Hasil Uji coba Laboratorium

160 Tabel 17. Hasil ujicoba penentuan posisi pada titik tetap Titik Latitude ddmm.ssss Longitude ddmm.ssss I Samping Gedung Maksimum 0633.5542 10643.4645 Minimum 0633.5088 10643.4245 Range Second 0.454` ~ 13.62 m 0.4` ~ 12 m II Tebuka Maksimum 0633.5515 10643.4296 Minimum 0633.5427 10643.4281 Range Second 0.088` ~ 2.644 m 0.15` ~ 4.5 m III Dibawah Pohon Maksimum 0633.4228 10643.4106 Minimum 0633.4184 10643.4083 Range Second 0.44` ~ 13.2 m 0.23` ~ 6.9 m Untuk melihat pola sebaran setiap titik percobaan kemudian diplot seperti terlihat pada Gambar 32 a, c dan e. Pola sebaran pada titik pertama jauh lebih variatif dibandingkan dengan titik ke-3 dan ke-2. Hal ini memperlihatkan gedung merupakan gangguan yang cukup besar untuk sinyal GPS, kemudian pepohonan. Pada keadaan terbuka, GPS penerima yang digunakan memberikan data posisi yang baik, dimana selama 5 menit pencatatan data dihasilkan hanya ada dua posisi yang berbeda. Untuk melihat kekonsistenan pemberian posisi oleh GPS penerima. Setiap data kemudian dilihat perubahan jarak dari pencatatan waktu saat ini dengan waktu sebelumnya, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 32 b, d dan f. Jarak terjauh dihasilkan oleh percobaan pada titik ke-3 yaitu 13 m, kemudian pada titik-1 sebesar 8.5 m dan paling pendek pada titik-2 sebesar 5.2 m. Berdasarkan hasil tersebut kemudian dapat dihitung kecepatan minimal arus yang dapat diukur menggunakan GPS penerima pada saat lintasan lurus dengan menentukan selang waktu pencatatan. Bila ditentukan selang waktu pencatatan selama 5 menit maka kecepatan minimal tersebut yaitu 520 cm dibagi 300 yaitu sebesar 1.7 cms dan selang waktu pencatatan selama 10 menit menghasilkan kecepatan minimum sebesar 0.85 cms. Kecepatan minimal tersebut sudah cukup baik karena menurut Sannang 2003 di Pelabuhan Ratu kecepatan arus berkisar antara 10 – 45 cms. 161 Gambar 32. Pola sebar spasial hasil pengukuran Titik I a, Titik II c dan Titik III e, beda jarak setiap titik secara berurut Titik I b, Titik II d dan Titik III f 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 x 10 4 633.5 633.51 633.52 633.53 633.54 633.55 633.56 Longitude a La tit ud e 100 200 300 400 500 600 2 4 6 8 Data ke- b Ja ra k m 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 x 10 4 633.542 633.544 633.546 633.548 633.55 633.552 Longitude c La tit ud e 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 Data ke- d Ja ra k m 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 1.0643 x 10 4 633.418 633.419 633.42 633.421 633.422 633.423 Longitude e La tit ud e 50 100 150 200 250 300 5 10 15 Data ke- f Ja ra k m 162 Selanjutnya dilakukan pengujian pada saat drifter bergerak yaitu dengan membawa drifter keliling kampus IPB Dramaga untuk melihat pengiriman, penerimaan dan ketelitian dari data yang dihasilkan. Hasil uji ini kemudian diplot di Google Map untuk melihat ketepatan dari hasil pengukuran posisi GPS. Dari percobaan diperlihatkan bahwa GPS yang digunakan sudah cukup baik dalam memberikan posisi Gambar 33 lihat A. Pergerakan hasil pengukuran mendekati jalur yang dilakukan jalan, namun masih memiliki kesalahan seperti pada percobaan pengukuran titik tetap yaitu ±4.5 m. Kesalahan tersebut sebagian ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki penghalang terhadap penerimaan sinyal GPS Gambar 33 lihat B. Secara umum hasil ini memberikan hasil yang memuaskan dimana data mampu memberikan gambaran pola pergerakan yang baik dari gerak selama percobaan dilakukan. Selama percobaan, penyimpanan data di lakukan di data logger SDMMC card setiap ±2 detik waktu yang dibutuhkan untuk sekali pembacaan dan penyusunan serta penyimpanan data GPS. Pengiriman dan penerimaan data menggunakan jaringan GSM pada uji coba ini dilakukan hingga 100 sukses. Hal tersebut dilakukan dengan alasan kualitas sinyal GSM pada tempat percobaan cukup baik. Sehingga pada saat ujicoba lapang, pengaruh kesalahan sistem perangkat lunak baik di drifter atau ground segment dapat diabaikan. Percobaan laboratorium selanjutnya dilakukan di water tank yaitu untuk menguji daya apung dan kedap air dari drifter yang telah dibuat. Percobaan ini dilakukan dengan membiarkan drifter terapung di air. Hasil menunjukan bahwa drifter terapung setengah bola 15 cm dari keseluruhan bola buoy Gambar 33. Hasil yang diperoleh dirasa telah cukup baik agar buoy terapung di laut niiler, 1995. Drifter ditempatkan di air selama 12 jam untuk melihat kedap air dari buoy yang telah dibuat. Dilakukan selama 12 jam diharapkan agar diketahui kebocoran-kebocoran kecil melalui pori-pori yang tak terlihat oleh kasat mata. Dari hasil percobaan tersebut buoy yang dihasilkan telah kedap air dan tidak ada pori kebocoran walaupun drifter ditempatkan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh penggunaan resin berlapis pada seluruh permukaan buoy dan penyambungan berlapis pada setiap titik sambungan. Pada bagian bawah setengah bola digunakan cat anti biofouling untuk mencegah terjadinya 163 biofouling yaitu berupa organisme biologi yang tumbuh pada permukaan bola buoy yang dapat merusak bola buoy secara perlahan. http:www.jamstec.go.jpjamstec-emutuco2anti_biofoulingindex.html . Gambar 33. Hasil plot data uji coba sekitar Kampus IPB Dramaga Pada Gambar 34. terlihat bahwa drogue mengembang secara sempurna dengan digunakannya lingkaran penyangga pada kedua ujung dan tengah drogue drifter . Pada saat uji coba drifter digoyang-goyang yang dianggap sebagai gangguan. Hasilnya drifter cenderung kembali ke posisi semula tegak. Hal ini A B 164 mengindikasikan penggunaan drogue dan penyangga besi ini menyebabkan drifter memiliki keseimbangan yang baik, dimana titik berat drifter berada ditengah. Uji coba lama operasi juga dilakukan, dimana drifter dinyalakan secara terus- menerus hingga tidak bekerja lagi dikarenakan kehabisan energi. Dari hasil percobaan tersebut sistem drifter yang dibangun dapat bertahan hingga ±5 hari. Gambar 34. Uji coba di water tank

4.4. Uji Coba Lapang Teluk Pelabuhan Ratu

Uji coba lapang dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 28 Agustus 2010 dan 30 Agustus 2010, pada hari pertama dimulai pada jam 08:10 – 15:50, dan hari kedua dari jam 07:00 hingga 13:10. Hari kedua dilakukan lebih singkat disebabkan karena drifter sudah mulai keluar dari teluk. Sebagai validasi data kemudian pada awal pelepasan dan akhir pengambilan drifter dilakukan pengukuran arus dengan menggunakan floating drogue. Titik awal pelepasan pada hari pertama dan kedua dilakukan pada titik yang berbeda Hari pertama di titik: 0702.4011S, 10627.4422E dan hari kedua di titik: 0700.5859S, 10631.4677E. Uji coba lapang dilakukan pada hari tersebut dengan alasan bahwa menurut tabel ramalan pasang surut DISHIDROS, TNI-AL di teluk Pelabuhan Ratu akan terjadi pasang purnama, sehingga diperkirakan pergerakan arus yang dipengaruhi oleh pasang surut akan cukup kuat. Pada saat ujicoba daya apung instrumen cukup baik yaitu 15 cm dari dasar surface buoy, dengan antena GPS dan GSM berdiri tegak 15 cm 165 Gambar 35, parasut terbuka sempurna serta seimbang yaitu drifter cenderung kembali ketitik semula bila terkena gangguan. Gambar 35. Drifter mengapung setengah dan antena tegak lurus permukaan air Seting parameter pada percobaan lapang ini yaitu data disimpan di MMCSD card setiap 2 detik dengan pengiriman data ke ground segment setiap 5 menit. Dari kedua percobaan terlihat bahwa pola trek yang dihasilkan berbeda. Hasil perekaman data tersebut kemudian diolah agar dapat diketahui kerja dari buoy . Hasil pengelompokan data yang terekam pada kedua percobaan tersebut terlihat pada Tabel 18. Table 18. Perbandingan statistik kerja alat. Jenis Hari Pertama Hari Kedua Lama Operasi waktu 8 jam 20 menit 6 jam 50 menit Jumlah Data Tersimpan buah 18004 18028 =99.86 sukses 14717 15435 =95.35 sukses Jumlah Data Terkirim buah 7284=85.71 sukses 6772=93.05 sukses Voltase Awal volt 12.97 12.90 Voltase Akhir volt

12.10 544 mW 12.25 541 mW

Persentase Perubahan Posisi 19918004=1.1 420 14717 = 2 Keterangan : adalah jumlah data yang seharusnya sesuai skenario yang direncanakan 166 Lama operasi hari pertama dan kedua berbeda, hal ini dikarenakan trek hari kedua cenderung lurus dan hampir keluar teluk sehingga diputuskan untuk tidak dilanjutkan. Meskipun demikian terlihat bahwa data perubahan posisi hari kedua lebih banyak dibandingkan dengan hari pertama, hal ini disebabkan karena arus pada percobaan kedua lebih cepat dibandingkan dengan hari pertama sehingga perubahan posisi hari kedua lebih cepat dibandingkan hari pertama. Jumlah data terkirim pada hari pertama yaitu 85.71 jika dibandingkan dengan data yang seharusnya diterima, dan pada hari kedua sebesar 93.05. Jumlah data yang terkirim ini berbeda kemungkinan disebabkan oleh perbedaan daerah percobaan yang menyebabkan sinyal modem GSM juga berbeda. Pada hari pertama percobaan dilakukan ditengah teluk sehingga sinyal lebih lemah jika dibandingkan dengan percobaan hari kedua yang dilakukan pada pinggir teluk yang dekat dengan daratan. Pada hari pertama jika dilihat dari jumlah data tersimpan dengan jumlah data yang seharusnya tercatat memiliki tingkat kesuksesan 99.86 lebih baik jika dibandingkan hari kedua yaitu 95.35 yang kemungkinan hal ini disebabkan oleh suhu udara yang lebih panas jika dibandingkan dengan hari pertama, dimana suhu merupakan salah satu penyebab gangguan pada komunikasi SPI data logger. Konsumsi daya drifter yaitu sebesar 544 mW, lebih besar jika dibandingkan dengan drifter yang dikeluarkan oleh ARGOS, IRRIDIUM dan ORBCOMM yang hanya menghabiskan daya sekitar 75-100 mW, hal ini disebabkan pada aplikasi ini efisiensi penggunaan komponen elektronika masih belum mampu sepenuhnya dilakukan karena komponen-komponen yang digunakan merupakan modul elektronika setengah jadi sehingga sebenarnya banyak komponen dan fitur yang tidak diperlukan. Hasil perekaman data menunjukan bahwa perekaman data setiap 2 detik mengakibatkan banyak pencatatan dilakukan pada posisi yang sama, artinya pergerakan buoy lebih lambat dibandingkan dengan pencatatan setiap 2 detik tersebut. Kinerja buoy kemudian juga dapat dilihat berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh buoy untuk memberikan posisi yang berbeda, hal ini diperlihatkan pada Gambar 36. Pada hari pertama waktu paling lama yang dibutuhkan drifter untuk memberikan perubahan posisi yaitu 1210 detik atau 167 20.17 menit dan pada hari kedua yaitu 540 detik atau 9 menit. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kecepatan dimasing-masing tempat percobaan dimana pada percobaan hari pertama dan waktu tertentu arus bergerak sangat lambat jika dibandingkan dengan tempat percobaan hari kedua. Gambar 36. a Waktu untuk perubahan posisi hari pertama, b Waktu untuk perubahan posisi hari kedua Hasil selang waktu ini juga memperlihatkan bahwa pada selang waktu tertentu pergerakan drifter dianggap diam. Hal ini disebabkan ketelitian GPS yang digunakan berakurasi dalam radius ±10 m, sehingga pergerakan yang sempit tidak terdeteksi. Pencatatan yang terlalu cepat seperti pada penelitian ini terlihat menjadi tidak efektif karena hanya 1-2 data yang tersimpan saja yang kemudian memberikan posisi yang berbeda. Penentuan selang waktu pencatatan sangat tergantung dari pergerakan arus pada daerah ujicoba semakin cepat arus pada daerah tersebut semakin cepat selang waktu yang dapat digunakan dan sebaliknya semakin lambat 50 100 150 200 250 300 350 400 450 180 360 540 720 900 1080 1260 1440 Data ke- a P e ru b a h a n W a k tu S e c o n d 50 100 150 200 250 300 350 400 450 180 360 540 720 900 1080 1260 1440 Data ke- b P e ru b a h a n W a k tu S e c o n d