Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

10 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Saat ini hampir seluruh negara di dunia semakin menyadari pentingnya pendidikan sebagai sarana paling strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara-negara yang kini tergolong sebagai negara maju, ternyata telah didukung oleh sistem pendidikan yang baik. Sebab hanya melalui pendidikan yang berkualitaslahakan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter, dan berdaya saing tinggi. Ditinjau dalam konteks Negara Kesatuan RepublikIndonesia, kesadaran akan pentingnya pendidikan ternyata sudah disadari sejak awal oleh para Founding Fathers. Hal ini terbukti dari salah satu rumusan tujuan Negara Republik Indonesia, yaitu: “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. 1 Selanjutnya rumusan tujuan negara tersebut dipertegas lagi dalam UUD Tahun 1945 padaPasal 31 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” dan “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. 2 Inilah kiranya yang menjadi fondasi utama kenapa bidang pendidikan selalu menjadi prioritas pembangunan nasional dalam setiap orde pemerintahan. Keseriusan dan kesungguhan pemerintah terhadap bidang pendidikan terlihat semakin nyata sejak 1 satu dekade terakhir ini. Berbagai kebijakan terus dilakukandalam rangka penataan pembangunan pendidikan yang semakin terencana, terarah, bertahap, dan berkesinambungan.Ditetapkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 1 Pupuh Fathurrohman, Guru Professional, Bandung: PT Refika Aditama, 2012, h. 15. 2 Redaksi Cmedia, Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya, Jakarta: Cmedia, 2012, h. 21. 1 11 1 tentang Pendanaan Pendidikan, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan SNP, sampai pada berbagai peraturan menteri yang bersifat teknismenjadi bukti nyata upaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Namun demikian,sampaisaat ini pendidikan yang berkualitas belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Selain data tentang rendahnya kualitas pendidikan nasional secara komparatif dibandingkan dengan negara lain, berbagai permasalahan internal yang terkait dengan belum terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu masih menjadi topik utama tentang pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hasil survei United Nations Development Program UNDP tentang peringkat Indeks Pembangunan Manusia Human Development IndexHDI pada tahun 2010, Indonesiaberada pada peringkat 108 dari 187 negara. Peringkat tersebut tidak mengalami peningkatan pada tahun 2013, bahkan Indonesia berada di bawah 5 lima negara tetangga ASEAN, yaituSingapore, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina. 3 Selain itu, berbagai permasalahan internal terkait denganbelum terpenuhinya berbagai Standar Nasional Pendidikan SNP, antara lain terindikasi darimasih rendahnya nilai rata-rata Ujian Nasional UN, banyaknya sekolah yang belum memiliki sarana prasarana sesuai standar, rendahnya kemampuan satuan pendidikan dalam melakukan pengelolaan diri secara efektif dan efisien,sampai pada masalah yang terkait dengan rendahnya kompetensipendidik atau guru. Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, komponen-komponen tersebut dikenal dengan 8 delapan Standar Nasional Pendidikan SNP. Kedelapan SNP tersebut meliputi: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar 3 m.detik.comnews.berita2647298posisi-indeks-pembangunan-manusia-indonesia rangking-108-dari-187-negara 2 12 1 Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian. 4 Tanpa bermaksud mengurangi arti penting komponen yang lain, standar pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran paling strategis, karena berkaitan langsung dengan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan DosenPasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. 5 Untuk dapat mewujudkan tugas utama tersebut, maka seorang guru diharapkan dapat berperan sebagai inspirator, motivator, dan fasilitatorbagi peserta didik dalam pembelajaran.Sebagai seorang inspirator yang hebat, guru harus mampu membuka cakrawala pemikiran peserta didik. Motivator yang tangguh harus mampu memberi sugesti dan mendorong peserta didik agarberupaya mencurahkan segala potensi yang dimilikinyauntuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.Sedangkan sebagai fasilitator, guruharus mampu menjembatani peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Namun disisi lain, perkembangan di era globalisasi saat ini yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan secara langsung maupun tidak juga telah mempengaruhi dunia pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh tekhnologi informasi dan komunikasi semakin mempermudah setiap orang untuk mengakses berbagai informasi terbaru. Dalam dunia pendidikan, salah satu implikasi positifnya adalah semakin terbuka lebarnya sumber belajar yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun.Dengan berbekal komputer dan jaringan internet, seorang peserta didik dapat mengakses berbagai materi pelajaran, bahkan konsep-konsep 4 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan SNP. 5 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 30 Desember 2005. 3 13 1 dan teori terbaru tanpa harus diajarkan oleh guru melalui tatap muka secara konvensional di dalam kelas. Terjadinya berbagai fenomenadi atas, tentu menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Guru harus semakin professional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman, guru professional adalah sosok guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya secara maksimal. 6 Guru yang melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal, akan ditandai oleh: semangat kerja yang tinggi, tidak mudah menyerah, terbuka terhadap berbagai perkembangan, senantiasa mengembangkan diri, berpikir positif, berupaya menemukan berbagai alternatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, menerapkan cara-cara baru dan unik untuk mencapai hasil yang terbaik. Intinya adalah sosok guru yang selalu mengembangkan kreativitas sesuai tuntutan profesinya. Guru yang memiliki kreativitas tinggi tidak akan mudah puas dengan kemampuan yang telah dimiliki. Kreativitas akan mendorong guru untuk mencoba hal-hal yang baru, baik berupa penerapan maupun modifikasi berbagai model-model, pendekatan, metode-metode, dan strategi-strategi agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa, kreativitas akan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh guru sekarang lebih baik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya, dan apa yang dikerjakan dimasa datang lebih baik dari sekarang. 7 Pernyataan Mulyasa di atas mengindikasikan bahwa jika seorang guru telah menyadari pentingnya kreativitas, maka semua aktivitasnya akan ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Sehingga guru yang kreatif tidak hanya akan melaksanakan tugasnya sebagai sebuah rutinitas belaka. Melalui sosok guru yang kreatif inilah diharapkan mampu 6 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Depok, Radja Grafindo Persada, 2010, h. 18. 7 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008, h. 52. 4 14 1 menghasilkan lulusan yang berkualitas pula, sekaligus berimplikasi secara positif terhadap sekolah tempat dimana guru tersebut mengabdikan diri. Dikaitkan dengan Islam sebagai sebuah agama yang sangat lengkap, ternyata ditemukan pula ajaran-ajaran tentang pentingnya kreativitas. Ada salah satu Hadis yang berbunyi,Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celakaAl Hadist. 8 Dari hadis tersebut terkandung anjuran untuk selalu melakukan perbaikan dan perbaikan yang pada dasarnya sama dengan prinsip kreativitas. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi kreatif, sehingga yang lebih penting adalah bagaimana mengembangkannya. Perkembangan kreativitas seseorang dapat dipengerahui oleh berbagai aspek, baik yang berasal dari diri sendiri internal maupun dari luareksternal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Deni Koswara, bahwa untuk dapat berpikir dan bersikap kreatif, disamping faktor pembawaan, diperlukan sejumlah faktor lain seperti pengetahuan yang luas, pengalaman yang memadai, semangat kerja yang tinggi, konsentrasi dan lingkungan yang selalu merangsang untuk berdaya cipta. 9 Dikaitkan dengan guru, faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yang berasal dari diri sendiri antara lain adalah motivasi kerja, minat terhadap profesi, keinginan untuk mengaktualisasikan diri, dan sebagainya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah penguasaan guru terhadap kompetensi, baik kompetensi pedagogik maupun professional. Guru yang menguasai kompetensi pedagogik dengan baik diharapkan dapat mengembangkan kreativitas pembelajaran dengan cara mengkombinasikan berbagai model, pendekatan atau metode secara bervariasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Sehingga substansi pembelajaran yang menjadi inti kompetensi professional dapat dicapai 8 Muslich Shabir, Terjemahn Riyadlus Shalihin, Semarang: CV Toha Putra, 1981, h. 156. 9 Deni Koswara, Bagaima Menjadi Guru Kreatif, Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008, h. 48. 5 15 1 secara efektif. Sedangkan faktor eksternal atau yang berasal dari luar antara lain adalah lingkungan kerja yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas, kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, iklim organisasi, sarana prasarana sekolah, dan sebagainya. Sebagai agen pembelajaran, kreativitas seorang guru dapat diwujudkan pada seluruh tahap pembelajaran, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pada tahap penilaian. Sebuah perencanaan pembelajaran yang matang, akan memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah, guru yang kreatif akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Guru yang kreatif akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan berupaya menemukan hal-hal yang baru. Upaya itu misalnya dilakukan melalui penyempurnaan rencana pembelajaran yang lebih kontekstual dan variatif. Begitu pulapada tahap proses pelaksanaan pembelajaran, kreativitas guru dapat diwujudkan melaluipenataan kelas dan peserta didik secara variatif, kombinasi belajar di dalam dan di luar kelas, atau memodifikasi berbagai metodedan teknik pembelajaran supaya lebih efektif. Sedangkan pada tahap pelaksanaan penilaian pembelajaran, kreativitas dapat diwujudkan melalui penerapan berbagai metode dan teknik penilaian, sehingga mampu menghasilkan penilaian yang outentik. Kreativitas guru juga dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam pengembangan profesi seperti melakukan tindakan reflektif dalam bentuk penelitian tindakan kelas maupun karya tulis ilmiah lainnya. Pentingnya kreativitas seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran terasa semakin urgent dikaitkan dengan mata pelajaran IPSpada jenjang SMP. Merujuk pada lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik: 1 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 6 16 1 2 Memiliki kemampuandasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan 4 Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkom- petisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 10 Selain itu, sebagai mata pelajaran yang mengemban misi kewarganegaraan citizenship, IPSdiarahkan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai young citizen, sehingga nantinya dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai. 11 Dalam kurikulum SMP, mata pelajaran IPS terdiri dari muatanberbagaidisiplin ilmu sosial, sepertigeografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi, yang disajikan secara terpadu IPS Terpadu. Hal ini senada dengan pernyataan Soemantri, bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah- masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. 12 Selain itu, implikasi dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK telah menuntut mata pelajaran IPS harus dapat mencapai keseluruhan ranah pembelajaran, baik pada ranah kognitif,afektif dan psikomotorik. Gambaran ideal tentang mata pelajaran IPS seperti yang terurai di atas tentu berimplikasi pada bagaimana seorang guru seharusnya dapat mengelola kurikulum sedemikian rupa, sehingga standar kompetensi, 10 Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. 11 Dasim Budimansyah, Inovasi Pembelajaran Project Citizen, Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2009, h. 25. 12 Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, h. 8. 7 17 1 kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai peserta didik secara optimal.Kemampuan ini sangat terkait dengan How to Teach dalam proses pembelajaran. Secara ideal, pembelajaran IPS pada jenjang SMPdiharapkan mampu mengembangkan berbagai keterampilan peserta didik, sepertikemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, mengaitkan konsep-konsep pembelajaran dengan kehidupan nyata dalam masyarakat, dan sebagainya.Hal ini tentu hanya dapat terwujud jika guru mampu mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik student center. Hal ini sejalan dengan pendapat A Kosasih Djahiri dalam Sapriya, bahwa pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri, agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analisis, mengaitkan materi pembelajaran dengan keidupan nyata di masyarakat. 13 Tantangan pembelajaran IPS sebagaimana tergambar di atas, menuntut guru harusselalu mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kreativitas itu dapat diwujudkan antara lain melalui: upaya pengembangan diri secara terus menerus, terbuka terhadap pengalaman baru, berani mengambil resiko, melakukan hal-hal yang baru atau berbeda dari yang sebelumnya. Muara dari semua upaya tersebut adalah agar dapat memberikan layanan pembelajaran yang terbaik bagi peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Namun dalam kenyataannya, harapan tentang profil ideal guru IPS sebagaimana yang terurai di atas belum dapatterwujud sepenuhnya. Pembelajaran yang terjadi di ruang-ruang kelas masih ditandai oleh teacher center, monoton, metode pembelajaran yang didominasi oleh ceramah dan kurang variatif, hanya memanfaatkan buku teks sebagai sumber belajar satu- satunya, pembelajaran lebih menekankan hafalan dan kognitif, kurang 13 Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, h. 8. 8 18 1 kontekstual, dan sebagainya. Selain itu masih banyak guru yang belum mampu melaksanakan pembelajaran IPS secara terpadu. Realitas di lapangan, berdasarkan hasil survei pendahuluan melalui penyebaran angket terhadap 10orang guru IPS yang berasal dari berbagai SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok pada bulan September 2015 mengindikasikan bahwa kreativitas guru masih rendah. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, terindikasi bahwa kreativitas guru mata pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Depok masih relatif rendah.Prosentase guru yang masih monoton dalam memulai pembelajaran dan belum melakukan improvisasi dalam KBM agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif mencapai 55,56.Prosentase guru yang belum mengembangkan diri secara berkelanjutan mencapai 57,78.Prosentase guru yang belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menerapkan ide atau gagasan baru dalam pembelajaran mencapai 66,67. Sementara itu, prosentase guru yang tidak berani mengambil resiko dalam pembelajaran mancapai 60,00.Sedangkan prosentasi untuk guru yang belum berpandangan positif terhadap pengalaman baru mencapai 62,22. Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa tidak satu pun indikator kreativitas yang mencapai 75. Padahal kreativitas guru memiliki peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Peserta didik yang kreatif hanya akan dapat dihasilkan melalui pembelajaran yang difasilitasi oleh guru yang kreatif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas yang menunjukkan pentingnya krativitas bagi seorang guru, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kerativitas Guru Survei pada Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari Kota Depok. 9 19 1

B. Identifikasi Masalah