PAI di UNP Kediri yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa macam kriteria yaitu sebagai berikut:
1. Materi Pokok yang Digunakan Dosen PAI
Materi pokok yang digunakan oleh dosen PAI di UNP Kediri antara satu dosen dengan dosen yang lain berbeda-beda, artinya belum ada
kesepakatan atau keutuhan materi pokok yang terkandung dalam materi yang disampaikan kepada mahasiswa. Dengan demikian maka dapat
dipahami bahwa walaupun materi yang digunakan oleh sebagian besar dosen UNP Kediri secara tematik sudah sesuai ketentuan Keputusan Dikti
2006 namun secara porsi kuantitasnya belum terpenuhi. Hal ini menjadi indikasi nyata bahwa hal tersebut bisa terjadi karena tidak adanya produk
kesepakatan bersama tentang materi pokok atau materi yang sebagian besar diajarakan secara formal oleh dosen PAI di UNP kepada mahasiswa.
Dengan kata lain materi pokok yang diajarkan belum terstruktur, tersistem, dan terpadu antara dosen PAI yang satu dengan yang lain, sehingga ini akan
berdampak pada perbedaan titik tekan materi yang diajarkan bahkan terjadi perbedaan besar materi pokok yang disampaikan kepada mahasiswa antara
satu dosen dengan yang lain. Dampak yang lain adalah ketika penyusunan soal Ujian, manakala materinya berbeda titik tekannya maka berbeda pula
titik tekan pertanyaan dalam soal ujian tersebut. Secara rinci asumsinya adalah antara Dosen PAI yang satu dengan yang lain seharusnya punya
materi pokok yang seragam namun dosen juga diberi wewenang untuk
pengembangan materi lebih luas yang didasarkan atau disesuaikan pada prodi dan latar belakang mahasiswanya.
Secara umum materi pokok yang diajarkan oleh dosen PAI UNP Kediri secara berturu-turut adalah berkatian tentang aqidah, akhlak, dan
pendalaman tentang hakikat manusia. Penekanan pada materi aqidah dan akhlak digunakan karena keadaan sosiokultur mahasiswa dan masyarakat
internal kampus secara umum masih perlu ditekankan pada kedua aspek tersebut. Lebih jelasknya hal tersebut dilakukan karena kebanyakan
mahasiswa UNP Kediri adalah lulusan dari sekolah menengah umum bukan jenis pendidikan keagamaan, minim tentang pengetahuan agama,
dan suasana masyarakat kampus yang sangat heterogen. Selain itu juga digunakan materi tentang hakikat manusia yang bermuatan nilai-nilai
filsafat bertujuan sebagai salah satu intstrumen bagi mahasiswa untuk belajar dalam penggunaan logika rasionalitas.
Dengan kondisi mahasiswa yang sangat beragam dari segi sosiokultur dan pemilihan program studi namun hampir seragam dari segi
kemampuan serta wawasan keagamaan Islam maka pembelajaran PAI di UNP Kediri tidak bisa disamakan dengan kegiatan pendidikan keagamaan
Islam di perguruan tinggi Islam atau bahkan pola pembelajaran serta pendidikan di pondok pesantren. Oleh karena itu, pembuatan buku pegangan
mata kuliah PAI sangat penting sebagai patokan dan bahan pembelajaran di rumah bagi mahasiswa serta sebagai bahan atau landasan pengembangan
sistem pembelajaran PAI bagi dosen. Tentu buku tersebut dibuat bukan dari
peniruan dari perguruan tinggi lain, tapi dibuat didasarkan pada kondisi riil keadaan mahasiswa UNP Kediri sehingga buku tersebut senantiasa bisa
diperbarui sesuai dengan situasi di lapangan atau Kampus UNP Kediri. Berdasarkan kenyataan tersebut dijelaskan oleh Ahmad Watik
karena begitu luas dan dalamnya kandungan agama, maka pelaksanaan PAI pada PTU diperlukan kemampuan Dosen dalam pemilihan tema atau pokok
bahasan sehingga menjadi kompetensi yang diharapkan pada mahasiswa tercapai. Setidaknya ada tiga kelompok pokok bahasan yang perlu
ditekankan yaitu pertama tentang kedudukan agama dalam konfigurasi kehidupan bangsa sehingga bisa dikembangkan ke dalam pemahaman
tentang peran dan keterkaitan agama dengan berbagai aspek kehidupan lain, kedua sebagai pokok bahan filosofi agama tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai pengembangan pemahaman yang padu bagi keberilmuan dan keagamaan mahasiswa, dan ketiga tentang nilai etik agama pada
keilmuan serta kehidupan sebagai pengembangan wawasan mahasiswa agar dapat diaktualisasikan pemahaman normatif agamanya ke dalam tataran
fungsional dan operasional.
367
Karena alokasi waktu mata kuliah PAI di UNP Kediri sangat minim yaitu 2 SKS maka sebagai pengimbangnya dosen berinisiatif dalam
pemberian tugas-tugas tambahan kepada mahasiswanya seperti pembuatan resensi tentang buku agama yang terbaru dan best seller, perangkuman buku
Daras PAI dari perguruan tinggi lain yang sudah ditentukan dosen, dan
367
Pratiknya, “Pengembangan Pendidikan Agama,” 93.
pengajakan mahasiswa untuk ikut aktif dalam kegiatan keagamaan di kampus baik yang rutin, eksidental, maupun kegiatan PHBI yang berada di
dalam kampus. Cara tersebut dilakukan untuk pengakomodasian seluruh materi PAI yang tidak bisa diberikan secara utuh dan menyeluruh dengan
waktu yang mininm tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waktu yang minim dapat disiasati dengan bentuk kegiatan-kegiatan lain
yang terkadang jauh lebih efektif jika dilakukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Sebagaimana menurut Wahyudin, dkk. bahwa ditinjau dari segi alokasi waktu mata kuliah PAI pada PTU yang secara formal hanya 2 sks
16 kali tatap muka dan hanya pada 1 semester saja hingga wisuda adalah alokasi yang sangat minim untuk tercapainya tujuan pembelajaran secara
umum. Oleh karena itu mahasiswa harus punya kesadaran untuk pendalaman dan pengkajian ajaran Islam secara non formal dengan cara ikut
serta kegiatan-kegiatan dan diskusi keagamaan di luar jam kuliah.
368
2. Penggunaan Materi yang Dikembangkan Sesuai dengan Program Studi