Transmisi dan Format Data Drifter

93 Nilai R ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai slip velocity dari drifter dan masa air, dimana pengaruh angin dan gradien vertikal dari arus juga dimasukan, yang ditulis menjadi: ...........................................4 Dimana adalah slip velocity, adalah kecepatan angin dan adalah gradien vertikal dari arus. Dari persamaan 4 terlihat bahwa semakin tinggi nilai R maka semakin kecil slip velocity yang dihasilkan. Menurut Niiler dan Paduan 1995 desain SVP memiliki slip velocity 0.7 cms pada saat kecepatan angin 10 cms tetapi jika kehilangan drogue maka slip velocity menjadi 8.9 cms pada kecepatan angin tersebut. Tabel 3. merupakan contoh perhitungan drag area ratio Sybandry et al, 2009 Tabel 3. Perhitungan drag area ratio contoh Component Frontal Area Drag Coeficient Drag Area Drag Area Ratio Surface Sphere 731 0.47 343 40.8 Pipe and cap below surface sphere 45 1.4 63 Urethane Below Surface Sphere 40 1.4 56 Tether 400 1.4 560 Pipe and cap above radial hub 45 1 45 Urethane Above Drogue 40 1 40 Drogue 29768 1 41675 Drag Coeficients: Sphere 0.47 Holeysock type drogue 1.4 Other elements except Urethane and pipe on top of radial hub 1.4 Urethane and pipe on top of radial hub 1 Sumber : http:gisweb.wh.whoi.eduioosdriftsvpb_design_manual.pdf

2.5. Transmisi dan Format Data Drifter

Arsitektur sistem transmisi dan pengolahan data drifter yang dimiliki DAC cukup kompleks. Data yang dikirimkan dari drifter dikirimkan melalui satelit, kemudian oleh satelit dikirimkan ke stasiun penerima ARGOS. Data tersebut 94 kemudian diteruskan oleh ARGOS ke DAC AOML untuk kemudian dilakukan proses pengolahan dan kontrol kualitas data Gambar 7. Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk melakukan kontrol kualitas data yang dilakukan oleh AOML Pazos, M. 2003 yaitu: 1 Decode data. Mengkonversi data yang sekarang diterima ke data yang telah ditentukan sesuai dengan metode konversi yang sudah ditentukan yaitu berdasarkan data ID dari buoy yang diterima. Format data ARGOS dalam bentuk binari kemudian di-decode menjadi angka dan nilai yang dimaksud. 2 Indentifikasi buoy baru dan memasukannya ke direktori file. Menentukan waktu penyebaran dan posisi transmisi dari data yang baik dan diterima pertama kali pada proses pengiriman. Hal ini dilakukan jika ID buoy belum terdeteksi atau merupakan ID baru. 3 Mencari buoy yang mati tidak mengirimkan data lagi, melihat posisi terakhir dan kenapa buoy tersebut mati. Menjalankan program yang mampu mengidentifikasi transmisi buoy dari lokasi yang sama atau buoy yang tidak memiliki data baru setelah update terakhir, kemudian memasukan nomor ID buoy tersebut ke direktori file. 4 Melakukan pengecekan sensor SST, waktu terakhir sensor tersebut mengirimkan data yang baik, dan kenapa sensor tersebut gagal. Setiap data SST yang diterima kemudian dibandingkan dengan Climatology Reynold’s untuk menentukan gagal tidaknya sensor suhu. Waktu terakhir dari buoy tersebut mengirimkan data SST yang baik kemudian dimasukan ke dalam direktori file. 5 Mengedit posisi dan SST. Menjalankan perangkat lunak yang mampu mendeteksi posisi yang tidak tepat berdasarkan kecepatan dan beberapa lokasi terakhir yang diberikan, kemudian posisi yang tidak tepat akan dihapus. Pada saat yang sama perangkat lunak memeriksan nilai SST. Nilai SST yang menyimpang akan dibuang berdasarkan kriteria perubahan suhu relatif terhadap suhu baru yang diberikan buoy. Setiap kesalahan posisi dan SST kemudian dicatat. 95 6 Deteksi lepasnya drogue. Mendeteksi hilang tidaknya atau lepasnya drogue, bila drogue lepas kemudian waktu dan ID buoy tersebut dicatat. 7 Melakukan interpolasi data per-6 jam menggunakan metode krigging. Setiap data buoy yang aktif dan diterima kemudian diinterpolasi setiap 6 jam berdasarkan referensi Hansen and Poulain 1996. 8 Memasukan data ke basisdata Data yang telah diolah berdasarkan langkah di atas kemudian dimasukan ke http:www.aoml.noaa.govPHODDACDACDATA.HTML . Gambar 7. Alur Data Drifter DAC AOML Sumber: http:www.aoml.noaa.gov Ada 3 bagian utama dari sistem transmisi data drifter yaitu, drifter itu sendiri, stasiun penerima dan bagian prosesing data. Pada beberapa perancangan drifter sistem transmisi, khususnya untuk aplikasi drifter di perairan pantai sistem transmisi memanfaatkan jaringan GSM, seperti yang dilakukan Ohlman 2005. Sensor drifter mengukur data seperti suhu permukaan laut, rata-rata data biasanya diukur setiap 90 detik, dan mengirimkan data perataan setiap selang waktu tertentu dari sensor dengan frekuensi radio 401,65 MHz. Setiap pemancar drifter diberikan kode Platform Terminal Transmitter PTT kemudian sering disebut 96 sebagai ID drifter. Sistem penentuan posisi drifter ARGOS bukanlah diberikan GPS. melainkan dihitung berdasarkan pergeseran transmisi Doppler dari waktu sinyal yang dikirimkan drifter seperti yang dijelaskan dalam Manual Pengguna ARGOS. Motyzhev 2007, ada tiga pembagian lokasi yaitu kelas satu error antara 350-1000 meter, kelas dua error antara 150-350 meter dan kelas tiga error kurang dari 150 meter, sedangkan ORBCOMM dan IRRIDIUM menggunakan GSP untuk penentuan posisi. Jenis komunikasi ARGOS menggunakan komunikasi satu arah artinya tidak ada pengontrolan oleh stasiun darat terhadap drifter, sedangkan pada ORBCOMM dan IRIDIUM mengimplementasikan komunikasi dua arah Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan sistem drifter dari IRIDIUM, ARGOS dan ORBOCOMM Perbandinagan ARGOS ORBCOMM IRIDIUM Communication Method one way transmission only two way two way Coverage Global number of messages per day depend on latitude between +60 and -60 deg latitude Global Remote System control change message rate and message type no yes yes Max. Number of bytes in message 32 bytes 20 bit ID 31 bytes 28 bit ID 512 bytes 100 Kbytes Position by sattellite ± 300 m by GPS ± 10 m by GPS ± 10 m Position drift alarm As option by Argis or using Wves21 or seasaw software As option by Argis or using Wves21 or seasaw software As option by Argis or using Wves21 or seasaw software Transmiter ID to be obtained from CLS to setup buoy system to be specified as part of provisioning by an orbcomm service provider phonenymber of the iridium subscription Typical Power consumption ca 70 mW ca 40 mW ca 100 mW ca 200 mW ca 74 mW Combintaion with local HF transmitter yes yes yes Disable option andor activity yes yes yes Sumber: http:download.datawell.nl argos-orbcomm_comparison_t-11-01.pdf 97 Penggunaan komunikasi GSM untuk transmisi data real-time kelautan mulai dilakukan, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk komunikasi ini lebih murah jika dibandingkan transmisi data menggunakan satelit. Kelemahan transmisi data menggunakan jaringan ini yaitu sangat bergantung dengan coverage area dari operator GSM di tempat dilakukan pengukuran. Data real-time seperti buoy yang ditempatkan di pesisir sudah cukup banyak yang mengadopsi jaringan ini seperti terlihat di Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan teknologi buoy untuk ocean monitoring. Buoy Program Name Documentation Enabling Technologies Body Hull Sensor Parameters Power supply Telemetry ESROB NMB This study 2.4 m diameter discus Met. Physical, Biogeochemi cal solar panel Cellular CDMA, two- way MAREL buoy Blain, et al 2004 discus 4 m diameter Physio- chemical solar panel Cellular GSM, two- way Smart Buoy Milis, et al. 2002 Met. Physio- biogeochemi cal satellite, one- way OASIS moorings Chavez, et al. 1997 ~2 m diameter donat Met. Physio- biogeochemi cal solar panel Cellular, two way COMPS USF Weisberg, et al. 2002 met., physical GOES satellite, one- way TABSSE MB Guinasso, et al. 2001 0.79 m diameter met., physical solar panel SatelliteCelu llar, two way NDBC Moored Buoy http:seaboard. ndbc.noaa.gov Various 12 m met., physical solar panel ARGOS satellite, one way Coastal Buoy SYSTEA Brochure Met. Physio- biogeochemi cal solar panel GSM, two way CMBS METOCEAN Brochure Flexible Flexible, one ir two way ATLAS TAOTRI TON Miliburn, et al. 1996 2.3 m diamter Met., TS Battery pack ARGOS satellite, one way Sumber : http:plaza.snu.ac.kr~gkimlecturepaper37.pdf Pengiriman data drifter menggunakan format data tertentu dengan tujuan untuk menghemat biaya transmisi dan kemudahan penerimaan dan pengolahan 98 data yang dilakukan. Format data sangat ditentukan oleh kompleksitas perangkat keras terutama jenis dan jumlah sensor serta model komunikasi serta kebutuhan dan kendali sistem. Contoh, ARGOS memiliki panjang format data 56 bit, seperti Tabel 6. Selain data sensor dikirimkan juga tegangan baterai untuk mengetahui kondisi drifter, age untuk waktu dan tanggal data, rank untuk pengenal baris serta checksum untuk memastikan data terkirim sempurna atau tidak. Tabel 6. Format data ARGOS Item Bits No. Bits Loc. Min Max Res Formula CheckSum 8 0-7 255 - Lower 8 bits Rank Standard Warning 4 8-11 3 - Rank=0, always Rank=4 0,1, 2, 3 AgeB 6 12-17 63 - Age minutes Air Pressure Standard Warning 11 18-28 850.0 930.0 1054.7 1032.35 0.1 0.05 BPhPa = 0.1n + 850 BPhPa = 0.05n + 930 SST 9 29-37 -5.0 35.88 0.08 SST C = 0.08n – 5 Air Pressure Tenden. Standard Warning 9 38-46 -25.5 - 12.75 25.6 12.8 0.1 0.05 APThPa = 0.1n – 25.5 APThPa = 0.05n – 12.75 Submergence 6 47-52 100 - Percent = 100n63 Battery Volt. 3 53-55 7 14 - BV = n + 7 Total 56 Sumber: http:www.argos-system.org?nocache=0.7871551238931715

2.6. Penentuan Posisi menggunakan GPS