23 0.2 10 Borneol 1.51 1.2 0.5 11 1-Terpinen-4-ol 0.15 0.2 0.1 12 Beta citral 2.95 8.5 4.4 13 Cis citral 3.95 1.8 0.5 14 Bornyl acetate 0.58 0.2 15 2-Undecanone 0.17 0.1 16 Alpha copaene 0.31 1.5 17 Beta caryophyllene 0.10 1.4 18 Beta farnesene 0.31 0.1 1.5 19 Alpha curcumene 8.61 5.6 11 20 Zingiberene 16.80 28.6 30.3 21 Beta bisabolene 5.05 5.8 7.2 22 Beta sesquiphelandrene 8.11 2.5 6.6 23 Nerolidol 0.26 1.5 0.2 24 Farnesol 2Z,6Z 0.27 0.1 0.1 25 Bergamotol 0.13 0.1 26 Tau muurolol 0.11 0.2 27 Beta-eudesmol 0.23 0.1 28 Bisabolol 0.14 0.3 0.3 29 Sesquisabinenehydrattrans 0.33 0.1 Selanjutnya terkait dengan spesifikasi produk untuk minyak jahe segar ternyata tidak ada parameter terkait komponen senyawa volatil baik pada standar SNI 06-4374-1996 dan FCC Food Chemical Codex sehingga cukup sulit untuk membedakan antara minyak jahe segar dengan minyak jahe kering selain menggunakan parameter odor dan parameter kimia lainnya seperti nilai rotasi