Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Guru (Survei pada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok)

(1)

1

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN

KREATIVITAS GURU

(SurveiPada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Wilayah Kecamatan

Sawangan dan Bojongsari Kota Depok)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Disusun Oleh:

FEBRIANI RAMADHANA

NIM. 1112015000017

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

1


(4)

(5)

1


(6)

1

ABSTRAK

FEBRIANI RAMADHANA.1112015000017. Hubungan Kompetensi

Pedagogik dengan Kreativitas Guru. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016

Penelitian korelasional ini terdiri atas 1 (satu) variabel bebas, yaitu kompetensi pedagogik serta 1 (satu) variabel terikat, yaitu kreativitas guru.Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok , dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang guru IPS.Tujuannyaadalahuntukmengetahuihubungankompetensipedagogikdengankrea tivitas guru yang diharapkandapatmeningkatkankretivitas guru melaluikompetensipedagogik.

Metode yang digunakan yaitu survei dan teknik analisis data menggunakan uji statistik korelasi dan regresi linear sederhana. Adapun pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01.

Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas gurun dengan persamaan regresi

Ŷ = 68,95 + 2,84 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 = 0,619 serta nilai koefisien

determinasi r2y.1 = 0,383.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

kretaivitas guru dapat ditingkatkan melalui kompetensi pedagogik. Kata Kunci: Kompetensi, Pedagogik, Kreativitas, Guru.


(7)

1

ABSTRAC

FEBRIANI RAMADHANA.1112015000017.The Relationship Between

Pedagogical Competence with Creativity if Teachers. Skripsi. Jakarta: of education social science the faculty of tarbiyah and teaching state Islamic university (uin) syarifhidayatullah Jakarta. 2016.

This correlation study consists of one independent variables, pedagogical competence, and one dependent variable, the creativity of teachers.The experiment was conducted in primary scholls in District Sawangan and Bojongsari, Depok, with a total sample of 30 teachers. The aim was to determine the correlation of pedagogic competence and creativity of teachers are expected to increase creativity teachers through pedagogical competence.

The method used is a survey and data analysis techniques using statistical test of correlation and simple linear regression. Hypothesis testing is performed at a significance level of 0,05 and 0,01.

The result of this study, there is a significant positive correlation between

teachers pedagogical competence and creativity

with the regression equation Ŷ = 68,95 + 2,83 with correaltion coefficient ry.1 = 0,619 and determina-tion coefficient r2y.1 = 0,383.Based on the above it can

be concluded that the teachers creativity can be enhanced through pedagogical competence.

Keywords: Competence, Pedagogical, Creativity, Teacher.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN

KREATIVITAS GURU” ini dengan baik.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan Syarippuloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS yang telah tulus dan ikhlas memberikan layanan kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., dan Sodikin, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.Terimakasih atas bimbingan dan motivasinya selama penulis menyusun skripsi.

3. Kedua orang tua saya terutama Ibunda tercinta, Nahaya yang senan tiasa memberikan do’a, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

4. Keenam kakakku, kakak-kakak Iparku, Kakek dan Nenekku Tersayang. Terimakasih atas dukungan dan motivasi serta do’a yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

1

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama masaperkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6. Seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok yang telah memberikan izin penulis melakukan penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012 sertateman-teman Konsentrasi Sosiologi-Antropologi 2012 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tetap kompak selalu dan terus jalin tali silaturrahmi.

8. Sahabat-sahabatku, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tanpa kalian, apalah aku saat ini. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin dengan baik dan tak lekang oleh waktu.

Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiinn.

Jakarta, 09 September 2016

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESASHAN……….. i

PERNYATAAN KARYA ILMIAH... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. TinjauanTeoritik ... 12

1. Hakikat Kreativitas Guru (Y) ... 12

2. Hakikat Kompetensi Pedagogik (X) ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 33

C. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampling ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40


(11)

1

F. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 48

B. Deskripsi Data ... 49

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 52

D. Pengujian Hipotesis ... 54

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

F. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Sub Kompetensi dan Indikator-indikator Kompetensi

Pedagogik ……….. 31

Tabel 2.2 Tahapan Proses Kognitif ... 31

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Jumlah guru dan jumlah sampel yang akan diambil ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kreativitas Guru ... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik ... 44

Tabel 4.1 Daftar Nama-Nama SMP di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok ... 48

Tabel 4.2 Ringkasan Data Variabel Kompetensi Pedagogik ... 50

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kompetensi Pedagogik (X) ... 50

Tabel 4.4 Ringkasan Data Variabel Kreativitas Guru ... 51

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kreativitas Guru (Y) ... 52

Tabel 4.6 Rangkuman Uji Normalitas Data ... 53

Tabel 4.7 RangkumanUji Homogenitas Data ... 54

Tabel 4.8 RangkumanUji Signifikansi & Kelinearan Persamaan Regresi 54 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Korelasi Variabel X dan Y 57


(13)

1

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 The three components of creativity .... 20

Gambar 2.3 Skema Hubungan antara Variabel X danVariabel Y ... 35

Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan antar Variabel ... 38

Gambar 4.1 Histogram Variabel Kompetensi Pedagogik (X) ... 51

Gambar 4.2 Histogram Variabel Kreativitas Guru (Y) ... 52


(14)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Instrumen Penelitian ... 80

Lampiran II Uji Validitas dan Reliabilitas ... 96

Lampiran III Deskripsi Data Hasil Penelitian... 111

Lampiran IV Uji Normalitas... 120

Lampiran V Uji Homogenitas... 117

Lampiran VI Pengujian Hipotesis... 124

Lampiran VII Surat Bimbingan Skripsi……… 129

Lampiran VIII Uji Referensi……….. 130

Lampiran IX Surat Izin Penelitian……….. 131


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Permasalahan

Saat ini hampir seluruh negara di dunia semakin menyadari pentingnya pendidikan sebagai sarana paling strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara-negara yang kini tergolong sebagai negara maju, ternyata telah didukung oleh sistem pendidikan yang baik. Sebab hanya melalui pendidikan yang berkualitaslahakan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter, dan berdaya saing tinggi.

Ditinjau dalam konteks Negara Kesatuan RepublikIndonesia, kesadaran akan pentingnya pendidikan ternyata sudah disadari sejak awal oleh para Founding Fathers. Hal ini terbukti dari salah satu rumusan tujuan Negara Republik Indonesia, yaitu:“Mencerdaskan Kehidupan

Bangsa”.1Selanjutnya rumusan tujuan negara tersebut dipertegas lagi dalam UUD Tahun 1945 padaPasal 31 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “Setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan” dan “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.2Inilah kiranya yang menjadi fondasi utama kenapa bidang pendidikan selalu menjadi prioritas pembangunan nasional dalam setiap orde pemerintahan.

Keseriusan dan kesungguhan pemerintah terhadap bidang pendidikan terlihat semakin nyata sejak 1 (satu) dekade terakhir ini. Berbagai kebijakan terus dilakukandalam rangka penataan pembangunan pendidikan yang semakin terencana, terarah, bertahap, dan berkesinambungan.Ditetapkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008

1

Pupuh Fathurrohman, Guru Professional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 15. 2

Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, (Jakarta: Cmedia, 2012), h. 21.


(16)

tentang Pendanaan Pendidikan, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), sampai pada berbagai peraturan menteri yang bersifat teknismenjadi bukti nyata upaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Namun demikian,sampaisaat ini pendidikan yang berkualitas belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Selain data tentang rendahnya kualitas pendidikan nasional secara komparatif dibandingkan dengan negara lain, berbagai permasalahan internal yang terkait dengan belum terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu masih menjadi topik utama tentang pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan hasil survei United Nations Development Program (UNDP) tentang peringkat Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) pada tahun 2010, Indonesiaberada pada peringkat 108 dari 187 negara. Peringkat tersebut tidak mengalami peningkatan pada tahun 2013, bahkan Indonesia berada di bawah 5 (lima) negara tetangga ASEAN, yaituSingapore, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina.3

Selain itu, berbagai permasalahan internal terkait denganbelum terpenuhinya berbagai Standar Nasional Pendidikan (SNP), antara lain terindikasi darimasih rendahnya nilai rata-rata Ujian Nasional (UN), banyaknya sekolah yang belum memiliki sarana prasarana sesuai standar, rendahnya kemampuan satuan pendidikan dalam melakukan pengelolaan diri secara efektif dan efisien,sampai pada masalah yang terkait dengan rendahnya kompetensipendidik atau guru.

Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, komponen-komponen tersebut dikenal dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kedelapan SNP tersebut meliputi: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar

3

m.detik.com/news.berita/2647298/posisi-indeks-pembangunan-manusia-indonesia rangking-108-dari-187-negara


(17)

1

Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian.4

Tanpa bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain, standar pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran paling strategis, karena berkaitan langsung dengan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan DosenPasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.5

Untuk dapat mewujudkan tugas utama tersebut, maka seorang guru diharapkan dapat berperan sebagai inspirator, motivator, dan fasilitatorbagi peserta didik dalam pembelajaran.Sebagai seorang inspirator yang hebat, guru harus mampu membuka cakrawala pemikiran peserta didik. Motivator yang tangguh harus mampu memberi sugesti dan mendorong peserta didik agarberupaya mencurahkan segala potensi yang dimilikinyauntuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.Sedangkan sebagai fasilitator, guruharus mampu menjembatani peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Namun disisi lain, perkembangan di era globalisasi saat ini yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun tidak juga telah mempengaruhi dunia pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh tekhnologi informasi dan komunikasi semakin mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai informasi terbaru. Dalam dunia pendidikan, salah satu implikasi positifnya adalah semakin terbuka lebarnya sumber belajar yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun.Dengan berbekal komputer dan jaringan internet, seorang peserta didik dapat mengakses berbagai materi pelajaran, bahkan konsep-konsep

4

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). 5


(18)

dan teori terbaru tanpa harus diajarkan oleh guru melalui tatap muka secara konvensional di dalam kelas.

Terjadinya berbagai fenomenadi atas, tentu menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Guru harus semakin professional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman, guru professional adalah sosok guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya secara maksimal.6Guru yang melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal, akan ditandai oleh: semangat kerja yang tinggi, tidak mudah menyerah, terbuka terhadap berbagai perkembangan, senantiasa mengembangkan diri, berpikir positif, berupaya menemukan berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, menerapkan cara-cara baru dan unik untuk mencapai hasil yang terbaik. Intinya adalah sosok guru yang selalu mengembangkan kreativitas sesuai tuntutan profesinya.

Guru yang memiliki kreativitas tinggi tidak akan mudah puas dengan kemampuan yang telah dimiliki. Kreativitas akan mendorong guru untuk mencoba hal-hal yang baru, baik berupa penerapan maupun modifikasi berbagai model-model, pendekatan, metode-metode, dan strategi-strategi agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa, kreativitas akan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh guru sekarang lebih baik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya, dan apa yang dikerjakan dimasa datang lebih baik dari sekarang.7

Pernyataan Mulyasa di atas mengindikasikan bahwa jika seorang guru telah menyadari pentingnya kreativitas, maka semua aktivitasnya akan ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Sehingga guru yang kreatif tidak hanya akan melaksanakan tugasnya sebagai sebuah rutinitas belaka. Melalui sosok guru yang kreatif inilah diharapkan mampu

6

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Depok, Radja Grafindo Persada, 2010), h. 18.

7

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h. 52.


(19)

1

menghasilkan lulusan yang berkualitas pula, sekaligus berimplikasi secara positif terhadap sekolah tempat dimana guru tersebut mengabdikan diri.

Dikaitkan dengan Islam sebagai sebuah agama yang sangat lengkap, ternyata ditemukan pula ajaran-ajaran tentang pentingnya kreativitas. Ada salah satu Hadis yang berbunyi,"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka(Al Hadist)".8 Dari hadis tersebut terkandung anjuran untuk selalu melakukan perbaikan dan perbaikan yang pada dasarnya sama dengan prinsip kreativitas.

Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, sehingga yang lebih penting adalah bagaimana mengembangkannya. Perkembangan kreativitas seseorang dapat dipengerahui oleh berbagai aspek, baik yang berasal dari diri sendiri (internal) maupun dari luar(eksternal). Hal ini sesuai dengan pernyataan Deni Koswara, bahwa untuk dapat berpikir dan bersikap kreatif, disamping faktor pembawaan, diperlukan sejumlah faktor lain seperti pengetahuan yang luas, pengalaman yang memadai, semangat kerja yang tinggi, konsentrasi dan lingkungan yang selalu merangsang untuk berdaya cipta.9

Dikaitkan dengan guru, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yang berasal dari diri sendiri antara lain adalah motivasi kerja, minat terhadap profesi, keinginan untuk mengaktualisasikan diri, dan sebagainya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah penguasaan guru terhadap kompetensi, baik kompetensi pedagogik maupun professional. Guru yang menguasai kompetensi pedagogik dengan baik diharapkan dapat mengembangkan kreativitas pembelajaran dengan cara mengkombinasikan berbagai model, pendekatan atau metode secara bervariasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sehingga substansi pembelajaran yang menjadi inti kompetensi professional dapat dicapai

8

Muslich Shabir, Terjemahn Riyadlus Shalihin, (Semarang: CV Toha Putra, 1981), h. 156. 9

Deni Koswara, Bagaima Menjadi Guru Kreatif, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008), h. 48.


(20)

secara efektif. Sedangkan faktor eksternal atau yang berasal dari luar antara lain adalah lingkungan kerja yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas, kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, iklim organisasi, sarana prasarana sekolah, dan sebagainya.

Sebagai agen pembelajaran, kreativitas seorang guru dapat diwujudkan pada seluruh tahap pembelajaran, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pada tahap penilaian. Sebuah perencanaan pembelajaran yang matang, akan memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah, guru yang kreatif akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Guru yang kreatif akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan berupaya menemukan hal-hal yang baru. Upaya itu misalnya dilakukan melalui penyempurnaan rencana pembelajaran yang lebih kontekstual dan variatif.

Begitu pulapada tahap proses pelaksanaan pembelajaran, kreativitas guru dapat diwujudkan melaluipenataan kelas dan peserta didik secara variatif, kombinasi belajar di dalam dan di luar kelas, atau memodifikasi berbagai metodedan teknik pembelajaran supaya lebih efektif. Sedangkan pada tahap pelaksanaan penilaian pembelajaran, kreativitas dapat diwujudkan melalui penerapan berbagai metode dan teknik penilaian, sehingga mampu menghasilkan penilaian yang outentik. Kreativitas guru juga dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam pengembangan profesi seperti melakukan tindakan reflektif dalam bentuk penelitian tindakan kelas maupun karya tulis ilmiah lainnya.

Pentingnya kreativitas seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran terasa semakin urgent dikaitkan dengan mata pelajaran IPSpada jenjang SMP. Merujuk pada lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya


(21)

1

2) Memiliki kemampuandasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkom-petisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.10

Selain itu, sebagai mata pelajaran yang mengemban misi kewarganegaraan (citizenship), IPSdiarahkan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai young citizen, sehingga nantinya dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.11

Dalam kurikulum SMP, mata pelajaran IPS terdiri dari muatanberbagaidisiplin ilmu sosial, sepertigeografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi, yang disajikan secara terpadu (IPS Terpadu). Hal ini senada dengan pernyataan Soemantri, bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.12Selain itu, implikasi dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah menuntut mata pelajaran IPS harus dapat mencapai keseluruhan ranah pembelajaran, baik pada ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.

Gambaran ideal tentang mata pelajaran IPS seperti yang terurai di atas tentu berimplikasi pada bagaimana seorang guru seharusnya dapat mengelola kurikulum sedemikian rupa, sehingga standar kompetensi,

10

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

11

Dasim Budimansyah, Inovasi Pembelajaran Project Citizen, (Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2009), h. 25.

12

Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 8.


(22)

kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai peserta didik secara optimal.Kemampuan ini sangat terkait dengan How to Teach dalam proses pembelajaran.

Secara ideal, pembelajaran IPS pada jenjang SMPdiharapkan mampu mengembangkan berbagai keterampilan peserta didik, sepertikemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, mengaitkan konsep-konsep pembelajaran dengan kehidupan nyata dalam masyarakat, dan sebagainya.Hal ini tentu hanya dapat terwujud jika guru mampu mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student center). Hal ini sejalan dengan pendapat A Kosasih Djahiri dalam Sapriya, bahwa pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri, agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analisis, mengaitkan materi pembelajaran dengan keidupan nyata di masyarakat.13

Tantangan pembelajaran IPS sebagaimana tergambar di atas, menuntut guru harusselalu mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kreativitas itu dapat diwujudkan antara lain melalui: upaya pengembangan diri secara terus menerus, terbuka terhadap pengalaman baru, berani mengambil resiko, melakukan hal-hal yang baru atau berbeda dari yang sebelumnya. Muara dari semua upaya tersebut adalah agar dapat memberikan layanan pembelajaran yang terbaik bagi peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Namun dalam kenyataannya, harapan tentang profil ideal guru IPS sebagaimana yang terurai di atas belum dapatterwujud sepenuhnya. Pembelajaran yang terjadi di ruang-ruang kelas masih ditandai oleh teacher center, monoton, metode pembelajaran yang didominasi oleh ceramah dan kurang variatif, hanya memanfaatkan buku teks sebagai sumber belajar satu-satunya, pembelajaran lebih menekankan hafalan dan kognitif, kurang

13


(23)

1

kontekstual, dan sebagainya. Selain itu masih banyak guru yang belum mampu melaksanakan pembelajaran IPS secara terpadu.

Realitas di lapangan, berdasarkan hasil survei pendahuluan melalui penyebaran angket terhadap 10orang guru IPS yang berasal dari berbagai SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok pada bulan September 2015 mengindikasikan bahwa kreativitas guru masih rendah.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, terindikasi bahwa kreativitas guru mata pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Depok masih relatif rendah.Prosentase guru yang masih monoton dalam memulai pembelajaran dan belum melakukan improvisasi dalam KBM agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif mencapai 55,56%.Prosentase guru yang belum mengembangkan diri secara berkelanjutan mencapai 57,78%.Prosentase guru yang belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menerapkan ide atau gagasan baru dalam pembelajaran mencapai 66,67%. Sementara itu, prosentase guru yang tidak berani mengambil resiko dalam pembelajaran mancapai 60,00%.Sedangkan prosentasi untuk guru yang belum berpandangan positif terhadap pengalaman baru mencapai 62,22%.

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa tidak satu pun indikator kreativitas yang mencapai 75%. Padahal kreativitas guru memiliki peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Peserta didik yang kreatif hanya akan dapat dihasilkan melalui pembelajaran yang difasilitasi oleh guru yang kreatif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas yang menunjukkan pentingnya krativitas bagi seorang guru, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kerativitas Guru (Survei pada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok).


(24)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 15 orang guru mata pelajaran IPS di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok menunjukkan bahwa kreativitas guru relatif masih rendah. 2. Rendahnya kreativitas guru tersebut antara lain terindikasi dari:

masih rendahnya inisiatifdalam pembelajaran, kurang berani mengambil resiko, kurangterbuka terhadap pengalaman baru, masih rendahnya keinginan untuk mengembangkan diri, dan memiliki rasa percaya diri yang rendah untuk menerapkan hal-hal yang baru.

3. Implikasi dari rendahnya kreativitas guru di atas, berdampak pada proses pembelajaran yang cenderung monoton, kurang bervariasi, teacher center, didominasi ceramah, menekankan hafalan (kognitif), dan kurang kontekstual.

4. Proses pembelajaran yang kurang kreatif di atas telah berimplikasi pula pada rendahnya kualitas hasil belajar peserta didik.

C.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tampak adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan kreativitas guru. Agar penelitian ini dapat dilakukan secara intensif, maka hanya dibatasi pada 2 (dua) variabel saja, yaitu:

1. Kreativitas Guru sebagai variabel terikat (Y);dan 2. Kompetensi Pedagogik sebagai variabel bebas (X)

Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar mata pelajaranIPS pada jenjang SMP di Wilayah KecamatanSawangan dan Bojongsari Kota Depok.


(25)

1

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

“Apakah terdapat hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Guru?”

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru.

F.

Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk menyusun konsep dan strategi baru bagi pengembangan kemampuan dan wawasan, khususnya terkait dengan hubungan antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan informasi secara teoritis pada peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian sejenis.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah sekaligus dinas pendidikan setempat mengenai kreativitas guru dilihat dari aspek kompetensi pedagogik yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam mengembangkan kreativitas, khususnya berkaitan dengan kompetensi pedagogik, demi tercapainya proses dan


(26)

hasil belajar yang lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti dalam mengembangkan kreativitas yang dimilikinya, khususnya berkaitan dengan kompetensi pedagogik, karena peniliti merupakan calon guru.


(27)

1

BAB II

TINJAUAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Tinjauan Teoritik

1. Hakikat Kreativitas Guru (Y) a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan sebuah konsep yang multidimensional dan kompleks. Hal tersebut terbukti dari banyaknya kajian kreativitas dari berbagai perspektif, seperti pendekatan psikologis, sosiologis, maupun kombinasi keduannya. Karena sifatnya yang demikian, menjadi tidak mudah untuk merumuskan sebuah definisi yang operasional. Namun yang pasti pada dasarnya setiap orang yang normal memiliki potensi kreativitas, hanya frekuensi dan kualitasnya saja yang berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan pendapat Devito yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda.14

Begitu pula menurut Treffinger, bahwa tidak ada orang yang tidak sama sekali mempunyai kreativitas, seperti halnya tidak ada seorang pun manusia yang inteligensinya nol.15

Upaya untuk memupuk dan mengembangkan kreativitas menjadi semakin penting dan bermakna ketika dunia mengalami perubahan yang begitu cepat dan

14

Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, (Bandung: CV Alfabeta, 1997), h. 16.

15

Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 16.


(28)

kompleks seperti yang sekarang ini. Kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi secara cerdas melalui cara-cara yang baru semakin diperlukan agar dapat survive dan tidak hanyut dalam persaingan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Coleman, bahwa ketika jiwa kreatif itu terjaga, ia menggerakkan cara untuk hidup yang dipenuhi hasrat untuk berinovasi, mencari cara-cara baru untuk melakukan sesuatu, mewujudkan impian menjadi nyata.16 Sementara itu menurut Munandar, ada empat makna pentingnya pengembangan kreatifitas bagi setiap orang, yaitu:

1) Dengan kreativitas orang dapat mengaktualisasi-kan diri

2) Dapat melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah

3) Bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan; dan 4) Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas

hidupnya.17

Jika dilakukan kajian kepustakaan tentang definisi kreativitas, ditemukan banyak sekali pendapat para ahli tentang pengertian dan batasan konsep tersebut. Menurut Naim yang merujuk pada pendapat Hurlock, menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak pernah

16

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 243.

17

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 31.


(29)

1

dikenal oleh pembuatnya.18 Sejalan dengan itu, Naim mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru.19 Pengertian yang lebih lengkap dikemukakan oleh Supriadi bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesutau yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relaif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.20 Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas pada hakikatnya merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya, baik berupa ide atau gagasan maupun hasil karya yang nyata.

Selain definisi yang menekankan kreativitas sebagai kemampuan untuk melahirkan ide atau gagasan dan karya nyata, ada pula ahli yang menambahkan penekanan pada tindakan. Menurut Csikszentmihalyi, kreativitas merupakan suatu tindakan, ide, atau produk yang merubah ranah yang ada, atau mengubah ranah yang sudah ada menjadi ranah yang baru.21 Pendapat ini didukung pula oleh Richard dalam Sigelmen yang menyatakan bahwa kreativitas merupakan tindakan yang menghasilkan produk baru yang bermanfaat.22 Berdasarkan kedua teori ini, berarti kreativitas bukan hanya ide atau produk, namun termasuk

18

Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 217.

19

Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, h. 229. 20

Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek, h. 7. 21

Mihaly Csikszentmihalyi, Flow and The Psychology of Discovery and Invention, (New York: Herper Perenial, 2000), h. 28.

22

Carol K. Sigelmen, Life-Spam Human Development, (Canada USE: Cole Publishing Company, 2002), h. 258.


(30)

pula tindakan yang dapat merubah atau menghasilkan sesuatu menjadi yang baru.

Selain itu, kreativitas juga sering dikaitkan dengan upaya pemecahan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Pranowo, menurut para psikolog ternyata manusia setiap hari paling tidak menghadapi 6.000 masalah. Bahkan lebih mencengangkan lagi adalah betapa kreatifnya manusia ketika dapat menyelesaikan ribuan masalah tersebut yang mungkin berbeda setiap hari dan menyelesaikan dengan cara yang berbeda-beda pula.23

Hubungan antara kreativitas dan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Semiawan yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkan-nya dalam pemecahan masalah.24 Begitu pula menurut Chaplin bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam upaya memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru.25

Berdasarkan uraian berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan tindakan seseorang dalam bentuk gagasan maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya.

23

Panji Pranowo, Cara Super untuk Kreatif, (Yogyakarta: Buku Pintar, 2013), h. 11. 24

Yeni Rachmawati, Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 14.

25

Yeni Rachmawati, Euis Kurniawati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, h. 14.


(31)

1

b. Karakteristik Kreativitas

Selain menjelaskan konsep krativitas melalui pengertian atau definisi, banyak pula ahli yang menjelaskan konsep ini berdasarkan karakteristik individu kreatif atau ciri-ciri orang kreatif. Beberapa ahli yang telah mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik individu kreatif antara lain adalah Utami Munandar, Deni Saputra, Yatim Rianto, dan Sund.

Menurut Munandar, ada 7 (tujuh) sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang melekat pada orang-orang kreatif, yaitu:

1) Terbuka terhadap pengalaman baru 2) Luar biasa

3) Luwes dalam berpikir

4) Bertindak bebas dalam mengekspresikan diri 5) Berminat pada kegiatan-kegiatan keratif 6) Percaya pada gagasan sendiri

7) Mandiri.26

Sedangkan Saputra mengemukakan 9 (sembilan) ciri kepribadian kreatif, meliputi:

1) Imajinatif

2) Mempunyai prakarsa/inisiatif (dapat memulai sesuatu sendiri)

3) Mempunyai minat yang luas 4) Mandiri (bebas) dalam berpikir

5) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat

26

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, (Jakarta, Kencana, 2012), hh. 229


(32)

6) Kepetualangan 7) Penuh semangat 8) Percaya diri

9) Bersedia mengambil resiko dan berani dalam keyakinan.27

Sementara itu berdasarkan kajian dari berbagai studi, Riantomengemukakan 24 ciri kepribadian kreatif, yaitu:

1) Terbuka terhadap pengalaman baru 2) Fleksibel perasaan

3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan 4) Menghargai fantasi

5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kretaif

6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar

8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti

9) Mengambil resiko yang diperhitungkan 10)Percaya diri dan mandiri

11)Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas

12)Tekun dan tidak mudah bosan

13)Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah 14)Kaya inisiatif

15)Peka terhadap situasi lingkungan

16)Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa lalu

27


(33)

1

17)Memiliki citra diri dan emosionalitas yang stabil 18)Tertarik kepada hal-hal abstrak, kompleks, holistik

dan mengandung teka-teki 19)Memiliki gagasan orisinil 20)Mempunyai minat yang luas

21)Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri

22)Kritis terhadap pendapat orang lain 23)Sering mengajukan pertanyaan yang baik

24)Memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang tinggi.28

Ciri-ciri yang dikemukakan oleh Riyanto di atas juga ditemukan pada ciri-ciri kepribadian kreatif yang dikemukakan oleh Sund, yaitu:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3) Panjang/banyak akal

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

6) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

7) Berpikir fleksibel

8) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak 9) Kemampuan membuat analisis dan sintesis

28

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, h. 230.


(34)

10)Memiliki semangat bertanya serta meneliti 11)Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

12)Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.29

Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa orang kreatif setidak-tidaknya memiliki ciri-ciri atau karakteristik:

1) Memiliki Inisiatif yang tinggi

2) Selalu berupaya mengembangkan diri 3) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi 4) Berani mengambil resiko

5) Terbuka terhadap pengalaman baru c. Pentingnya Kreativitas bagiGuru

Kaitan antara kreativitas dengan dunia pendidikan sudah banyak dikaji oleh para ahli, Mulyasa yang mengutip pernyataan Piaget, “The principle goal of education is to create man who are capable of doing new things, not simply of repeating what other generations have done – man who are creative, inventive, and discoverers”.30 Kalimat tersebut menunjukkan betapa kreativitas dan orang-orang kreatif merupakan indikator penting dalam keberhasilan pendidikan. Manusia-manusia kreatif sebagai output pendidikan hanya akan dapat dihasilkan melalui proses kreatif yang selalu merangsang perkembangan kreatifitas.

29

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas, h. 226.

30

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 85.


(35)

1

Paragraf di atas secara tidak langsung mengungkap-kan pentingnya kreativitas bagi seorang guru. Tanpa bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain, peran guru sebagai agen pembelajaran sangat strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di sisi lain, perkembangan di era globalisasi saat ini yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun tidak juga telah mempengaruhi dunia pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh tekhnologi informasi dan komunikasi semakin mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai informasi terbaru.

Fenomena di atas tentu menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi guru. Guru harus semakin maksimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan cara selalu mengembangkan diri, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak mudah menyerah, berpikir positif, dan berupaya menemukan berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Intinya adalah sosok guru yang selalu mengembangkan kreativitas sesuai tuntutan profesinya.

Keberadaan guru yang kreatif sebagaimana diuraikan di atas juga sangat dibutuhkan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang SMP. Merujuk pada kurikulum, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS pada jenjang SMP adalah untuk mengembangkan berbagai keterampilan peserta didik, seperti kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah. Selain itu peserta didik juga diharapkan mampu mengaitkan konsep-konsep yang


(36)

dipelajari dengan fenomena kehidupan nyata dalam masyarakat. Hal ini tentu tidak akan tercapai jika pembelajaran yang terjadi di kelas-kelas hanya berupa transfer of knowledge yang didominasi oleh metode ceramah. Hasil kajian Skeel dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peserta didik dalam mata pelajaran IPS atau social studies sangat rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu penyebabnya adalah peserta didik cenderung merasa bosan karena pembelajaran didominasi oleh motode ceramah.31

Selain berbagai teori tentang kreativitas yang sudah dijelaskan pada sub sebelumnya, teori yang menarik lainnya dikaitkan dengan kreativitas guru adalah The three components of creativity yang dikemukakan oleh Amabile. Jane Hanry yang mengutip pendapat Amabile, menyatakan bahwa kreativitas merupakan fungsi dari tiga komponen, yaitu: expertise, creative-thinking skills, dan motivation.32 Ketiga komponen kreativitas di atas kadang disebut juga sebagai: domain skill, creative thinking and working skill, dan intrinsic motivation. Secara visual, teori Amabile ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

31

Rudi Gunawan, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hh. 108 – 109.

32

Jane Henry, Creative Management and Development, (London: SAGE Publication Ltd., 2006), h.18.


(37)

1

Gambar 2.1

The three components of creativity33

Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa kreativitas merupakan interseksi dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu: Skill atau keahlian khusus dalam bidang tertentu, Creative Thinking atau keahlian untuk berpikir secara kreatif, dan Intrinsict Motivation atau motivasi yang datang dari dalam diri sendiri.

Dengan sangat menarik, Naim mengumpamakan ketiga komponen kreativitas di atas sebagai hal-hal yang diperlukan untuk membuat masakan sup yang enak.34 Lebih lanjut, Naim menjelaskan bahwa keahlian dalam bidang tertentu atau khusus adalah syarat utama, karena tidak mungkin seseorang akan kreatif kalau tidak memiliki keahlian tentang hal tersebut. Keahlian ini merupakan dasar utama bagi semua pekerja kreatif yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, maupun pengalaman. Bagi seorang guru, keterampilan ini akan terlihat pada pengetahuan, wawasan, dan kecakapan dalam bidangnya. Keahlian seorang guru akan samakin meningkat apabila ada

33

Jane Henry, Creative Management and Development, h.18. 34

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, hh. 247 – 248.


(38)

upaya untuk mengembangkan diri secara terus-menerus, baik melalui berbagai pelatihan maupun inisiatif pembelajaran secara mandiri.

Selanjutnya tentang keterampilan berpikir kreatif, Naim mengibaratkannya sebagai kemampuan meracik atau meramu bumbu sehingga menghasilkan sup dengan rasa yang enak, berbeda, unik, dan spesial. Berpikir kreatif dapat diibaratkan sebagai cara mendekati dunia yang memungkinkan untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dan mewujudkan-nya hingga akhir. Domain ini terkait dengan cara melihat hal yang umum dari sudut pandang yang berbeda, menemukan kemungkinan baru, dan mewujudkannya sehingga menghasilkan sesuatu yang berbeda. Bagi seorang guru, domain keterampilan kreatif ini akan terindikasi dari ciri-ciri berpikir divergen, toleran terhadap ambiguitas, yang ditopang oleh rasa percaya diri yang tinggi, serta keberanian mengambil resiko.

Sedangkan intrinsict motivation dapat diibaratkan pula sebagai kecintaan, maknanya adalah keinginan untuk mengerjakan apa saja karena menganggap hal tersebut menarik. Seorang individu yang memiliki intrinsict motivation akan melakukan sesuatu bukan karena adanya ganjaran atau hadiah, tetapi didorong oleh rasa kecintaan dan kesenangan. Guru yang memiliki motivasi intrinsik, tidak akan memperhitungkan penghargaan atau ganjaran atas upaya-upaya terbaik yang telah dilakukannya. Profil guru seperti inilah yang akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, senang mencoba atau terbuka terhadap hal-hal yang


(39)

1

baru, dan tidak mudah menyerah ketika dihadapi kendala atau hambatan.

Berdasarkan berbagai pendapat dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru adalah tindakan seorang gurudalam bentuk gagasan maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya. Adapun indikatornya adalah:

1) Memiliki banyak inisiatif dalam pembelajaran; 2) Selalu berupaya mengembangkan diri;

3) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi; 4) Berani mengambil resiko; dan

5) Terbuka terhadap pengalaman baru.

2. Hakikat Kompetensi Pedagogik (X)

a. Pengertian Kompetensi

Dewasa ini istilah kompetensi sangat sering diperbincang-kan, tidak hanya pada dunia kerja, namun juga dalam kalangan masyarakat awam. Sehingga tidak mengherankan jika berkembang pula berbagai definisi atau pengertian yang beragam tentang istilah tersebut. Bagi masyarakat awam, kompetensi sering dikaitkan dengan kata competence yang berarti kemampuan atau kapabilitas. Dalam bahasa Indonesia, istilah “kemampuan” yang berasal dari kata “mampu” ternyata juga dapat dimaknai secara berbeda-beda sesuai dengan konteks pembicaraan dan penggunaannya. Dikaitkan dengan kompetensi, kata mampu sering digunakan untuk menggantikan kata: pintar,


(40)

ahli, dapat melakukan sesuatu pekerjaan, serba tahu, terampil, dan sebagainya.

Berdasarkan kajian kepustakaan, ditemukan banyak pengertian kompetensi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Spencer mengatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi tertentu.35 Sementara itu, Guion mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.36 Sedangkan Jhonsons mengartikan kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.37

Selain itu, banyak pula ahli-ahli Indonesia yang telah mendefinisikan kompetensi. Danim menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari seorang tenaga profesional. Selanjutnya, Danim menegaskan bahwa kompetensi merupakan spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan

35

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 78.

36

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, h. 78.

37

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, h. 79.


(41)

1

oleh masyarakat dan dunia kerja.38 Sejalan dengan itu, Musfah mengatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.39

Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki seorang, agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.

b. Pengertian Pedagogik

Pedagogik adalah sebuah konsep yang sering digunakan dalam dunia pendidikan atau pembelajaran. Secara etimologi, istilah pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos yang artinya anak laki-laki dan agogos yang artinya mengantar atau membimbing. Sehingga secara harfiah, pedagogi berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian makna ini berkembang menjadi seseorang yang melakukan tugas pengajaran, pembimbingan, pembinaan secara profesional terhadap individu atau sekelompok individu, agar tumbuh kembang menjadi pribadi yang bertanggungjawab di masyarakat.40

38

Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 111.

39

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 29.

40


(42)

Dalam perkembangan selanjutnya, pedagogik berkembang menjadi sebuah ilmu sekaligus seni. Menurut Purwanto, pedagogik sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.41 Pedagogik sebagai ilmu juga dikemukakan oleh Hoogveld yaitu ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, supaya kelak mampu secara mendiri menyelesaikan tugas hidupnya.42

Sedangkan pedagogik sebagai seni diantaranya dikemukakan oleh Sulaiman. Menurutnya dikatakan seni karena harus mempertimbangkan perbedaan individu setiap peserta didik, memiliki kaedah yang sesuai dengan peserta didik, memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam yang dilandasi asumsi bahwa setiap peserta didik merupakan insan yang berpotensi.43 Pedagogik sebagai seni juga dikemukakan oleh Schleiermacher dan Schiller dengan menyebut pedagogik sebagai seni beraksi, yaitu bagaimana guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa. Hal yang menarik dikemukakan oleh Hebert bahwa pembelajaran tidak bisa direproduksi begitu saja. Sebuah pengalaman keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga tidak dapat begitu saja diterapkan kembali dalam konteks tempat atau waktu yang berbeda, walaupun dengan isi yang serupa.44

41

Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pendagogi Modern, h. 2. 42

Uyoh Sadullah, Agus Muharam, Pedagogik: Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2.

43

Esah Sulaiman, Pengenalan Pedagogi, (Johor: University Technologi Malaysia,2004), h. 3.

44

Anna Hebert, The Pedagogy of Creativity, (New York: Rouletge Taylor and Prancis Group, 2010), hh. 70 – 71.


(43)

1

Dari beberapa teori dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Pedagogik adalah ilmu sekaligus seni yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif.

c. Kompetensi Pedagogik Guru

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomer 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah meningkatkan status guru menjadi pendidik professional. Tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kata professional mengisyaratkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seorang guru dapat menjadi sumber penghasilan kehidupan, namun harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut adalah memiliki kualifikasi akademik, keahlian, kemahiran, dan kecakapan tertentu. Persyaratan minimal secara akademik seorang guru adalah Sarjana (S1) atau Diploma 4, serta menguasai kompetensi guru secara utuh meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Tujuan ditetapkannya persyaratan penguasaan kompetensi bagi guru tersebut adalah untuk menjamin keterlaksanaan tugas sebagai pendidik secara professional.

Salah satu kompetensi yang penting dikuasai guru adalah kompetensi pedagogik. Dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru yang terkait dengan pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan


(44)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Pasal 1 dan 2 mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi kompetensi, salah satunya adalah kompetensi pedagogik.

Penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik ini sangat penting karena terkait langsung dengan aktivitas pembelajaran. Menurut Rusman, penguasaan kompetensi pedagogik penting bagi guru agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.45 Pernyataan ini juga didukung oleh Victor C.X. Wang, bahwa tanpa pengetahuan tentang pedagogik, setiap kegiatan pembelajaran hanya akan menyebabkan aktivitas yang ceroboh, apalagi pengajaran yang efektif.46

Berdasarkan hasil kajian kepustakaan, ditemukan banyak sekali definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian kompetensi pedagogik serta lingkupnya. Menurut Janawi, kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Selanjutnya dijelaskan bahwa komptensi pedagogik paling tidak berhubungan dengan:

1) Mengusai karakteristik peserta didik

2) Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran 3) Mengembangkan kurikulum dan rancangan

pem-belajaran

45

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 22. 46

Victor C.X. Wang, et, al., Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With Information, Communication, Technologies, (USE: IGI Global, 2012), h. V.


(45)

1

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 5) Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi

untuk kepentingan pembelajaran

6) Menfasilitasi perkembangan potensi peserta didik 7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan peserta didik

8) Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar

9) Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran

10)Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.47

Sementara itu, Hadis dan Nurhayati mengatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi kaidah-kaidah pedagogik. Kemampuan ini meliputi:

1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 2) Memahami latar belakang keluarga dan

masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya

3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik

4) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik 5) Menguasai teori dan prinsip belajar dan

pembelajaran yang mendidik

47


(46)

6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran 7) Merancang pembelajaran yang mendidik 8) Melaksanakan pembelejaran yang mendidik 9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.48 Begitu pula menurut Sagala, bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik, meliputi:

1) Pembahasan wawasan guru akan landasan filsafat pendidikan

2) Mengenali potensi dan keberagaman peserta didik 3) Mengembangkan kurikulum/silabus

4) Menyusun rencana dan strategi pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif,

inovatif, eksperimentif, efektif, dan menyenangkan

6) Melakukan evaluasi hasil belajar denga memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan

7) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.49

Mulyasa yang mengutip dari Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah

48

Abdul hadis dan Nurhayati, Menejemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 22.

49

Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung; Alfabeta, 2009), hh. 30 – 31.


(47)

1

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi:

1) Pemahaman terhadap peserta didik

2) Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran 3) Evaluasi hasil belajar

4) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi-kan berbagai potensi yang dimilikinya.50

Tidak berbeda jauh dengan Mulyasa di atas, Sudarwan Danim, juga mengemukakan sub kompetensi pedagogik yang terdiri dari:

1) Mengenal peserta didik secara mendalam 2) Merancang pembelajaran

3) Melaksanakan pembelajaran

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi-kan berbagai potensinya.51

Secara lebih lengkap, Sudarwan Danim telah mengemukakan indikator-indikator yang dijabarkan dari 5 (lima) sub kompetensi di atas pada tabel 2.1 berikut.

50

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 75. 51

Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 22.


(48)

Tabel 2.1

Sub Kompetensi dan Indikator-indikator Kompetensi Pedagogik52

Sub Kompetensi Indikator

Mengenal peserta didik secara mendalam

1.1 Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif

1.2 Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian

1.3 Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik

Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran

2.1 Memahami landasan pendidikan 2.2 Menerapkan teori belajar dan

pembelajaran

2.3 Menemukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar

2.4 Menyusun rancangan

pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih

Melaksanakan pembelajaran

3.1 Menata latar (setting) pembelajaran

3.2 Melaksanakan pembelajaran yang kondusif

Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

4.1 Merancang dan melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan hasil belajar secara

berkesenambungan dengan berbagai metode

4.2 Menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastry learning) 4.3 Memanfaatkan hasil penilaian

pembelajaran untuk perbaikan keseulitan program pembelajaran secara umum

52


(49)

1

Mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasik an berbagai potensinya

4.1 Menfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik

4.2 Menfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi non akademik

Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru secara menyeluruh, tentu memerlukan penilaian yang komprehensif, karena mencakup domain kognitif, afektif, dan keterampilan. Namun demikian, penilaian kompetensi juga dapat dilakukan pada domain atau ranah tertentu saja. Sebagai contoh, pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilaksanakan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan beberapa tahun terakhir ini dilakukan melalui tes tertulis dengan penekanan pada domain kognitif.

Terkait dengan kemampuan dalam domain kognitif, Anderson dan Kratwohl telah mengemukakan tahapan proses kognitif dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu: Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3), Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) dan Mengkreasi (C6). Secara lengkap tahapan kemampuan kognitif tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Tahapan Proses Kognitif53 Tahapan Proses

Kognitif

Kemampuan Kompetensi Kognitif

1. Mengingat (C1) 1.1.Mengenal kembali 1.2.Memunculkan kembali

1.1.Mengidentifikasi 1.2.Menyatakan kembali

53

Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 117.


(50)

2. Memahami (C2) 2.1.Menginterpretasi 2.2.Memberi contoh 2.3.Mengklasifikasi 2.4.Merangkum 2.5.Menyimpulkan 2.6.Membandingkan 2.7.Menjelaskan 2.1.Mengklasifikasi, menceritakan, menyajikan 2.2.Mengilustrasikan, memberi contoh 2.3.Mengkategorikan, mengelompokkan 2.4.Mengabstraksikan, menggeneralisasikan 2.5.Menyimpulkan, melengkapi, memperkirakan 2.6.Membandingkan, memetakan, menjodohkan 2.7.Menyusun model 3. Menerapkan (C3)

3.1.Menggunakan 3.2.Melaksanakan

3.1.Menggunakan prosedur pada hal yang jelas

3.2.Menggunakan prosedur pada hal yang belum jelas 4. Menganalisis (C4)

4.1.Membedakan 4.2.Menguraikan 4.3.Mengorganisasikan

4.1.Mencari perbedaan, memisahkan, memilih 4.2.Membagi, merinci 4.3.Mengintegrasikan,

menemukan koherensi,

memadukan, membuat struktur

5. Mengevaluasi (C5) 5.1.Mengecek 5.2.Mengkritik 5.1.Mendeteksi, memonitor, memeriksa, menguji 5.2.Mendeteksi ketidaksesuaian 6. Mengkreasi (C6)


(51)

1

6.2.Merencanakan 6.3.Membuat

hipotesis, meningkatkan kegiatan

6.2.Merancang prosedur, menyusun rencana kerja

6.3.Menciptakan satu karya, menghasilkan produk

Dengan demikian, kompetensi pedagogik guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran dapat dinilai berdasarkan kemampuan kognitif yang mengacu pada tahapan proses kognitif sebagaimana yang tertuang pada tabel di atas.

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif sesuai dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan. Adapun indikator-indikatornya adalah:

1) Pemahaman terhadap peserta didik

2) Penguasaan prinsip dan teori pembelajaran

3) Pengembangan kurikulum dan perancangan pembel-ajaran

4) Plaksanaan pembelajaran yang efektif dan mendidik

5) Penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar.


(52)

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian sejenis yang telah dilaksanakan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini antara lain adalah:

1. Penelitian milik Heryanti (2015) yang berjudul: “Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru pada Guru SD di Wilayah Babakan Mandang dan Karang Tengah Kota Bogor”. Metode dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Hasil penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Kerja Guru, dengan persamaan regresi Ŷ = 56,8285 + 0,3908X1 dengan nilai

koefisien korelasi ry.1 = 0,6326 serta nilai koefisien

determinasi r2y.1 = 0,4002. 54

2. Penelitian milik Nelfuad (2015) yang berjudul: “Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru (Survei pada Guru SDN di Wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok). Hasil penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Kompetensi Pedagogik dengan Kreativitas Kerja Guru, dengan persamaan regresi Ŷ = 85,257 + 1,854X1 dengan nilai koefisien korelasi ry.1 =

0,606 serta nilai koefisien determinasi r2y.1 = 0,367.55

54

Heryanti, Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru, (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015).

55

Nelfuad, Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru, (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015).


(53)

1

Tabel 2.3

Penelitian Yang Relevan No. Nama Peneliti,

Tahun, Judul Persamaan Perbedaan

1 Heryanti (2015) “Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru”  Terdapat variabel kreativitas guru dan variabel kompetensi pedagogik  Indikator Kreativitas Guru: inisiatif yang tinggi  Indikator Kompetensi Pedagogik : Menguasai prinsip dan teori pembelajaran, Mengembangka n perancangan pembelajaran

 Terdapat variabel kecerdasan

emosional

 ]Survei dilakukan pada guru Sekolah Dasar (SD)

 Survei dilakukan pada wilayah yang berbeda

 Indikator Kreativitas Guru: mandiri, fleksibel, gagasan orosinil  Indikator Kompetensi Pedagogik : Memahami kesulitan belajar peserta didik, mengaktualisasi-kan berbagai potensi peserta didik melaksanakan pembelajaran yang aktif

2 Nelfuad (2015)

“Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru”  Terdapat variabel kreativitas guru dan variabel kompetensi pedagogik  Indikator Kreativitas Guru: rasa

 Terdapat variabel kecerdasan

adversitas

 Survei dilakukan pada guru Sekolah Dasar (SD)

 Indikator Kreativitas Guru: berpikir divergen


(54)

percaya diri, pengambilan resiko

 Indikator Kompetensi Pedagogik : menguasai evaluasi proses dan hasil belajar, menguasai prinsip dan teori pembelajaran

 Indikator Kompetensi Pedagogik :

mengaktualisasi-kan berbagai potensi peserta didik, pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan, menguasai strategi pembelajaran

C.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan konstruksi variabel kompetensi pedagogik (X) dan variabel kreativitas guru (Y), berikut ini akan dilakukan analisis rasional tentang hubungan antara kedua variabel tersebut.Dalam penelitian ini, kompetensi pedagogik adalah kemampuan kognitif guru yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran yang efektif sesuai dengan metodologi pengajaran yang ditetapkan. Adapun indikator-indikatornya adalah: 1) Pemahaman terhadap peserta didik; 2) penguasaan prinsip dan teori pembelajaran; 3) pengembangan kurikulum dan perancangan pembelajaran; 4) pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan mendidik; dan 5) penguasaan terhadap evaluasi proses dan hasil belajar.

Sedangkan kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru dalam bentuk gagasan, tindakan, maupun karya nyata sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan tugas profesionalnya sebagai pendidik melalui cara-cara yang baru atau relatif berbeda dengan sebelumnya. Adapun indikatornya adalah: 1)


(55)

1

Inisiatif pembelajaran; 2) Pengembangan diri; 3) Rasa percaya diri; 4) Pengambilan resiko; dan 5) Pandangan terhadap pengalaman baru.

Hubungan antara variabel kompetensi pedagogik dengan variabel kreativitas guru dapat dilihat pada skema di bawah ini.

Gambar 2.2

Skema Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y Berdasarkan hubungan-hubungan antara indikator-indikator variabel X dan Y pada Gambar 2 di atas, selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Seorang guru yang memiliki pemahaman terhadap latar belakang peserta didik dengan baik dalam berbagai aspek, seperti: minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial-budaya, dan sebagainya, akan kaya dengan inisiatif sehingga dapat


(56)

mengembangkan rencana pembelajaran yang berbasis pada keberagaman karakteristik peserta didik.

2. Seorang guru yang memahami dengan baik teori perkembangan kognitif, Multiple Intellegence, dan berbagai gaya belajar diduga akan kaya dengan inisiatif pembelajaran. 3. Sebaliknya, penguasaan guru terhadap berbagai teori belajar

dan teori tentang karakteristik peserta didik dari berbagai aspek (seperti: minat, bakat, intelektual, kepribadian, sosial-budaya, dan sebagainya) tidak dapat dipisahkan dari hasil pengembangan diri yang telah dilakukan oleh seorang guru. 4. Guru yang selalu mengembangkan diri akan terindikasi pula

dari upaya memodifikasi dan menyempurnakan rancangan pembelajaran secara berkelanjutan. Upaya tersebut tentu didukung oleh adanya rasa kepercayaan diri yang tinggi. 5. Guru yang memiliki rasa percaya diri tinggi dan disertai

keberanian mengambil resiko akan melakukan penataan kelas (setting) secara bervariasi, termasuk belajar di luar kelas dengan tujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

6. Guru yang terbuka terhadap pengalaman baru, akan selalu mencoba menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran inovatif. Keterbukaan terhadap pengalaman baru juga akan terindikasi dari keberanian untuk mencoba menerapkan berbagai bentuk dan teknik penilaian proses dan hasil belajar yang otentik.

Berdasarkan analisis hubungan antar indikator-indikator variabel X dan variabel Y di atas, maka dapat diduga terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan kreativitas guru.


(57)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

G.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan terhitung dari bulan Desember 2015 sampai dengan Agustus 2016, mulai dari seminar proposal sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian. Secara garus besar rancangan jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis

Kegiatan

Bulan/Minggu

Des.2015 Jun.2016 Jul. 2016 Agust. 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Seminar Proposal 2 Pembuatan

Instrumen 3 Uji Coba

Instrumen 4 Pengumpulan

data

5 Analisis Data 6 Penyusunan

Laporan Hasil Penelitian

H.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional, yaitu jenis penelitian yang berupaya untuk


(58)

membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Variabel-variabel yang dimaksud, yaitu: Kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas (X) dan Kreativitas Guru sebagai variabel terikat (Y). Sedangkan alat ukur (instrumen) yang digunakan adalah tes dan non tes, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang ada dalam variabel penelitian. Sebagai responden untuk kedua variabel tersebut adalah guru-guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengajar mata pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, Kota Depok. Konstelasi masalah yang diteliti dapat dilihat pada gambar berikut:

Keterangan:

X : Kompetensi Pedagogik Y : Kreativitas Guru

Ɛ : Variabel lain yang diduga memiliki hubungan dengan kreativitas guru

Gambar 3.1

Konstelasi Hubungan antar Variabel

I.

Populasi dan Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP mata pelajaran IPS dalam wilayah Kecamatan Sawangan dan Bojongsari, kota Depok berjumlah 33 orang yang berasal dari 24 Sekolah.

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini memiliki jumlah populasi 33 orang guru mata pelajaran IPS. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus yang


(1)

84

guru, seperti semakin kaya dengan inisiatif pembelajaran, pengembangan diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan sebagainya. Oleh sebab itu penting bagi guru untuk berpartisipsi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan semacam ini untuk meningkatkan kemampuan pedagogik, yang selanjutnya berimplikasi pada peningkatan kreativitas guru.

C.

Saran

Berdasarkan kesimpulan, implikasi dan data hasil penelitian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kreativitas guru memalui peningkatan kompetensi pedagogik sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, berdasarkan data yang diperoleh ada dua indikator dalam variabel kompetensi pedagogik yang perlu ditingkatkan, yaitu rendahnya penguasaan teori belajar dan rendahnya pelaksanaan pembelajaran yang mendidik. Kedua indikator tersebut memang saling berkaitan satu dengan lainnya. Atas dasar tersebut, guru disarannkan untuk selalu mengembang-kan diri melalui berbagai cara, seperti mengikuti kegiatan pelatihan dan workshop yang diadakan oleh internal sekolah maupun inisiatif sendiri.

Peningkatan pemahaman tentang teori-teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik akan berdampak secara positif pada peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara efektif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Guru akan dapat memilih model dan metode pembelajaran yang paling efektif, menata/setting kelas yang sesuai dengan pengalaman belajar yang harus dialami peserta didik, serta menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran.

b. Selanjutnya data hasil penelitian pada variabel kreativitaskerja guru menunjukkan bahwa indikator keberanian guru mengambil 75


(2)

85

resiko relatif rendah. Hal ini mengindikasikan masih banyak guru yang takut gagal atau salah bahkan disalahkan ketika mencoba melakukan hal-hal baru atau yang relatif berbeda dengan biasanya. Untuk itu guru disarankan meningkatkan keberanian mengambil resiko, terutama dengan mengsugesti diri bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertuda. Kesalahan demi kegagalan adalah langkah menuju keberhasilan. Selain itu juga guru disarankan banyak membaca buku tentang tokoh-tokoh ternama yang sukses karena mengambil resiko.

2. Bagi Kepala Sekolah

a. Untuk meningkatkan kemampuan guru terkait dengan pemaaman tentang teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik, kepala sekolah diharapan dapat melaksanakan berbagai kegiatan, seperti diskusi, lokakarya atau menyediakan buku-buku terkait yang relevan.

b. Sementara untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, kepala sekolah dapat mengintensifkan supervisi akademik, terutama supervisi kunjungan kelas. Bahkan jika memungkinkan, kepala sekolah dapat melakukan pendekatan supervisi klinis, sehingga karakteristik permasalahan masing-masing guru dapat diidentifikan dan dicarikan solusi yang tepat pula.

3. Bagi Peneliti Lanjutan

Bagi peneliti yang ingin melakukan pennelitian di bidang sejenis ataupun mereplikasikan penelitian ini, maka hendaknya memperhati-kan keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini. Selain itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam terhadap faktor-faktor lain yang lebih komprehensif terkait dengan peningkatan kreativitas guru, yaitu: motivasi kerja, minat terhadap profesi, keinginan untuk mengaktualisasikan diri, kompetensi profesional, dan berbagai faktor lainnya.


(3)

86

DAFTAR PUSTAKA

Anna Hebert. The Pedagogy of Creativity. New York: Rouletge Taylor and Prancis Group, 2010.

B. Uno, Hamzah. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Budimansyah, Dasim. Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2009.

C.X. Wang Victor, et, al. Pedagogical and Andragogical: Teaching and Learning With Information, Communication, Technologies, USE: IGI Global, 2012.

Danim, Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta,

2013.

Dariyo, Agoes. Dasar-dasar Pendagogi Modern. Jakarta: PT Indeks, 2013. Fathurrohman, Pupuh. Guru Professional. Bandung: PT Refika Aditama, 2012. Gunawan, Rudi. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung:

Alfabeta, 2013.

Hadis, Abdul dan Nurhayati. Menejemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Henry, Jane. Creative Management and Development. London: SAGE Publication Ltd., 2006.

Heryanti. Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosional dengan Kreativitas Kerja Guru. Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015.

Janawi. Guru: Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta, 2012.

Koswara, Deni. Bagaima Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008.

Mansoer, Masri dan Elin Driana. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press, 2009. Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif

78 79 80


(4)

87

dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2009).

Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

m.detik.com/news.berita/2647298/posisi-indeks-pembangunan-manusia-indonesia-rangking-108-dari-187-negara

Naim, Ngainun. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Nelfuad. Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Kerja Guru. (Bogor: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pakuan, 2015).

Panji Pranowo. Cara Super untuk Kreatif. Yogyakarta: Buku Pintar, 2013. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP).

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniawati. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010.

Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, (Jakarta: Cmedia, 2012), h. 21.

Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: Radja Grafindo Persada, 2010.

Sadullah, Uyoh dan Agus Muharam. Pedagogik: Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sagala, Saiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung; Alfabeta, 2009.

Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI 81


(5)

88

Press, 2006.

Sulaiman, Esah. Pengenalan Pedagogi. Johor: University Technologi Malaysia, 2004.

Supriadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: CV Alfabeta, 1997.

Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 117.

Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007.

UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 30 Desember 2005.

Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana, 2012.


(6)

89

BIODATA PENULIS

Nama :FEBRIANI RAMADHANA TTL :Bogor, 03 Februari 1995 Alamat :Bojongsari, Kota Depok No TLP : 085776714533

Email : eboy.ramadhana@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Bojongsari 02 Tahun 2000 – 2005

2. SMPN 10 Depok Tahun 2006 – 2008 3. SMA Al-Hasra Depok 2009 – 2012 4. Universitas Islam Negeri (UIN)

SyarifHidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK)Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Konsentrasi SosiologiTahun 2012 hingga sekarang.

“Ketika hidupmu terasa sulit, yakinlah orang lain pun

mengalami hal yang sama .. Jalani, nikmati, jangan

menyiksa diri, Don’t Worry, Uye˜˜˜˜” (eBoy)