BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya adalah lautan, sehingga disebut sebagai negara maritim. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam
terutama lautan belum dimanfaatkan secara maksimum. Salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan banyak terdapat di perairan. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah
rumput laut. Rumput laut Sargassum atau yang biasa disebut dengan seaweed merupakan tanaman makro alga yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati.
Rumput laut termasuk dalam anggota alga tumbuhan memiliki klorofil atau zat hijau daun. Tumbuhan yang hidup diperairan dangkal dan pada umunya hidup di dasar perairan.
Anggadiredja, J.T. 1989 Pemanfaatan rumput laut secara tradisional terutama sebagai bahan pangan yang dimakan
mentah sebagai agar-agar untuk membantu proses pencernaan, sebagai lalap, dibuat sayur, acar, manisan, kue dan juga sebagai obat . Pemanfaatan rumput laut untuk industri terutama
didasarkan atas kandungan kimia yang terdapat dalam rumput laut terutama alginat, agar-agar, dan karaginan Nontji, 2007. Alginat adalah bahan yang terkandung dalam alga cokelat yang
banyak digunakan dalam industri kosmetika untuk membuat sabun, cream, lotion, shampo. Selain itu hasil dari analisis memperoleh bahwa rumput laut yang dikeringkan mampu digunakan
sebagai penyerap logam kadmium sebanyak 67. Menurut Gotoh et al,2004 menyatakan bahwa Cd
2+
mencapai kesetimbangan adsorpsi hanya dalam waktu 10 menit. Untuk memperoleh biosorben dengan kemampuan biosorpsi yang lebih tinggi perlu dilakukan pengaktifan dengan
menggunakan asam klorida HCl 1,5 M. Aktivasi dilakukan bertujuan untuk menghasilkan sifat- sifat kimia dan fisika yang lebih baik seperti keasaman permukaan. Perlakuan dengan asam
menyebabkan terjadinya pertukaran pertukaran kation yang terkandung dalam rumput laut
Universitas Sumatera Utara
dengan H
+
dari asam dan melarutkan pengotor-pengotor yang terdapat pada biosorben sehingga kapasitas biosorpsinya meningkat.
Salah satu sumber adsorben polimer alam adalah kitosan yang memiliki kapasitas adsorpsi tinggi, juga pemanfaatan kitosan yang cukup luas dalam proses adsorpsi disebabkan
karena adanya gugus amina dan hidroksil, yang menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga berperan sebagai penukar
ion dan dapat berperan sebagai adsorben dalam mengadsorpsi logam berat. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin meneliti tentang penggunaan biosorpsi
rumput laut setelah dilapisi kitosan sebagai adsorben untuk menyerap ion logam kadmium Cd
2+
.
1.2 Permasalahan
Bagaimana pengaruh rumput laut Sargassum yang telah diaktivasi dengan HCl dan dilapisi kitosan terhadap penyerapan ion logam kadmium Cd
2+
.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penentuan kadar optimum ion logam kadmium Cd
2+
sebelum dan sesudah penggunaan rumput laut Sargassum setelah dilapisi kitosan.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rumput laut setelah dilapisi kitosan sebagai adsorben untuk menyerap ion logam kadmium Cd
2+
dengan metoda
Spektrofotometri Serapan Atom.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berguna tentang kemampuan rumput laut setelah dilapisi kitosan dalam mengadsorpsi ion logam kadmium Cd
2+
.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan analisa Spektrofotometri Serapan Atom di
lakukan di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS.
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium. Pembuatan kitosan berasal dari kulit udang. Rumput laut sargassum diaktivasi dengan HCl 1,5 M. Setelah itu rumput laut dilapisi
dengan kitosan dan untuk pengujian logam kadmium Cd
2+
, rumput laut sargassum yang sudah dilapisi kitosan dimasukkan kedalam larutan standar kadmium Cd
2+
. Diaduk dengan magnetik stirrer selama 10 menit dan disaring. Kemudian hasilnya dianalisa dengan Spektrofotometri
Serapan Atom. 3
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA