Pengaruh Job Characteristic Terhadap Cyberloafing pada Karyawan Telekomunikasi
PENGARUH JOB CHARACTERISTIC TERHADAP
CYBERLOAFINGPADA KARYAWAN PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
EFRIANTY SHAILA PANE 101301119
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
PENGARUH JOB CHARACTERISTIC TERHADAP CYBERLOAFING PADA KARYAWAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalan penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 25 Juni 2015
Efrianty Shaila Pane NIM. 101301119
(4)
Pengaruh Job Characteristic TerhadapCyberloafing Pada Karyawan Perusahaan Telekomunikasi
Efrianty Shaila Pane dan Siti Zahreni
ABSTRAK
Cyberloafing merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan internet untuk melakukan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaanya pada saat jam kerja baik dengan fasilitas perusahaan maupun peralatan pribadi. Munculnya
cyberloafing dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja karyawan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cyberloafing, salah satunya adalah job characteristic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh job characteristic terhadap cyberloafing. Subjek penelitian ini adalah 82 orang karyawan di Perusahaan Telekomunikasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala cyberloafing yang diadaptasi dari teori Lim dan Chen (2009) dan skala job characteristic yang diadaptasi dari teori job characteristic
Hackman dan Oldham (1974). Analisis data penelitian menggunakan regresi berganda dan menunjukkan bahwa job characteristic dan dimensi job characteristictidak berpengaruh terhadap cyberloafing.
Kata Kunci : cyberloafing, job characteristic, karyawan telekomunikasi, penggunaan internet
(5)
The Influence of Job Characteristic Toward Cyberloafing Among Communication Company Employees
Efrianty Shaila Pane dan Siti Zahreni
ABSTRACT
Cyberloafing is abehavior of employees that using the internet to do work unrelated to the job during working hours which uses both company‟s facility or personal equipment. The emergence of cyberloafing can influence the productivity and performance of the employees. There are several factors that influence cyberloafing, one of them is the job characteristic. This study aimed to determine the influence of job characteristic toward cyberloafing. The subjects were 82 employees in the Telecommunication Company. The instruments that used in this study were cyberloafing scale adapted from the theory of Lim and Chen (2009) and the scale of job characteristic adapted from the theory of job characteristic Hackman and Oldham (1974). Data was analized by mutiple regression and showed the job characteristic and the dimensions of job characteristic do not influence cyberloafing.
Keyword : cyberloafing, job characteristic, communication employees, internet usage
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi. Skripsi ini dilakukan dalam rangka sebagai prasyarat ujian sarjana yang berjudul
“Pengaruh Job Characteristic Terhadap Cyberloafing Pada Karyawan
Telekomunikasi”. Shalawat dan salam senantiasadicurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Alm. Ir. Ikhawanuddin Pane dan Ir. Hartati, yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada peneliti sejak kecil, mendidik dan membimbing, serta selalu mendoakan peneliti dalam setiap aktivitas. Skripsi ini juga peneliti persembahkan untuk saudari dan saudara tercinta yaitu Dwika Suci Muliana Pane dan M. Hafizurahman Pane. Terima kasih atas dukungan, doa dan pengertiannya selama ini.
Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu, baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas PsikologiUniversitas Sumatera Utara.
2. Kak Siti Zahreni, M. Psi, psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pemikirannya serta dengan sabar membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
(7)
3. Bapak Zulkarnain Ph.D dan Bapak Ferry Novliadi M.Si yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai dosen penguji pada sidang skripsi saya. Terima kasih atas masukan dan saran yang Bapak berikan sehingga penelitian saya menjadi lebih baik.
4. Ibu Vivi Gusrini Pohan M.Sc., M.A., selaku pembimbing akademik. Terimakasih banyak atas bimbingan dan arahan Ibu selama saya menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Utsman yang telah membantu saya selama proses uji coba skala
di tempat kerja Bapak. Kemudian Bapak Nasrial, Bapak Edi, Bapak Kuncoro serta pihak lain yang membantu penelitian saya.Bantuan Bapak dan Ibu sangat berharga untuk penelitian saya.
6. Keluarga besar saya yaitu Kakek, Nenek, Kak Eka, Bang Ari, Rida, Ridho, Ibu Santi, Uwak Masnun, Udak Ari dan Bou Neneng. Terima kasih banyak atas dukungan dan doa serta bantuannya yang diberikan kepada saya.
7. Teman-teman terbaik saya selama berkuliah di Fakultas Psikologi USU, PAPers yaitu Kak Nisa,Lili, Numu, Desy, Fitri, dan Rini. Terima kasih sudah bersedia jadi tempat berbagi suka dan duka selama 5 tahun serta dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih juga kepada Febri, Olwinda, Elienz, Naomi, Melina dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah menjadi teman sharing
(8)
8. Teman-teman terbaik saya di SMA yaiu Vinni, Ija dan Tata. Terima kasih banyak atas bantuannya, doa serta dukungannya kepada saya. 9. Senior yang selalu menjawab pertanyaan saya terkait denganskripsi,
yaitu Kak Eka, Kak Mifta dan Kak Putri. Terima kasih banyakatas waktu dan kesabaran membimbing saya.
10.Junior yang selalu memberikan dukungannya kepada saya yaitu Indah, Vika, Muthia, Dara, Uun, Tasya, Ulfa, Retno, Rani, Dika dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih bayak atas dukungan dan doanya.
11.Keluarga INSOS Kece, kelompok yang dibentuk karena tugas IntervensiSosial, yang menjadikan keluarga baru saya. Papi Weillun, Cici Vera, Teteh Irene, Butet Anggun, Bundo Numu, Kak Nisa, Eonni Lili.
12.Angkatan 2010, tempat di mana saya bernaung selama 4 tahun. Terima kasih atas pembelajaran dan kenangan yang saya dapatkan selama berada dikelas bersama kalian.
13.Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi USU. Terima kasihatas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada saya.
14.FORMASI Al Qalb USU dan PEMAF Psikologi USU sebagai tempat belajar dan berbagi tentang hal-halbaru. Tempat yang mengajarkan pentingnya menjaga ukhuwah atau persaudaraan. Semoga ukhuwah ini dapat terus terjalin selamanya. Amin.
(9)
15.Seluruh partisipan dalam penelitian ini yang telah bersedia meluangkanwaktunya untuk mengisi skala saya.
Akhir kata, peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Medan, Juni 2015
(10)
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN...i
HALAMAN ABSTRAK...ii
HALAMAN ABSTRAK INGGRIS...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR GRAFIK...xi
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...9
C. Tujuan Penelitian...9
D. Manfaat Penelitian...10
1. Manfaat Teoritis...10
2. Manfaat Praktis...10
E. Sistematika Penulisan...11
BAB II LANDASAN TEORI...12
A. Cyberloafing...12
1. Definisi Cyberloafing ...12
2. Aktivitas Cyberloafing...13
1) Browsing Activities...13
(11)
3. Faktor-Faktor Penyebab...14
1) Faktor Individual...14
2) Faktor Situasi...16
3) Faktor Organisasi...16
B. Job Characteristic...19
1. Definisi Job Characteristic...19
2. Dimensi Job Characteristic...20
C. Pengaruh Job Characteristic Terhadap Cyberloafing Pada Karyawan...22
D. Hipotesis Penelitian...26
BAB IIIMETODE PENELITIAN...27
A. Identifikasi Variabel...27
B. Definisi Operasional...27
1. Cyberloafing...27
2. Job Characteristic...28
C. Subjek Penelitian...29
1. Populasi...29
D. Metode Pengumpulan Data...30
1. Skala Cyberloafing...31
2. Skala Job Characteristic...32
E. Uji Coba Alat Ukur...34
1. Validitas Alat Ukur...34
(12)
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur...37
a. Skala Cyberloafing...36
b. Skala Job Characteristic...37
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...37
1. Tahap Persiapan Penelitian...38
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian...39
3. Tahap Pengolahan Data...40
G. Metode Analisis Data...40
1. Uji Normalitas...41
2. Uji Linieritas...41
3. Uji Multikolinearitas...41
4. Uji Heteroskedastisitas...42
5. Uji Autokorelasi...42
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...43
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN...43
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...43
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia...44
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja...45
4. Gambaran Subjek Berdasarkan Level Jabatan...46
B. HASIL PENELITIAN...46
1. Hasil Uji Asumsi...47
a. Uji Normalitas...47
(13)
c. Uji Multikolinieritas...48
d. Uji Heteroskedastisitas...49
e. Uji Autokorelasi...49
2. Hasil Utama Penelitian...50
a. Hasil Analisis Data...50
1) Hasil Analisis Data Mayor...50
2) Hasil Analisis Data Minor...52
b. Nilai Empirik dan Hipotetik...53
1) Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Job Characteristic...53
2) Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Cyberloafing...54
c. Kategorisasi Data Penelitian...54
1) Kategorisasi Job Characteristic...55
2) Kategorisasi Cyberloafing...56
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...59
A. KESIMPULAN...59
B. SARAN...59
(14)
DAFTAR GRAFIK
Halaman
(15)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1Blue Print Skala Cyberloafing Sebelum Uji Coba 32
Tabel 2Blue Print Skala Job Characteristic Sebelum Uji Coba 33
Tabel 3Blue Print Skala Cyberloafing Setelah Uji Coba 36
Tabel 4Blue Print Skala Job Characteristic Setelah Uji Coba 37
Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 43
Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 44
Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja 45
Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Level Jabatan 46
Tabel 9 Hasil Uji Nomalitas 47
Tabel 10 Hasil Uji Linearitas 48
Tabel 11 Hasil Uji Multikolinearitas 48
Tabel 12 Hasil Uji Heteroskedastisitas 49
Tabel 13 Koefisien Regresi Job Characteristic
dengan Cyberloafing 50
Tabel 14 Hasil Perhitungan Analisa Regresi 50
(16)
Tabel 16 Koefisien Regresi Dimensi Job Characteristic
dengan Cyberloafing 52
Tabel 17 Perbandingan Mean Empirik dan Hipotetik Job Characteristic 53
Tabel 18 Perbandingan Mean Empirik dan Hipotetik Cyberloafing 54
Tabel 19 Norma Kategorisasi Data Penelitian 55
Tabel 20 Kategorisasi Skor Job Characteristics 55
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN ASkala Try Out 66
LAMPIRAN BReliabilitas dan Daya Beda Aitem 74
LAMPIRAN CSkala Penelitian 82
(18)
Pengaruh Job Characteristic TerhadapCyberloafing Pada Karyawan Perusahaan Telekomunikasi
Efrianty Shaila Pane dan Siti Zahreni
ABSTRAK
Cyberloafing merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan internet untuk melakukan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaanya pada saat jam kerja baik dengan fasilitas perusahaan maupun peralatan pribadi. Munculnya
cyberloafing dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja karyawan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cyberloafing, salah satunya adalah job characteristic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh job characteristic terhadap cyberloafing. Subjek penelitian ini adalah 82 orang karyawan di Perusahaan Telekomunikasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala cyberloafing yang diadaptasi dari teori Lim dan Chen (2009) dan skala job characteristic yang diadaptasi dari teori job characteristic
Hackman dan Oldham (1974). Analisis data penelitian menggunakan regresi berganda dan menunjukkan bahwa job characteristic dan dimensi job characteristictidak berpengaruh terhadap cyberloafing.
Kata Kunci : cyberloafing, job characteristic, karyawan telekomunikasi, penggunaan internet
(19)
The Influence of Job Characteristic Toward Cyberloafing Among Communication Company Employees
Efrianty Shaila Pane dan Siti Zahreni
ABSTRACT
Cyberloafing is abehavior of employees that using the internet to do work unrelated to the job during working hours which uses both company‟s facility or personal equipment. The emergence of cyberloafing can influence the productivity and performance of the employees. There are several factors that influence cyberloafing, one of them is the job characteristic. This study aimed to determine the influence of job characteristic toward cyberloafing. The subjects were 82 employees in the Telecommunication Company. The instruments that used in this study were cyberloafing scale adapted from the theory of Lim and Chen (2009) and the scale of job characteristic adapted from the theory of job characteristic Hackman and Oldham (1974). Data was analized by mutiple regression and showed the job characteristic and the dimensions of job characteristic do not influence cyberloafing.
Keyword : cyberloafing, job characteristic, communication employees, internet usage
(20)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Internet sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena hampir semua masyarakat sudah mengenal dan mengetahui internet. Hal ini dikarenakan internet mempunyai fungsi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat secara cepat dan mempermudah masyarakat dalam mencari informasi. Terlebih lagi perkembangan internet saat ini semakin canggih, yang awalnya hanya bisa diakses melalui komputer, namun sekarang sudah tersedia gadgetyang bisa dibawa kemana-mana (Febriana, 2014).
Internet sudah banyak digunakan yang dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta jiwa (Susanto, 2012). Sedangkan pada akhir tahun 2013, menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 71,19 juta orang (Pitoyo, 2014).Data diatas menunjukkan bahwa ada kenaikan jumlah pengguna internet dari tahun ke tahun.
Dilihat dari profil usia, pengguna Internet di Indonesia terdiri dari kalangan usia 15-20 tahun, 21-24 tahun, usia 31-34 tahun, 35-40 tahun, dan 51-54 tahun. Pengguna internet yang paling rendah berasal dari usia 51-54 tahun (Firman, 2011).Sementara pengguna internet didominasi oleh usia muda dengan
(21)
rentang usia 12-34 tahun. APJII (2012) mengatakan bahwa jika dilihat dari profil penggunanya, internet digunakan oleh 53,3% pekerja.
Hasil survei dari MarkPlus Insightmenyatakan bahwa sekitar 40% atau sekitar 24,2 juta orang dari pengguna internet di Indonesia mengakses internet lebih dari 3 jam setiap harinya. Lalu sekitar 56,4% pengguna internet termasuk
“bargain hunter” yang rela berjam-jam berselancar di internet untuk mencari informasi dan penawaran yang terbaik akan kebutuhannya (Valentino, 2013).
Dari sisi kegunaannya, internet dapat digunakan untuk berbagai aktivitas, diantaranya mengirim dan menerimae-mailsebesar 95,75%;mencari berita/informasi sebesar 78,49%;barang/jasa sebesar 77,81%; mendapatkan informasi lembaga pemerintahan (tender) sebesar 65,07%;sertasosial media sebesar 61,23%. Data di atas diilustrasikan oleh grafik di bawah ini.
(22)
Walaupun e-mailpaling banyak digunakan, namun media sosial seperti
Facebook dan Twitter juga merupakan situs yang sering diakses oleh pengguna internet.Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, menyatakan bahwa untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam mengakses per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat
mobiledalam mengakses per harinya. Sementara pengguna twitter, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, ada 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Twitter menjadi salah satu jejaring sosial paling besar di dunia sehingga mampu meraup keuntungan mencapai USD 145 juta(Kominfo, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Kansas State University mengatakan bahwa antara 60 – 80 persen waktu karyawan digunakan untuk internet di tempat kerja yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, yang biasanya disebut dengan istilahcyberloafing (Blanchard & Henle, 2008). Sejumlah studi dan observasi langsung yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata karyawan mengalokasikan waktu hingga satu jam per hari untuk mengakses internet yang seringkali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Artinya, selama sebulan seorang karyawan bisa “mengkorupsi” waktu pekerjaannya hingga 20 jam lebih (1 jam x 20-an hari kerja), atau sama dengan 2,5 hari selama kerja full (Antariksa, 2012).
(23)
Cyberloafing mempunyai dampak positif dan negatif (Ozlar & Polat, 2012). Beberapa dampak positif yang dialami oleh perusahaan yaitu memberikan bantuan kepada karyawan saat mereka merasa bosan, lelah, atau stres. Dampak positif ini juga terjadi pada periode/waktu yang singkat sehingga tidak mengganggu tugas yang sedang dikerjakan karyawan (Vitak, Crouse, & Larouse, 2011).
Stanton(2002) menemukan bahwa karyawan yang sering menggunakan internet memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada yang kurang sering menggunakannya (Staton, 2002; Vitak, Crouse & LaRouse, 2011). Garrettdan Danziger (2008) menemukan hubungan positif antara produktivitas yang diharapkan dari manfaat internet dan aktivitas cyberloafing(Vitak, Crouse & LaRouse, 2011). Cyberloafingjuga memiliki fungsi sebagai‘office toy’ untuk mengurangi stres kerja, menginspirasi dan meningkatkan kreativitas karyawan(Anandarajan & Simmers, 2005; Vitak, Crouse & LaRouse, 2011). Selain itu cyberloafing juga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan membuat seluruh karyawan merasa bahagia (Vitak, Crouse & LaRouse, 2011).
Beberapa dampak negatif yang dialami oleh perusahaan yaitu cyberloafing
dapat menyebabkan masalah dalamkeamanan sistem informasi dan fungsinya, penundaan tugas/pekerjaan, penurunan produktivitas, serta efisiensi penggunaan sumber daya sehingga perusahaan tidak kompetitif (Lara & Mesa, 2010; Liberman, 2011). Pada saat karyawan menjelajah ke dunia maya, banyak tantangan yang dihadapi karyawan seperti penyalahgunaan internet dan
(24)
yang melanggar norma-norma perusahaan secara signifikan dapat mengancamkesejahteraan perusahaan atau karyawan, atau keduanya (Beugre& Daeryeong, 2006).
Pada tahun 2012, Learnstuff.com membuat rincian bagaimana situs-situs seperti Facebook dan Twitterdapat melemahkan produktivitas karyawan. Karyawan akan terganggu ketika adatweetsetiap 10menit. Dibutuhkan sekitar 23 menit bagi karyawan untuk fokus kembali kepada pekerjaannya (Graves, 2013).
Banyaknya perusahaan atau organisasi di Indonesia yang memberikan akses internet tanpa batas kepada karyawannya dapat menjadi keputusan yang fatal bagi kinerja karyawan itu sendiri. Hal ini dikarenakan ketika karyawan mengakses internet untuk keperluan pribadinya, jaringan untuk mengakses internet menjadi lambat. Selain itu, dapat membuat karyawan mengalokasikan waktunya hanya untuk mengakses internet yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya dan dapat merusak kosentrasi karyawan sehingga penyelesaian pekerjaannya menjadi lambat dan hasilnya tidak optimal (Antariksa, 2012).
Cyberloafing yang dilakukan karyawan disebabkan oleh beberapa faktor (Ozler & Polat, 2012) yaitu: Pertama, faktor individual dilihat dari karyawan yang cenderung untuk terlibat dalam norma-norma sosial dan kode etik pribadi tentang penggunaan internet dan cyberloafing. Kedua, faktor situasi dilihat dari perilaku
cyberloafingyang biasanya terjadi ketika individu memilikiakses ke internet di tempat kerja. Di manahal ini menunjukkan adanya pemicu situasionalmemediasi munculnya perilaku cyberloafing tersebut (Weatherbee, 2010). Ketiga, ada faktor
(25)
organisasi tertentu yang dapat mempengaruhi kecenderungan karyawan untuk melakukan cyberloafing. Cyberloafing yang dirasakan oleh satu rekan kerja, dukungan manajerial untuk menggunakan internet, norma-norma sosial, pembatasan penggunaan internet, konsekuensi positif dan negatif serta sikap kerja yang mempengaruhi perilaku cyberloafing(Ozlar & Polat, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Ozlar &Polat (2012),job characteristicdapat menyebabkan cyberloafingyang dilakukan karyawan untuk menghilangkan kebosanan danmeningkatkan kreativitas. Di sisi lain, pekerjaan yang tugasnya harus kreatif cenderung memiliki tuntutan tugas yanglebih bervariasi sertamembosankan, sehingga karyawan cenderung memotivasi karyawan untukcyberslacking atau kebiasaan(Vitak, dkk, 2011).
Job characteristic adalah prediksi individu mengenai tugas yang sesuai dengan pekerjaannya yang meliputi skill variety, task identity, task significance, autonomy dan feedback (Hackman & Oldham, 1980; Zabihi, Khanzadeh, Alipoor, &Malek, 2012). Secara spesifik definisi juga mencakup adanya task condition,
dimana individu dapat memprediksi keberhasilannya ditempat kerja.
Ada lima dimensi dari job characteristic (Hackman & Oldham, 2005)antara lain yaituskill variety, task identity, task significance, autonomy, dan
feedback. Pertama, skill variety yaitusejauh mana pekerjaan memiliki berbagai tugas dan menggunakan banyak keterampilan dan kemampuan karyawan. Kedua,
task identityyaitu sejauh mana pekerjaan melibatkan sebuah produk atau proses dari awal sampai akhir. Ketiga, task significance yaitu sejauh mana tugas
(26)
memiliki arti atau kepentingan. Keempat yaituautonomy adalah sejauhmana pekerjaan memungkinkan kebebasan dan keleluasaan dalam menentukan prosedur kerja dan penjadwalan. Dan kelima yaitufeedback adalah sejauhmana pekerjaan telah dibangun dalam mekanisme dimana individu mendapatkan informasi tentang efektifitas kerja.
Peneliti akan melakukan penelitian di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Telkom Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi di Indonesia. PT Telkom atau perseroan merupakan perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full servise and network provider) yang terbesar di Indonesia. Perusahaan ini bergerak dibidang telekomunikasi, informasi, media dan edutainment (TIME). Selain itu, perusahaan ini memiliki jaringan internet dalam melaksanakan pekerjaan.
Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat menggunakan internet tanpa batas karena perusahaan menggunakan internet untuk melaksanakan perkerjaan. Bahkan untuk melakukan absensi dilakukan dengan login
menggunakan internet. Walaupun pekerjaannya menggunakan internet tanpa batas, ketika karyawan memakai kuota atau kapasitas yang besar dalam pekerjaannya maka IT akan langsung bertanya kapada karyawan tersebut. Situasi menggunakan internet tanpa batas tersebut memungkinkan karyawan melakukan
cyberloafing. Hal ini diperkuat dengan pernyataan subjek di bawah ini:
“Pakai wireless perusahaan bisa langsung termonitor. Kalau ada yang memakai kapasitas yang banyak pasti langsung termonitor. Dikarenakan pekerjaan kami menggunakan internet, kuota atau kapasitasnya dibatasi. Sehingga ketika kami memakai kapasitas yang besar, pasti langsung dicancel dan ditanyai
(27)
untuk apa menggunakan kapsitas besar. Jika memang untuk pekerjaan, maka IT mengizinkan menggunakan kapasitas yang besar. Selain itu, kalau ada situs yang sering dikunjungi, pasti sama IT langsung di blok.”
(Diskusi Umum, 06 Maret 2015)
PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat memiliki tuntutan kerja yang tinggi sehingga para karyawan tidak memiliki waktu luang yang banyak dalam melakukan cyberloafing. Ketika karyawan melakukan cyberloafing untuk relaksasi dan menghilangkan kepenatan dalam bekerja maka cyberloafing tidak menjadi ancaman bagi perusahaan. Karyawan di PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat dilarang mengunjungi situs lain jika mengganggu jaringan dan pekerjaan.Selain itu, karyawan di PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat memiliki persepsi positif mengenai pekerjaannya (Mifta, 2013). Hal ini diperkuat dengan pernyataan subjek di bawah ini:
“Saya juga terkadang menggunakan internet untuk baca berita atau baca
hal lainnya. Ketika saya bosan dan lelah bekerja, saya istirahat dengan mengakses
internet.”
(Komunikasi Personal, 03 Maret 2015)
“Bukan larangan tapi memang dilarang karena langsung di blok sama IT. Tapi main halus, kalau sudah 15 menit dibuka pasti langsung di blok. Dikarenakan pekerjaan kami berkaitan dengan internet dan harus ada jaringan internet jika bekerja, jadinya ketika ada yang buka situs-situs yang memerlukan
kapasitas yang besar jadi jaringan lambat dan pekerjaan kami terganggu.”
(Diskusi Umum, 06 Maret 2015)
Penelitian yang dilakukan oleh Fichtner dan Strader (2014) menunjukkan bahwa dimensi otonomi membuat karyawan membutuhkan internet serta membutuhkan budaya kerja. Hal itu secara eksplesit diidentifikasi dalam model
(28)
job characteristic dan dianggap dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku karyawan.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh job characteristic terhadap cyberloafingpada karyawanPT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari dilakukannya penelitian ini, yaitu:
Apakah ada pengaruh job characteristic terhadap cyberloafing pada karyawan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh job characteristic terhadap cyberloafing pada karyawan.
2. Mengetahui pengaruh dimensi skill variety terhadap cyberloafing. 3. Mengetahui pengaruh dimensi task identity terhadap cyberloafing. 4. Mengetahui pengaruh dimensi task significance terhadap cyberloafing. 5. Mengetahui pengaruh dimensi autonomy terhadap cyberloafing. 6. Mengetahui pengaruh dimensi job feedback terhadap cyberloafing.
(29)
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dilakukannya penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini, yaitu:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya penelitian dibidang Psikologi Industri & Organisasi, yaitu mengenai pengaruh job characteristic dengan cyberloafing pada karyawan.
b. Hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk dijadikan bahan pertimbanganbagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan denganjob characteristicdan cyberloafing.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaanuntuk mengetahui persepsi positif atau negatif karyawan mengenai pekerjaannya, frekuensi cyberloafingyang dilakukan oleh karyawan saat bekerja, dan mengetahui kotribusijob characteristic terhadapcyberloafingkaryawanPT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat.
(30)
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematikan penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori tentang cyberloafing dan job characteristic.
BAB III: Metode Penelitian
Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen dan alat ukur yang digunakan,prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data. BAB IV: Analisa dan Pembahasan Data
Berisikan uraian gambaran mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang ada.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.
(31)
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini mencakup landasan teori yang mendasari penelitian, yaitu landasan teori cyberloafing yang meliputi definisi, aktivitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi cyberloafing, dan landasan teori job characteristic yang meliputi definisi dan dimensi job characteristic. Bab ini juga mencakup mengenai dinamika antar variabel dan hipotesis penelitian.
A. CYBERLOAFING 1. Definisi Cyberloafing
Internet telah menjadi umum bagi karyawan sehingga karyawan cenderung menggunakan internet sebagai hiburan dan bertujuan melakukan pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya (Blanchard& Henle, 2008). Ada beberapa istilah lain cyberloafing yaitu cyberslacking, non-work related computing, cyberbludging, on-line loafing, internet deviance, problematic internet use, personal web usage at work, internet dependency, internet abuse, serta internet addiction (Kim & Sahara, 2011). Kegiatan cyber
(menjelajah dan email) yang dilakukan di tempat kerja selama jam kerja menggunakan waktu produktif dan membuat karyawan tidak menyelesaikan tuntutan pekerjaannya (Lim & Chen, 2009).
Cyberslacking menggambarkan tindakan karyawan dalam menggunakan email dan akses internet yang disediakan oleh perusahaan untuk pekerjaan yang
(32)
Cyberslackingdapatdidefinisikansebagai pengurangan waktu produktif yang digunakan untuk mengaksesinternet (Lim, 2002).Askew (2009) menyatakan bahwa cyberloafing adalah ketika karyawan diminta untuk benar-benar bekerja namun karyawan tersebut terlibat dalam kegiatan lain seperti chatting, membuka
facebook, dan menonton video di Youtube. Cyberloafing adalah perilaku karyawan dalam menggunakan berbagai jenis komputer (seperti desktop, cell-phone, tablet) saat bekerja untuk aktivitas non-destruktif dimana atasan tidak mengangap perilaku karyawan berhubungan dengan pekerjannya (Askew, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka disimpulkan bahwa
cyberloafing merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan internet untuk melakukan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaanya pada saat jam kerja baik dengan fasilitas perusahaan maupun peralatan pribadi.
2. Aktivitas-Aktivitas Cyberloafing
Menurut Lim dan Chen (2009) cyberloafing dibagi kedalam dua aktivitas, yaitu:
1) Browsing Activities
Browsing activities merupakan aktivitas cyberloafing dimana karyawan dalam menggunakan internet untuk browsingdi tempat kerja yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya yang terdiri darimengunjungi situs yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, mengunjungi situs berita, menerima atau mengirim pesan instan, mengunjungi situs hiburan, mengunduh musik/video/film,
(33)
mengunjungi situs yang berhubungan dengan olahraga, mengunjungi situs online shop, mengunjungi situs lowongan pekerjaan dan bermain game online.
2) Emailing Activities
Emailing activities merupakan aktivitas cyberloafing dimana karyawan menggunakan email di tempat kerja yang tidak berhubungan dengan pekerjaannyayang terdiri dari menerima, mengecek dan mengirimemail.
3. Faktor-Faktor Penyebab Cyberloafing
Menurut Ozlar dan Polat (2012), ada tiga faktor yang menyebabkan munculnya perilaku cyberloafing, yaitu:
1) Faktor Individu
Faktor individual salah satu faktor yang mempengaruhi muncul atau tidaknya perilaku cyberloafing. Ada beberapa atribut dalam diri individu, yaitu:
a. Persepsi dan Sikap
Individu yang memiliki sikap positif terhadap komputer cenderung menggunakan komputer kerja untuk alasan pribadi dan ada hubungan positifantara sikap yang mendukung cyberloafing dan perilaku cyberloafing (Liberman, Gwendolyn, Katelyn, & Laura,2011). Orang-orang yang menganggap bahwa penggunaan internet bermanfaat bagi kinerja mereka secara keseluruhan, lebih mungkin untuk terlibat dalam berprilaku cyberloafingdaripada yang lain (Vitak,dkk, 2011).
(34)
b. Sifat Pribadi
Perilaku pengguna Internet mencerminkan berbagai motif psikologis (Johnson & Culpa, 2007). Ciri-ciri pribadi seperti rasa malu, kesepian, isolasi, kontrol diri, harga diri,locus of control dapat mempengaruhi pola penggunaan internet.
c. Kebiasaan dan Adiksi Internet
Kebiasaan mengacu pada urutan situasi-perilaku yang sedang atau telah terjadisecara otomatis tanpa disadari danterjadi tanpa selfinstruction untuk merespon isyarat tertentu di lingkungan (Woon & Pee, 2004). Lebih dari setengah dari seluruh perilaku media merupakan sebuah kebiasaan (LaRose,2010).
d. Faktor Demografis
Garrett dan Danziger (2008) menemukan bahwa status pekerjaan, otonomi yang dirasakan dalamtempat kerja, tingkat pendapatan, pendidikan, dan jenis kelamin adalah prediktor signifikancyberloafing. Penggunaan internet pribadi di tempat kerja merupakan kegiatan yang lebih seringdilakukan oleh laki-laki, berpendidikan dan bekerja yang berstatus yang tinggi seperti dalam bidang manajemen, keuangan, atau bisnis.
e. Keinginan untuk Terlibat, Norma Sosial, dan Kode Etik Personal
Persepsi individu mengenai larangan etis pada cyberloafingberhubungan negatif denganpenerimaan dari perilaku dan berhubungan positif dengan niat seseorang untukterlibat dalam penyalahgunaan. Selain itu, adanya keyakinan
(35)
normatif pribadi individu (yaitu, bahwacyberloafing adalah salah secara moral) dalam mengurangi niat untuk terlibat dalam cyberloafing(Vitak,dkk, 2011).
2) Faktor Situasi
Perilaku cyberdeviant biasanya terjadi ketika individu bisa mengakses internet di tempat kerja karena adanya faktor situasi yang memediasi perilaku tersebut (Weatherbee, 2010). Individu dalam melakukan suatu tindakan atau mencegah tindakan bergantung pada fasilitas yang disediakan atau tergantung pada situasi atau kondisi saat itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara sejauh manakondisi memfasilitasi cyberloafing dan perilaku cybeloafing karyawan (Woon& Pee, 2004).
3) Faktor Organisasi
Faktor organisasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi muncul atau tidaknya perilaku cyberloafing. Ada beberapa faktor organisasi, yaitu:
a. Pembatasan Penggunaan Internet
Perusahaan dapat membatasi karyawan dalam menggunakan komputer kerja, baik melalui kebijakan,pencegah teknologi, atau keduanya. Hal ini dapat mengurangi kesempatan karyawan dalam menggunakan internet untuk tujuan pribadi karyawan, sehingga karyawan dapat meningkatkan regulasi dirinya (Garrett & Danziger, 2008).
(36)
b. Hasil yang Diharapkan
Ketika keputusan karyawanadalahonline selama bekerja untuk tujuan pribadisaat jam kerja, karyawanberharap bahwa perilaku tersebut berhasil dan dapat memenuhi kebutuhannyadan terhindar dari konsekuensinegatif (Garrett & Danziger, 2008).
c. Dukungan Manajerial
Dukungan manajerial untuk penggunaan internet di tempat kerja tanpa menentukan bagaimana menggunakan internet cenderung meningkatkan bentuk penggunaan internet di kalangan karyawan untuk tujuan kerja atau tujuan pribadi. Dukungan ini dapat disalahartikan oleh karyawan sebagai dukungansemua jenis penggunaan internet, termasuk cyberloafing (Garrett&Danziger, 2008; Vitak,dkk,2011; Liberman,dkk, 2011).
d. Pandangan Rekan Kerja tentang Norma Cyberloafing
Blau (2006) mengemukakan bahwa karyawanmelihat rekan kerjanya sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perilaku cyberloafing dapat dipelajari dengan mengikuti perilaku rekannya yang dilihat oleh karyawan dalam lingkungan organisasi.
e. Sikap Kerja Karyawan
Perilaku cyberloafing merupakan respon emosional karyawan terhadap pengalaman kerja yang membuat karyawan frustasi. Oleh karena itu, sikapkerjamempengaruhicyberloafing (Lieberman,2011). Penelitian sebelumnya
(37)
menemukan bahwa karyawan lebih cenderung untuk terlibat dalamkesalahan ketika mereka memiliki sikap kerja yang tidak menguntungkan bagi karyawan (Garrett&Danziger, 2008). Sikap kerja karyawan terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Injustice (Ketidakadilan)
Lim (2002) menemukan bahwa ketika karyawan merasakan beberapabentuk ketidakadilan dalam pekerjaan mereka, maka salah satu cara untuk mengembalikan keseimbangannya adalah melakukan cyberloafing.
2. Komitmen Kerja
Untuk individu yang berkomitmen, melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dapat mengurangiproduktivitas, dan merusak status kerja.Pertimbangan ini menunjukkan bahwa karyawanyang berkomitmen terhadap pekerjaannyadapat membuat karyawan untuk mengurangimengakses internet untuk tujuan pribadi selama bekerja (Garrett &Danziger, 2008).
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menjadi faktor yang mempengaruhipenyalahgunaan internet yang dilakukan karyawan. Penyalahgunaan internet yang dilakukan merupakan keinginan untuk melepaskan diri dari pekerjaan dan menggantikannya dengan kegiatan lain.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan yang positif terhadap penyalahgunaan internet.
(38)
f. Job Characteristic
Job Characteristictertentu dapat menyebabkan perilakucyberloafing untuk meningkatkan kreativitas atau menghilangkan kebosanan. Di sisi lain, pekerjaan kreatif cenderung memiliki tuntutan yanglebih bervariasi dan tidak membosankan, sehingga karyawan akan jarang melakukan cyberslacking (Vitak dkk, 2011).
Dari uraian di atas, maka penelitian ini hanya berfokus pada faktor organisasi yaitu job characteristic karyawan sebagai salah satu variabel penelitian.
B. JOB CHARACTERISTIC 1. Definisi Job Characteristic
Job characteristic adalah internal pekerjaan yang terdiri dari berbagai keterampilan, kejelasan tugas, tingkat kepentingan tugas, kebebasan dan tanggung jawab, serta umpan balik dari tugas yang dikerjakan oleh karyawan (Berry, 1998). Herujito (2001) menyatakan job characteristics adalah sifat dari suatu tugas yang meliputi pemaknaan tugas, tanggung jawab, dan kepuasan yang didapat dari pekerjaan itu sendiri. Pendekatan job characteristic adalah suatu alternatif spesialis pekerjaan dimana sistem kerja dan preferensi karyawan juga menjadi hal yang diperhitungkan (Griffin, 2004). Lalu menurut Oldham dan Hackman (2005),
job characteristic adalah prediksi individu mengenai tugas yang sesuai dengan pekerjaannya, yang meliputi skill variety, task identity, task significance, autonomy, dan feedback. Job characteristic merupakan konten pekerjaan yang dipersepsikan melalui respon karyawan terhadap kuisioner dan menghasilkan
(39)
identifikasi enam karakteristik yaitu keragaman, otonomi, tanggung jawab, interaksi yang diperlukan, interaksi pilihan, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka definisi pada penelitian ini yaitujob characteristic adalah persepsi karyawan mengenai tugasnya yang terdiri dari skill variety, task identity, task significance, autonomy dan feedback dari tugas yang dikerjakan oleh karyawan.
2. Dimensi Job Characteristic
Job characteristic model merupakan dimensi pekerjaan yang memiliki efek tertentu pada keadaan psikologis karyawan dan menentukan hasil pekerjaan karyawan seperti kepuasan kerja (Berry, 1998). Kelima dimensi job characteristicsmenurut Hackman & Oldham (2005), yaitu:
1. Skill Variety
Skill variety merupakan tingkatan dimana pekerjaan memerlukan berbagai kegiatan yang berbeda dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan sejumlah keterampilan yang berbeda dan bakat seseorang (Hackman & Oldham, 2005). Griffin (2002) mengatakan bahwa skill variety adalah jumlah pekerjaan yang dikerjakan karyawan dalam susatu pekerjaan. Semakin beragam keterampilan yang digunakan karyawan, maka tingkat kebosanan akan pekerjaan berkurang. Pekerjaan yang memiliki variasi yang rendah akan menimbulkan kebosanan. Semakin tinggi kebosanan dapat menimbulkan kelelahan yang berujung pada
(40)
2. Task Identity
Task identity merupakan tingkatan dimana pekerjaan membutuhkan penyelesaian secara “seluruh” atau sebagian yang dapat diidenfikasi yaitu melakukan pekerjaan dengan adanya proses dari awal hingga akhir dengan hasil yang terlihat (Hackman & Oldham, 2005). Task identity dapat memungkinkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya secara utuh. Produktivitas dan kepuasan karyawan akan meningkat saat karyawan merasa bertanggung jawab akan tugas yang teridentifikasi dan masuk akal (Werther & Davis, 1993).
3. Task Significance
Task significance merupakan tingkatan dimana pekerjaan memiliki pengaruh pada hidup atau pekerjaan orang lain, baik dalam organisasi langsung maupun lingkungan luar organisasi (Hackman & Oldham, 2005). Griffin (2002) mengungkapkan bahwa task significance adalah mempersepsikan tugas menjadi hal yang penting.
4. Autonomy
Autonomy merupakan tingkatan dimana pekerjaan menyediakan kebebasan, kemandirian, dan keleluasaan untuk individu dalam menentukan jadwal pekerjaan dan dalam menentukan prosedur yang harus digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya (Hackman & Oldham, 2005). Menurut Griffin (2002),
autonomyadalah tingkat pengendalian yang dimiliki pekerja mengenai bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan.
(41)
5. Feedback
Feedback merupakan tingkatan dimana karyawan dalam melaksanakan kegiatan kerja membutuhkan informasi langsung mengenai hasil kerja, efektivitas kerja maupun performa seorang karyawan (Hackman & Oldham, 2005). Griffin (2002) mengatakan bahwa feedback adalah sejauhmana pekerja mengetahui seberapa baik pekerjaan telah dilaksanakan. Saat karyawan mendapatkan feedback
tentang seberapa berhasil dirinya dalam mengerjakan pekerjaannya, individu akan merasa bahwa ia mendapat bimbingan dan akan memotivasinya untuk berkinerja lebih baik (Werther & Davis, 1993).
C. Pengaruh Job Characteristic terhadap Cyberloafing pada karyawan
Internet digunakan karyawan di tempat kerja selama jam kerja dapat membuat karyawan tidak menyelesaikan tuntutan pekerjaannya yang biasanya di kenal dengan istilah cyberloafing (Lim & Chen, 2009).Cyberloafing ini dilakukan selama jam kerja untuk kepentingan pribadi karyawan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku cyberloafing adalah job characteristic (Ozler dan Polat, 2012). Dimensi otonomimembuat karyawan membutuhkan internet dan model karakteristik pekerjaandapat mempengaruhi motivasi dan perilaku karyawan (Fichtner&Strader, 2014). Penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa karyawan yang menganggap penggunaan internet itu bermanfaat bagi kinerjanya secara keseluruhan, lebih mungkin untuk terlibat dalam melakukan cyberloafing daripada yng lain (Vitak,dkk, 2011).
(42)
Hackman dan Oldham (2005) mengemukakan dimensi dari job characteristic ada lima, yaitu skill variety, task identity, task significance, autonomy, dan feedback. Pertama, ditinjau dari dimensi skill variety yaitu tingkatan dimana pekerjaan memerlukan berbagai kegiatan yang berbeda dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan sejumlah keterampilan yang berbeda dan bakat seseorang (Hackman & Oldham, 2005).Werther & Davis (1993) mengungkapkan bahwa pekerjaan yang memiliki variasi yang sedikit akan menimbulkan kebosanan dan dapat menimbulkan kelelahan yang berujung pada kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Cyberloafing mempunyai dampak positif yang dapat memberikan bantuan kepada karyawan saat meraka merasa bosan, lelah, ataupun stres (Vitak, dkk.,2011). Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa skill variety memiliki pengaruh terhadap cyberloafing.
Kedua, ditinjau dari dimensi task identity yaitu tingkatan dimana pekerjaan membutuhkan penyelesaian secara “seluruh” atau sebagian yang dapat diidenfikasi yaitu melakukan pekerjaan dengan adanya proses dari awal hingga akhir dengan hasil yang terlihat (Hackman & Oldham, 2005).Werther & Davis (1993) mengatakan bahwa task identity dapat memungkinkan karyawan melaksanakan tugasnya secara utuh sehingga produktivitas dan kepuasan karyawan akan meningkat saat karyawan merasa bahwa mereka memiliki tanggung jawab akan tugas yang teridentifikasi dan masuk akal. Lim dan Chen (2012) menyatakan bahwa kegiatan cyber yang dilakukan karyawan ditempat kerja menggunakan waktu produktif dan dapat membuat karyawan tidak menyelesaikan tuntutan pekerjaannya.Cyberloafing juga mempunyai dampak
(43)
negatif yaitu bisa menyebabkan penundaan pekerjaan, dan penurunan produktivitas (Lara & Mesa, 2010). Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa task identity memiliki pengaruh terhadap cyberloafing.
Ketiga, ditinjau dari dimensi task significance yaitu tingkatan dimana pekerjaan memiliki pengaruh pada hidup atau pekerjaan orang lain, baik dalam organisasi langsung maupun lingkungan luar organisasi (Hackman & Oldham, 2005). Karyawan mempersepsikan tugas atau pekerjaannya merupakan hal yang penting(Griffin, 2002). Karyawan yang mempunyai persepsi mengenai larangan etis untuk melakukan cyberloafing berhubungan negatif dengan penerimaan
cyberloafing dan berhubungan positif dengan niat karyawan untuk melakukan
cyberloafing (Ozlar & Polat, 2012). Perilaku karyawan dalam menggunakan internet dapat mencerminkan berbagai motif psikologis seperti harga diri, kontrol diri, rasa malu, isolasi, kesepian, dan locus of control (Johnson & Culpa, 2007).Dari penjelasan diatas maka didapat kesimpulan bahwa task significance
memiliki pengaruh terhadap cyberloafing.
Keempat, ditinjau dari dimensi autonomy yaitu tingkatan dimana pekerjaan menyediakan kebebasan, kemandirian, dan keleluasaan untuk individu dalam menentukan jadwal pekerjaan dan menentukan prosedur yang harus digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya. Pekerjaan yang memberikan kebebasan dan ketentuan prosedur yang harus dilakukan karyawan akan membuatnya lebih bertanggungjawab akan hasil dari pekerjaannya sehingga karyawan memiliki kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaannya tersebut (Hackman & Oldham,
(44)
menemukan bahwa karyawan yang menikmati pekerjaannya akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk terlibat dalam non-work-related computing daripada karyawan yang tidak menikmati kerja.Non-work-related computing atau yang biasa dikenal dengan istilah cyberloafing, memiliki dampak positif dimana
cyberloafing dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan serta karyawan yang sering melakukan cyberloafing memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi (Staton, 2002; Vitak, dkk., 2011). Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa autonomy memiliki pengaruh terhadap cyberloafing.
Kelima, ditinjau dari dimensi feedback yaitu tingkatan dimana karyawan dalam melaksanakan kegiatan kerja membutuhkan informasi langsung mengenai hasil kerja, efektivitas kerja maupun performa seorang karyawan. Karyawan yang mendapatkan feedback akan mengetahui hasil aktual dari aktifitas pekerjaannya sehingga tingkat ketidakhadirannya rendah (Hackman & Oldham, 2005). Bassett (1994) mengemukakan bahwa feedback merupakan perangkat yang efektif untuk meningkatkan kinerja. Karyawan yang cenderung terlibat dalam kesalahan ketika mereka memiliki sikap kerja (ketidakadilan, komitmen kerja, kepuasan kerja) yang tidak menguntungkan bagi karyawan (Garrett & Danziger, 2008). Lieberman (2011) menyatakan bahwa respon emosional karyawan terhadap pengalaman kerjamembuatnya frustasi akan memunculkancyberloafing.Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa feedback memiliki pengaruh terhadap
cyberloafing.
Berdasarkan pemaparan dinamika kedua variabel di atas, dapat dilihat bagaimana kelima dimensi karakteristik pekerjaan yang dikemukakan oleh
(45)
Hackman & Oldham (2005) dapat mempengaruhi munculnya cyberloafing. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari job characteristic terhadap
cyberloafing karyawan.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Hipotesa Mayor
Ada pengaruh antara job characteristic dengan cyberloafing.
2. Hipotesa Minor
a. Ada pengaruh antara skill variety dengan cyberloafing. b. Ada pengaruh antara task identity dengan cyberloafing. c. Ada pengaruh antara task significance dengan cyberloafing
d. Ada pengaruh antara autonomy dengan cyberloafing. Ada pengaruh antara feedback dengan cyberloafing.
BAB III
(46)
Hackman & Oldham (2005) dapat mempengaruhi munculnya cyberloafing. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari job characteristic terhadap
cyberloafing karyawan.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Hipotesa Mayor
Ada pengaruh antara job characteristic dengan cyberloafing.
2. Hipotesa Minor
a. Ada pengaruh antara skill variety dengan cyberloafing. b. Ada pengaruh antara task identity dengan cyberloafing. c. Ada pengaruh antara task significance dengan cyberloafing
d. Ada pengaruh antara autonomy dengan cyberloafing. Ada pengaruh antara feedback dengan cyberloafing.
BAB III
(47)
Metode penelitian merupakan serangkaian prosedur sistematis yang perlu diamati saat melaksanakan penelitian, supaya hasil dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Tujuan metode penelitian kuantitatif korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2010). Variabel yang akan diuji korelasinya adalah
job characteristic dan cyberloafing.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel tergantung : cyberloafing
2. Variabel bebas : job characteristics B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Cyberloafing
Ceyberloafing merupakan perilaku karyawan dalam menggunakan internet untuk melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya selama jam kerja baik dengan fasilitas perusahaan maupun peralatan pribadi.
Variabel ini diukur dengan skalayang menggunakan aktivitas cyberloafing
yang dikemukakan oleh Lim dan Chen (2009) yaitu browsing dan emailing activities. Total skor yang dihasilkan skala cyberloafing tersebut menggambarkan frekuensi perilaku cyberloafing individu. Dimana, semakin tinggi total skor yang didapat menunjukkan bahwa individu semakin sering melakukan cyberloafing.
(48)
Sebaliknya, semakin rendah total skor yang didapat menunjukkan bahwa individu semakin jarang melakukan cyberloafing.
2. Job Characteristic
Job characteristics adalah persepsi karyawan mengenai tugasnya yang terdiri dari skill variety, task identity, task significance, autonomy dan feedback
yang dikerjakan oleh karyawan.
Skill variety adalah persepsi karyawan mengenai kegiatan dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan keterampilan yang berbeda dan bakat karyawan.
Task identity adalah persepsi karyawan mengenai tugas yang dilakukan secara utuh yaitu melakukan pekerjaan dengan adanya proses dari awal hingga akhir dengan hasil yang terlihat.
Task significance adalah persepsi karyawan mengenai pekerjaannya dan menjadi hal yang penting karena memiliki pengaruh pada kehidupan karyawan itu sendiri atau pekerjaan orang lain.
Autonomy adalah persepsi karyawan mengenai kebebasan, kemandirian, dan keleluasaan yang dimilikinya dalam menentukan jadwal pekerjaan dan prosedur yang akan digunakan dalam melaksanakan tugas.
Feedback adalah persepsi karyawan mengenai informasi yang diperlukannya tentang hasil kerja, efektivitas kerja dan performa karyawan.
(49)
Variabel ini diukur dengan skala yang menggunakan dimensi job characteristics yang dikemukakan oleh Hackman dan Oldham (1974), meliputi
skill variety, task identity, task significance, autonomy, dan feedback. Total skor yang diperoleh dari hasil pengolahan data skala job characteristics yaitu semakin tinggi skor yang diperoleh makapersepsi kayawan positif mengenai pekerjaannya.
C. SUBJEK PENELITIAN 1. Populasi
Hadi (2000) menyatakan bahwa populasi adalah kenyataan dari semua individu yang diperoleh dari sampel dan hendak digeneralisasi. Generalisasi berarti mengenakan kesimpulan kepada objek yang lebih luas dari pada objek yang diselidiki. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang nantinya ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telekomunikasi IndonesiaSumut Barat.Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 82 orang.
Karakteristik subjek dalam penelitian ini, yaitu:
a. Menggunakan akses internet dari perusahaan ataupun pribadi pada saat jam kerja.
Peneliti memerlukan perusahaan dengan adanya fasilitas untuk mengakses internet sehingga lebih memungkinkan karyawan untuk melakukan
(50)
internet maka peneliti memerlukan subjek yang mengakses internet dengan fasilitas pribadi.
b. Menggunakan peralatan elektronik dari perusahaan ataupun pribadi.
Karyawan yangmenjadi subjek penelitianadalah karyawan yang menggunakan peralatan eletronik (komputer/laptop/handphone)dari perusahaan ataupun pribadi saat bekerja karena peralatan elektronik tersebut merupakan instrumen yang digunakan oleh karyawan dalam melakukan
cyberloafing.
c. Memiliki job characteristic yang tinggi.
Karyawan yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan yang memiliki
job characteristic tinggi dan sudah terbukti tinggi dipenelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan job characteristic yang tinggi menunjukkan bahwa karyawan memiliki persepsi positif mengenai pekerjaannya.
d. Sudah bekerja minimal 1 tahun.
Karyawan yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan yang minimal telah bekerja selama setahun. Hal ini dikarenakan, masa kerja minimal setahun dapat menjadi pertimbangan karena karyawan sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan situasi kerjanya (Siswanto, 2003).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Menurut Sugiyono (2011), skala merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada didalam alat ukur yang akan digunakan, sehingga akan menghasilkan data kuantitatif.
(51)
Azwar (2008) menyebutkan bahwa skala merupakan prosedur pengambilan data yang mengukur aspek afektif yang mengungkap konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu.
Skala psikologi memiliki karakteristik khusus (Azwar, 2008), yaitu: (a) Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang mengungkap indikator perilaku dari atribut yang hendak diukur; (b) Indikator perilaku diterjemahkan kedalam bentuk aitem dan akan mendapat kesimpulan akhir setelah semua aitem telah
direspon; (c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” ataupun “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang jawaban yang
diberikan jujur dan sungguh-sungguh.
Ada beberapa model penskalaan yang biasanya sering digunakan. Pada penelitian ini, model skala yang digunakan adalah model skala Likert (penskalaan respon). Penskalaan respon merupakan prosedur penempatan pemilihan jawaban (respon) individu pada suatu kontinum kuantitatif (Azwar, 2000). Penelitian ini menggunakan skala job characteristic dan cyberloafing.
1. Skala Cyberloafing
Skala ini digunakan untuk mengukur cyberloafing. Skala ini diadaptasi dari skala yang dikemukakan oleh Lim dan Chen (2009). Skala ini terdiri dari dua aktivitas yaitu browsing activities dan emailing activities.
Skala ini memberikan lima pilihan alternatif jawaban/respon yaituTidak Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-Kadang (KK), Sering (SR), Sangat Sering (SS). Pemberian skor untuk setiap respon adalah nilai 1 untuk jawaban Tidak Pernah
(52)
(TP), nilai 2 untuk jawaban Jarang (JR), nilai 3 untuk jawaban Kadang-Kadang (KK), nilai 4 untuk jawaban Sering (SR), dan nilai 5 untuk jawaban Sangat Sering (SS). Skor pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawabannya, maka semakin tinggi pula frekuensi cyberloafing yang dilakukan oleh individu. Dalam pengisian skala, individu diminta untuk memberi tanda silang pada kategori jawaban/respon yang paling sesuai dengan dirinya.
Tabel 1. Blue Print Skala Cyberloafing Sebelum Uji Coba
No. Dimensi Nomor Aitem Jumlah %
1. Browsing activities 1,2,3,4,5,6,7,8,9 9 75
2. Emailing activities 10,11,12 3 25
Total 12 100
2. Skala Job Characteristic
Skala ini digunakan untuk mengukur job characteristic. Skala ini diadaptasi dari skala yang dikemukakan oleh Hackman dan Oldham (1980). Skala ini berisi lima dimensi dari teori job characteristic, yaitu skill variety, task identity, task significance, autonomy, dan feedback.
Setiap dimensi diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorable dan
unfavorable, dimana subjek diberikan tujuh alternatif pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (1), Sebagian Besar Tidak Sesuai (2), Agak Tidak Sesuai (3), Ragu-Ragu (4), Agak Sesuai (5), Sebagian Besar Sesuai (6) dan Sangat Sesuai (7). Untuk aitem favorable, pemberian skor untuk setiap respon yaitu nilai 7 untuk jawaban Sangat Sesuai, nilai 6 untuk jawaban Sebagian Besar Sesuai, nilai 5untuk
(53)
jawaban Agak Sesuai, nilai 4 untuk jawaban Ragu-Ragu, nilai 3 untuk jawaban Agak Tidak Sesuai, nilai 2 untuk jawaban Sebagian Besar Tidak Sesuaidan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable, pemberian skor untuk setiap respon yaitu nilai 1 untuk jawaban Sangat Sesuai, nilai 2 untuk jawaban Sebagian Besar Sesuai, nilai 3 untuk jawaban Agak Sesuai, nilai 4 untuk jawaban Ragu-Ragu, nilai 5 untuk jawaban Agak Tidak Sesuai, nilai 6 untuk jawaban Sebagian Besar Tidak Sesuai dan nilai 7 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Skor pada skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh maka persepsi kayawan positif mengenai pekerjaannya. Dalam pengisian skala, individu diminta untuk memberi angka pada kategori jawaban/respon yang paling sesuai dengan dirinya.
Tabel 2. Blue Print Skala Job Characteristics Sebelum Uji Coba
No Dimensi
Nomor Aitem
Jumlah (%) Fav. Unfav.
1 Skill Variety 1 4 2 16,7
2 Task Identity 9 2 2 16,7
3 Task Significance 6 12 2 16,7
4 Autonomy 11 7 2 16,7
5 Feedback 3,8 5,10 4 33,2
(54)
E. Uji Coba Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur
Untuk mengetahui apakah skala (alat ukur) mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar, 2008). Valid berarti instrumen alat ukur dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah content validity.
Content validitymengungkap sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur (Azwar, 1997). Dalam penelitian ini, peneliti menyusun alat ukur berdasarkan aktivitas cyberloafing dan dimensi job characteristic. Content validity dinilai dengan menggunakan professional judgement. Dosen pembimbing dan dosen lain yang dianggap menguasai konsep validitas aitem dapat menjadi professional judgement.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2010). Menguji daya beda aitem dilakukan dengan komputasikoefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan kriteriayang relevan, yaitu dengan skor keseluruhan skala itu sendiri dan dapat dilakukan dengan menggunakankoefisien korelasi Pearson Product Moment. Semua aitem mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka dayapembedanya dianggap memuaskan. Sedangkan aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda yang rendah
(55)
(Azwar, 2010). Pengujian daya beda aitem ini menggunakan program SPSS 17.0 version for Windows.
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya apabila pengukuran yang dilakukan pada subjek yang sama di waktu yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama. Reliabilitas sebenarnya mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil pengukuran, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel tentunya tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu (Azwar, 2008).
Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal. Teknik reliabilitas yang digunakan adalah formula Alpha Cronbach. Prosedur dalam pendekatan ini hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala (Azwar, 2003).
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengolah data dengan menggunakan program SPSS 17.0 version for Windows. Reliabilitas ini dinyatakan dalam koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1, maka
(56)
semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut. Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 0, maka semakin rendah reliabilitas alat ukurnya.
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba skala cyberloafingdan job characteristicsini dilakukan terhadap 82 orang karyawan. Untuk melihat daya beda aitem dilakukan analisis uji coba dengan menggunakan aplikasi SPSS. Peneliti memakai kriteria pemilihan aitem berdasarkan nilai reliabilitas sebesar 0.3 karena menurut Azwar (2012) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.3, daya pembedanya dianggap memuaskan.
a. Hasil Uji Coba Skala Cyberloafing
Aitem yang diujicobakan di dalam skala cyberloafing sebanyak 12 aitem dan diperoleh 11 aitem valid dan 1 aitem yang tidak valid. Aitem-aitem yang valid inilah yang nantinya akan digunakan di dalam penelitian. Korelasi antar skor aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0.379-0.741. Setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid. Hasil perhitungan reliabilitas skala
cyberloafingdiperoleh nilai koefisien α = 0,882. Blue print setelah uji coba dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3. Blue Print Skala Cyberloafing Setelah Uji Coba
No. Dimensi Nomor Aitem Jumlah %
1. Browsing activities 1,2,3,4,5,6,7,8 8 72.7 2. Emailing activities 10,11,12 3 27.3
(57)
b. Hasil Uji Coba Skala Job Characteristic
Aitem yang diujicobakan di dalam skala job characteristic sebanyak 12 aitem dan diperoleh 11 aitem yang valid dan 1 aitem yang tidak valid. Aitem-aitem yang valid inilah yang nantinya akan digunakan di dalam penelitian. Korelasi antar skor aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0.309-0.641. Setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid. Hasil perhitungan reliabilitas skala cyberloafing diperoleh nilai koefisien α = 0,814. Blue print setelah uji coba dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4. Blue Print Skala Job Characteristics Setelah Uji Coba
No Dimensi
Nomor Aitem
Jumlah (%) Fav. Unfav.
1 Skill Variety 1 4 2 18,2
2 Task Identity - 2 1 9,0
3 Task Significance 6 12 2 18,2
4 Autonomy 10 7 2 18,2
5 Feedback 3,8 5,9 4 36,4
Total 5 6 11 100
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan
(58)
data.Tahap persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, langkah-langkah yang dilakukan peneliti, yaitu: a. Pembuatan dan uji coba alat ukur
Adapun langkah-langkah pada tahap ini, yaitu:
1. Menterjemahkan alat ukur yang yang terdiri dari skala cyberloafing dan skala job characteristic.
2. Untuk skala cyberloafingterdapat 12 aitem dan skala job characteristicterdapat 12 aitem.
3. Blue printcyberloafing dan job characteristic dibuat dalam bentuk buku, untuk skala cyberloafingterdiri dari lima alternatif pilihan jawaban dan untuk skala job characteristic terdiri dari tujuh alternatif pilihan jawaban.
4. Setelah blue print kedua skala selesai dibuat, maka aitem-aitem akan ditelaah melalui professional judgement.
5. Kemudian peneliti melakukan adaptasi skala cyberloafingdan skala job characteristickepada karyawan.
6. Setelah diadaptasi, lalu peneliti melakukan uji coba aitemdengan menyebarkan skala kepada karyawan yang sesuai dengan kriteria.
b. Mencari informasi
Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengurus surat izin dari Fakultas Psikologi USU.
(59)
2. Mencari informasi tentang perusahaan yang akan dijadikan tempat pengambilan data.
3. Peneliti mendatangi perusahaan dan meminta izin dengan membawa surat dari Fakultas Psikologi USU untuk mengambil data di Perusahaan tersebut. Kemudian, peneliti juga meminta informasi dari perusahaan mengenai jumlah karyawan yang akan dijadikan sampel penelitian dan uji coba.
2. Tahap Pelaksaan Penelitian
Setelah melakukan uji coba, selanjutnya peneliti melakukan revisi terhadap skala yang telah di uji coba. Setelah memperoleh aitem dengan batas reliabilitas standar, pengambilan data untuk penelitian dilakukan dengan memberikan skala yang sudah direvisi.
Peneliti melakukan pelaksanaan penelitian mulai pada tanggal 25 Februari 2015 sampai dengan 20 April 2015. Peneliti melakukan pengambilan data dari 82 karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pendataan subjek penelitian
Peneliti menemui bagian HR diPT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat, kemudian mendata jumlah karyawan yang ada di perusahaan tersebut. Lalu, jumlah yang didapat dari data tersebut sekitar 120 karyawan tetap dan tidak tetap. Sehingga peneliti bermaksud menggunakan subjek penelitian yaitu seluruh karyawan. Lalu, bagian HR hanya mengizinkan 100 karyawan saja. Sehingga peneliti mengambil subjek penelitian berjumlah 100 orang.
(60)
b. Penyebaran skala
Penyebaran skala dilakukan dengan cara peneliti mendatangi setiap divisiPT Telekomunikasi Indonesia Sumut Barat dengan didampingi oleh salah satu karyawan bagian HR Telkom Sumut Barat. Lalu peneliti membagikan skala pada beberapa karyawan di divisi tersebut. Dikarenakan ada beberapa karyawan yang tidak berada di kantor, peneliti hanya bisa membagikan skala penelitian ke 80 orang karyawan saja. Selain itu, beberapa divisi tidak mengizinkan memberikan skala penelitian pada karyawan tidak tetap. Kemudian skala yang dibalikkan ke peneliti hanya berjumlah 55. Lalu peneliti menyebar skala penelitian lagi ke beberapa Telkom cabang lain, ada yang menerima dan ada juga yang menolak dikarenakan jumlah karyawan sedikit. Sehingga, peneliti hanya bisa menyebarkan skala penelitian ke 82 karyawan.
3. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresisederhana secara komputerisasi dengan bantuan program SPSS 17.0versionfor Windows.
I. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS 17.0versionfor Windows.
Sebelum dilakukan analisis data maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, sebagai berikut:
(61)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang dimaksud adalah untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip distribusi normal. Uji normalitas yang dilakukan pada penelitian adalah untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor diperoleh dari hasil penelitian yang tersebar sesuai dengan kaidah normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnovdengan bantuan programSPSS 17.0 version for Windows.
Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Kaidah normal yang digunakan adalah jika p > 0,05. Sebaliknya jika p < 0,05 maka dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).
2. Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berkorelasi secara linier atau tidak terhadap variabel tergantung. Uji linieritas pada penelitian ini test for linearity menggunakan bantuan program SPSS 17.0 versionfor Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah linier apabila p < 0,05. Sebaliknya jika p > 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang dilakukan terdapat korelasi antar variabel bebas atau independen. Mendeteksi
(62)
adanya multikolinieritas dalam model regresi linier berganda menggunakan
variance inflation factor (VIF) dan tolerance (TOL) dengan ketentuan jika nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi multikolinieritas dalam model regresi. Kemudian jika nilai TOL sama dengan 1, maka tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi (Ghozali, 2011).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode Glejser.
5. UJi Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali, 2011). Menguji apakah dalam sebuah regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Biasanya hal ini terjadi pada regresi yang datanya berdasarkan waktu berkala. Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan run test.Kaidah yang digunakan untuk mengetahui tidak adanya autokorelasi adalah jika nilai signifikansi p>0.05.
(63)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai keseluruhan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan data penelitian.
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Baratyang berjumlah 82 orang dan telah memenuhi karakteristik penelitian. Dari total 82 orang karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Sumut Baratyang menjadi subjek diperoleh gambaran berdasarkan jenis kelamin, usia, level jabatan dan lama bekerja.
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (N) Presentase (%)
Laki-Laki 55 67.1
(1)
SKALA II
PETUNJUK PENGISIAN
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan.
Seluruh pernyataan ini
merupakan aktivitas yang mungkin Anda lakukan saat menggunakan
internet selama jam kerja
. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan
yang tersedia di sebelah kanan pernyataan berdasarkan keadaan diri Anda
sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai
dengan diri Anda. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu :
TP :
Bila Anda merasa aktivitas itu
Tidak Pernah
Anda lakukan.
JR :
Bila Anda merasa aktivitas itu
Jarang
Anda lakukan.
KK :
Bila Anda merasa aktivitas itu
Kadang-Kadang
Anda lakukan.
SR :
Bila Anda merasa aktivitas itu
Sering
Anda lakukan.
SS :
Bila Anda merasa aktivitas itu
Sangat Sering
Anda lakukan.
Contoh :
No. Pernyataan
TP
JR
KK
SR
SS
1.
Mengunjungi situs yang berkaitan
dengan olahraga.
X
ika Anda ingin mengganti jawaban Anda berikan tanda (=) pada jawaban yang
salah, dan berikan tanda silang pada kolom jawaban yang Anda anggap
paling sesuai.
No. Pernyataan
TP
JR
KK
SR
SL
1.
Mengunjungi situs yang berkaitan
dengan olahraga
X
X
Bila Anda sudah selesai mengisi skala ini, mohon diperiksa kembali
jawaban Anda dan diharapkan jangan sampai ada nomor yang terlewati.
SELAMAT MENGERJAKAN
(2)
Selama jam kerja, seberapa seringkah Anda melakukan aktivitas –
aktivitas di bawah ini menggunakan komputer, laptop, atau
handphonedengan akses internet di tempat kerja Anda?
PERIKSA KEMBALI jawaban Anda, pastikan tidak ada jawaban yang
kosong
TERIMA KASIH
No.
Pernyataan
SS
SR
KK
J
TP
1.
Mengunjungi situs yang tidak berkaitan dengan pekerjaan
2.
Mengunjungi situs berita
3.
Menerima atau mengirim pesan instan
4.
Mengunjungi situs hiburan
5.
Mengunduh atau men
download
musik/video/film
6.
Mengunjungi situs yang berhubungan dengan olahraga
7.
Menunjungi situs
online shop
8.
Bermain
game online
9.
Menerima email yang tidak berkaitan dengan pekerjaan
10. Mengecek email yang tidak berkaitan dengan pekerjaan
11. Mengirim email yang tidak berkaitan dengan pekerjaan
(3)
LAMPIRAN D
UJI ASUMSI DAN ANALISIS
(4)
1.
UJI ASUMSI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
JC CY
N 82 82
Normal Parametersa,,b Mean 63.56 30.02
Std. Deviation 5.162 7.684
Most Extreme Differences Absolute .113 .084
Positive .085 .084
Negative -.113 -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022 .764
Asymp. Sig. (2-tailed) .247 .603
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2.
UJI ASUMSI LINEARITAS
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
CY * JC Between Groups (Combined) 1972.486 21 93.928 2.006 .019
Linearity 70.159 1 70.159 1.498 .226
Deviation from Linearity 1902.327 20 95.116 2.031 .018
Within Groups 2809.465 60 46.824
Total 4781.951 81
3.
UJI ASUMSI MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 43.960 10.951 4.014 .000
(5)
SV -.611 .504 -.137 -1.213 .229 .980 1.021
TI .585 .647 .105 .905 .368 .928 1.078
TS -.579 .562 -.125 -1.029 .307 .849 1.177
A -.044 .489 -.010 -.091 .928 .950 1.053
F -.131 .304 -.050 -.430 .668 .913 1.095
a. Dependent Variable: CY
4.
UJI ASUMSI HETEROSLEDASTISITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 43.960 10.951 4.014 .000
SV -.611 .504 -.137 -1.213 .229
TI .585 .647 .105 .905 .368
TS -.579 .562 -.125 -1.029 .307
A -.044 .489 -.010 -.091 .928
F -.131 .304 -.050 -.430 .668
a. Dependent Variable: CY
5.
UJI ASUMSI AUTOKORELASI
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.36377
Cases < Test Value 41
Cases >= Test Value 41
Total Cases 82
Number of Runs 34
(6)
Z -1.778
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
a. Median
ANALISA REGRESI BERGANDA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 70.159 1 70.159 1.191 .278a
Residual 4711.793 80 58.897
Total 4781.951 81
a. Predictors: (Constant), JC b. Dependent Variable: CY
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 41.484 10.534 3.938 .000
JC -.180 .165 -.121 -1.091 .278
a. Dependent Variable: CY
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .121a .015 .002 7.674
a. Predictors: (Constant), JC b. Dependent Variable: CY