Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai Menurut Hukum

Yaman juga telah menyetujui peraturan mengenai larangan serangan pesawat tanpa awak atau drone. †††††

A. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai Menurut Hukum

Humaniter BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI DAN MEKANISME PELAKSANAAN PENEGAKAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Tujuan PBB seperti yang diamanatkan dalam Pasal 1 Piagam PBB adalah untuk menciptakan perdamaian dan keamanan internasional.Kewajiban PBB untuk mendorong agar sengkea-sengketa diselesaikan secara damai.Dua tujuan tersebut adalah sebuah reaksi yang terjadi akibat pecahnya Perang Dunia II.Adalah upaya PBB agar perang dunia baru tidak terjadi kembali.Adalah kerja keras PBB agar sengketa antar negara dapat diselesaikan sesegera mungkin secara damai. ‡‡‡‡‡ ††††† Andreas Gerry Tuwo, “Parlemen Yaman Setujui Larangan Drone”, Okezone.com diakses dari Keharusan untuk menyelesaikan sengketa secara damai ini pada mulanya tercantum pada Pasal 1 Konvensi Den Haaq 1907 mengenai Penyelesaian Sengketa Internasional secara Damai yang kemudian ditandatangani di Den Haaq, 18 Oktober 1909. http:m.okezone.comread20131216412913027parlemen-yaman-setujui-larangan-dronehtml pada tanggal 10 April 2015 pukul 22.00 ‡‡‡‡‡ J.G. Merrills, International Disputes Settlement, Cambrige: CambrigeU.P., 2 nd ed, 1995, hlm 179 Kemudian dikukuhkan oleh Pasal 2 ayat 5 Piagam PBB yang berbunyi : Seluruh anggota akan memberikan segala bantuan kepada Perserikatan Bangsa- Bangsa dalam sesuatu tindakannya yang diambil sesuai dengan Piagam ini, dan tidak akan memberikan kepada sesuatu negara yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau kekerasan. §§§§§ Penyelesaian sengketa secara damai merupakan konsekuensi langsung dari ketentuan Pasal 2 ayat 4 Piagam yang melarang negara anggota menggunakan kekerasan dalam hubungannya satu sama lain. §§§§§ Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, Buku-dua,Terj., Jakarta:Obor, 1989, hlm 230 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi kedua, Bandung: Alumni, 2005, hlm 193 Aturan ini juga secara tegas memberikan indikasi bahwa para pihak yang sedang bersengketa juga menanti aturan sebagaimana tercantum dalam Konvensi Jenewa 1949 yang mengatur perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil dari akibat perang, terutama memberlakukan tahanan perang. Berdasarkan hal tersebut maka pelarangan penggunaan kekerasan, penyelesaian sengketa secara damai, serta pemberian perlindungan kepada tawanan perang merupakan norma-norma imperatif dalam pergaulan antarbangsa, untuk itu hukum humaniter internasional telah menyusun berbagai cara penyelesaian sengketa secara damai. Langkah-langkah lebih lanjut tentang apa yang harus dilakukan negara-negara anggota PBB guna menyelesaikan sengketa secara damai diuraikan dalam Bab IV Pasific Settlement of Disputes Terkait hal-hal tersebut PBB mempunyai berbagai sarana terlembaga dan termuat didalam Piagam PBB. PBB juga mempunyai cara informal yang lahir dan berkembang dalam pelaksanaan tugas PBB sehari-hari. Cara-cara ini kemudian digunakan dan terapkan dalam menyelesaikan sengketa yang timbul diantara negara anggotanya. Dalam upayanya menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, PBB memiliki 4 empat kelompok tindakan, yang saling berkaitan satu sama lain dan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan dari semua anggota PBB agar dapat terwujud. Keempat kelompok itu adalh sebagai berikut †††††† 1. Preventive Diplomacy : Preventive Diplomacy adalah suatu tindakan untuk mencegah timbulnya suatu sengketa diantara para pihak, mencegah meluasnya suatu sengketa, atau membatasi perluasan suatu sengketa.Cara ini dapat dilakukan oleh Sekjen PBB, Dewan Keamanan, Majelis Umum atau oleh organisasi-organisasi regional yang bekerjasama dengan PBB. Misalnya upaya yang dilakukan Sekjen PBB sebelumnya Kofi Annan dalam mencegah konflik Amerika Serikat dan Irak menjadi sengketa terbuka mengenai keengganan Irak mengizinkan UNSCOM memeriksa dugaan adanya senjata pemusnah massal diwilayah Irak, walaupun upaya tersebut akhirnya menemui jalan buntu. 2. Peace Making Peace Making adalah tindakan untuk membawa para pihak yang bersengketa untuk saling bersepakat.Khususnya melalui cara-cara damai seperti yang †††††† Boutros Boutros Ghali, An Agenda for Peace, New York: United Nation, 1992, hlm.12 terdapat dalam Bab VI Piagam PBB.Tujuan PBB dalam hal ini berada diantara tugas mencegah konflik dan menjaga perdamaian internasional. Antara dua tugas tersebut terdapat kewajiban untuk mencoba membawa para pihak yang bersengketa menuju kesepakatan dengan cara-cara damai Perannya disini, Dewan Keamanan hanya memberikan rekomendasi atau usulan mengenai cara atau metode yang tepat setelah mempertimbangkan sifat sengketanya. ‡‡‡‡‡‡ 3. Peace Keeping Peace Keeping adalah tindakan untuk mengerahkan kehadiran PBB dalam pemeliharaan perdamaian dengan kesepakatan para pihak yang berkepentingan.Biasanya PBB mengirimkan personel militer, polisi PBB, dan juga personel sipil.Meskipun sifatnya militer, namun mereka bukan angkatan perang. Cara ini adalah suatu teknik yang ditempuh untuk mencegah konflik maupun untuk menciptakan perdamaian.Peace Keeping merupakan penemuan PBB sejak pertama kali dibentuk.Peace Keeping telah menciptakan stabilitas yang berarti diwilayah konflik.Sejak 1945 hingga 1992, PBB telah membentuk 26 kali operasi Peace Keeping.Sampai Januari 1992 tersebut, PBB telah menggelar 528.000 personel militer, polisi dan sipil. §§§§§§ 4. Peace Building ‡‡‡‡‡‡ Eduardo Jimenez De Arechaga, United Nations Security Council, Encylopedia of Public International Law, Instalment 5, 1983, hlm 346 §§§§§§ Penyelesaian Sengketa Internasional Dalam Kerangka PBB, diakses pada http:klinikhukum.wordpress.com20070725penyelesaian-sengketa-internasional-dalam-kerangka- pbbhtml pada tanggal 5 April 2015 pukul 0.57 Peace Building adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukung struktur-struktur yang berguna memperkuat perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik.Peace Building lahir setelah berlangsungnya konflik.Cara ini bisa berupa proyek kerjasama konkrit yang menghubungkan dua atau lebih negara yang menguntungkan diantara mereka.Hal demikian tidak hanya memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan yang merupakan syarat fundamental bagi perdamaian. 5. Peace Enforcement Peace Enforcement atau Penegakan Perdamaian adalah wewenang Dewan Keamanan berdasarkan Piagam PBB untuk menetukan adanya suatu tindakan yang merupakan ancaman terhadap perdamaian atau adanya tindakan agresi.Menghadapi situasi ini, Pasal 41 Bab VII, Dewan Keamanan berwenang memutuskan penerapan sanksi ekonomi, politik dan militer.Bab VII yang membawahi Pasal 41 Piagam ini. ††††††† Termuat dalam Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB yang menyatakan bahwa para pihak yang bersengketa “shall first of all, seek a resolution by negotiation...,” Contoh dari penerapan sanksi ini yaitu Putusan Dewan Keamanan tanggal 4 November 1977, putusan tersebut mengenakan embargo senjata terhadap Afrika Selatan berdasarkan Bab VII Piagam sehubungan dengan kebijakan negara tersebut menduduki Namibia UNSC Res.418[1971]. Ibid ††††††† Thomas M. Franck and Faiza Patel, UN Police Action in Lieu of War: The Order Chapter, 1991, hlm 65 tersirat bahwa penyelesaian sengketa kepada organ atau badan PBB hanyalah cadangan bukan cara utama dalam menyelesaikan suatu sengketa. Para pihak tidak boleh menyerahkan sengketanya kepada PBB sebelum semua cara penyelesaian sengketa yang ada telah dijalankan. Pada kenyataannya bahwa organ utama PBB dapat secara langsung menangani suatu sengketa apabila PBB memandang bahwa suatu sengketa sudah mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Organ-organ utama PBB berdasarkan Bab III Pasal 7 ayat 1 Piagam PBB terdiri dari Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Peralihan, Mahkamah Internasional, dan Sekertariat. Organ-organ ini berperan penting dalam melaksanakan tugas dan fungsi PBB.Terutama dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional, sesuai dengan kaedah keadilan dan prinsip hukum internasional. ‡‡‡‡‡‡‡ Adapula penyelesaian sengketa internasional secara politik, yaitu §§§§§§§ a. Negoisasi, yaitu teknik yang tidak melibatkan pihak ketiga, hanya melibatkan pihak-pihak yang terkait. : b. Mediasi dan jasa-jasa baik merupakan bentuk lain dari negosiasi sedangkan yang membedakan adalah keterlibatan pihak ketiga. Pihak ketiga bertindak sebagai mediator, komunikasi bagi pihak ketiga disebut good office. Seorang mediator memiliki peran aktif untuk menemukan solusi yang tepat guna ‡‡‡‡‡‡‡ Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta §§§§§§§ “Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai”, Hukum dan IT, diakses pada http:hukumit.blogspot.com201101penyelesaian-sengketa-internasional-secara-damai.html?m=1 pada tanggal 9 10 April 2015 pukul 21.09 WIB melancarkan terjadinya kesepakatan antara pihal-pihak yang bertikai. Mediasi hanya dapat terlaksanakan dalam hal para pihak bersepakat dan mediator menerima syarat-syarat yang diberikan oleh pihak yang bersengketa.perbedaan jasa-jasa baik dan mediasi adalah persoalan tingkat. Kasus jasa-jasa baik, pihak ketiga menawarkan jasa-jasa untuk mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa dan mengusulkan dilakukanya penyelesaian, tanpa secara nyata ikut serta dalam negosiasi atau melakukan suatu penyidikan secara seksama atas beberapa aspek dari sengketa tersebut c. Konsiliasi, menurut The Institite of International Law melalui Relations the Prosedur of International Conciliation yang diadopsi pada tahun 1961 dalam Pasal 1 disebutkan sebagai suatu metode penyelesaian pertikaian bersifat internasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik sifatnya permanen atau sementara berkaitan dengan proses penyelesaian pertikaian. d. Penyelidikan inquiry adalah metode penyelidikan digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau badan untuk mencari dan mendengarkan semua bukti-bukti yang bersifat internasional, yang relevan dengan permasalahan. Dengan dasar bukti-bukti dan permasalahan yang timbul, badan ini akan dapat mengeluarkan sebuah fakta yang disertai dengan penyelesaiannya. Tujuan dari penyelidikan, tanpa membuat rekomendasi-rekomendasi yang yang spesifik untu menetapkan fakta yang mungkin diselesaikan dengan cara memperlancar suatu penyelesaian yang dirundingkan. Pada tanggal 18 Desember 1967, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menyatakan pentingnya metode pencarian fakta yang tidak memihak sebagai carapenyelesaian damai dan meminta negara-negara anggota untuk lebih mengefektifkan metode-metode pencarian fakta. e. Penyelesaian dibawah naungan organisasi PBB Pasal 1 Piagam PBB, salah satu tujuan PBB adalah untuk memelihara dan menjaga perdamaian internasional. Tujuan tersebut sangat terkait dengan upaya penyelesaian sengketa secara damai.Isi Piagam PBB tersebut diantaranya memberikan peran penting kepada International Court of Justice ICJ dan upaya penegakannya diserahkan kepada Dewan Keamanan. Berdasarkan Bab VII Piagam PBB, DK dapat mengambil tindakan-tindakan yang terkait dengan penjagaan atas perdamaian. Bab VI, DK juga diberikan kewenangan untuk melakukan upaya-upaya yang terkait dengan penyelesaian sengketa. Negara-negara yang tidak dapat mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai, maka cara pemecahannya yang mungkin digunakan adalah cara-cara kekerasan. Prinsip-prinsip dari cara penyelesaian melalui kekerasan antara lain a. Perang : Tujuan perang adalah menaklukan negara lawan dan membebankan syarat- syarat penyelesaian dimana negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Karl von Clausewitz yang mengatakan bahwa perang adalah perjuangan dalam skala besar yang Ibid dimaksudkan oleh salah satu puhak untuk menundukkan lawannya guna memenuhi kehendaknya. b. Retorsi Pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas dari negara lain. Balas dendam yang dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat dalam konferensi negara yang kehormatannya dihina.Misalnya perenggangan hubungan diplomatik. c. Reprisal Reprisal merupakan metode-metode yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan. Perbedaan antara tindakan reprisal dan retorsi adalh pembalasan mencakup tindakan yang pada umumnya boleh dikatakansebagai perbuatan ilegal sedangkan retorsi meliputi tindakan yang sifatnya balas dendam yang dapat dibenarkan oleh hukum.Misalnya pemboikotan barang-barang terhadap suatu negara tertentu. d. Blokade secara damai Pada wakktu perang, blokade terhadap pelabuhan suatu negara yang terlibat perang sangat lazim dilakukan oleh angkatan laut.Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai.Kadang digolongkan sebagai pembalasan, tindakan itu pada umumnya ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade mentaati permintaan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade. e. Intervensi Hukum internasional pada umumnya melarang campur tangan yang berkaitan dengan urusan negara lain, yang dalam kaitan khusus ini berarti suat tindakan yang lebih dari sekedar campur tangan saja dan lebih kuat dari pada mediasi atau usulan diplomatik Menurut Mahkamah, intervensi dilarang oleh hukum internasional apabila : 1. Campur tangan yang berkaitan dengan masalah-masalah dimana setiap negara dibolehkan untuk mengambil keputusan secara bebas 2. Campur tangan itu meliputi gangguan terhadap kemerdekaan negara lain dengan cara-cara paksa, khususnya kekerasan. Adapun cara-cara lain untuk menyelesaikan atau memecahkan konflik adalah †††††††† 1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat didalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar dan sebagainya : 2. Subjugation atau domination yaitu orangpihak yang mempunyai kekuatan besar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain manaatinya. 3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumantasi. 4. Minority consent yaitu kemenangan kelompok meyoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok miniritas sama †††††††† Ibid sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerjasama dengan kelompok mayoritas. 5. Kompromi adalah jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat didalam konflik. 6. Integrasi yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu putusan yang memaksa semua pihak.

B. Pelaksanaan Penegakan Hukum Humaniter