b. Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich adalah bentuk terbatas dari isoterm Langmuir dan hanya bisa diterapkan pada tekanan uap sedang. Isoterm Freundlich biasanya berlaku untuk
adsorpsi cairan pada permukaan padatan. Isoterm ini biasanya paling umum digunakan, karena dapat mencirikan kebanyakan proses adsorpsi dengan baik Pope,
2004. Isoterm Freundlich menganggap bahwa pada sisi permukaan adsorben terjadi proses adsorpsi di bawah kondisi yang diberikan. Namun, Isoterm Freundlich tidak
memperkirakan keberadaan sisi-sisi permukaan yang dapat mengganggu terjadinya adsorpsi saat kesetimbangan tercapai. Di sisi lain, hanya ada beberapa sisi aktif saja
yang mampu mengadsorpsi molekul terlarut Pope, 2004.
2.3.8 Interaksi Kitosan Dengan Ion Logam
Muzzarelli 1977 menyatakan bahwa kitosan mengikat logam melalui pertukaran ion, penyerapan dan pengkhelatan. Ketiga proses tersebut bergantung pada ion logam masing –
masing.
2.3.9 Sifat-sifa Kitosan
Kitosan adalah padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan tertentu. Keterlarutan kitosan yang paling baik ialah dalam larutan asam asetat 1,
asam format 10 dan asam sitrat 10. Kitosan tidak dapat larut dalam asam piruvat, asam laktat, dan asam-asam anorganik pada pH tertenu, walaupun setelah dipanaskan dan diaduk
dengan waktu yang agak lama. Keterlarutan kitosan dalam larutan asam format ataupun asam asetat dapat membedakan kitosan dan kitin karena kitin tidak dapat melatut dalam keadaan
pelarut asam tersebut. Kitosan memiliki sifat unik yang dapat digunakan dalam berbagai cara serta memiliki
kegunaan yang beragam, antara lain sebagai perekat, aditif untuk kertas dan tekstil, penjernihan yang beragam, antara lain sebagai perekat, penjernihan air minum, serta untuk mempercepat
Universitas Sumatera Utara
penyembuhan luka, dan memperbaiki sifat pengikatan warna. Kitosan merupakan penkelat yang kuat untuk ion logam transisi. Kitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi logam dan
membentuk kompleks kitosan dengan logam. Robert,G.A.F,1992 Kitosan dibedakan dari kitin oleh kelarutannya dalam larutan asam encer. Kitosan
bermuatan positif karena kelompok amina pada pH asam, yang besarannya tergantung pada tingkat deasetilasi, dan dengan demikian kitosan diklasifikasikan sebagai polielektronik kationik,
sedangkan polisakarida yang lain memberikan muatan netral ataupun anionik.Hwang dan Shin,2001
2.3.10 Sifat Fisik-Kimia pada Kitin
Kitin merupakan bahan yang tidak beracun dan bahkan mudah terurai secara hayati biodegradable. Bentuk fisiknya merupakan padatan amorf yang berwarna putih dengan kalor
spesifik 0,373 ± 0,03 kalg
o
C Knorr,1984. Kitin hampir tidak larut dalam air, asam encer, dan basa, tetapi larut dalam asam formiat,
asam metanasulfonat, N,N-dimetilasemida yang mengandung 5 litium klorida, heksafluoroisopropil alkahol, heksafluoroaseton dan campuran 1,2-diklorotana-asam
trikloroasetat dengan nisbah 35:65 [VV].Hirano,1986. Asam mineral pekat seperti H
2
SO
4
, HNO
3
dan H
3
PO
4
dapat melarutkan kitin sekaligus menyebabkan rantai panjang kitin terdegradasi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil. Bastaman,1989
2.4 Pendayagunaan Limbah Udang
Limbah udang yang mencapai 30-40 dari produksi udang beku belum banyak dimanfaatkan. Menurut Moelyanto 1979, limbah udang selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, dapat juga
dipergunakan untuk keperluan industri. Pembuatan kitosan dari kulit udang dapat dipakai sebagai bahan kimia untuk industri dan kertas. Kepala udang yang menyatu dengan jengger udang
sebagai limbah industri udang beku baru sebagian kecil yang dimanfaatkan, yaitu dibuat tepung 15
Universitas Sumatera Utara
kepala yang dibuat sebagai pencampur bahan dalam pembuatan pellet untuk pakan ternak Mudjiman, 1982
Kulit udang mengandung unsur yang bermanfaat yaitu protein kalsium dan kitin yang mempunyai kegunaan dan prospek yang baik dalam industri. Protein dan kalsium dapat
digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan pakan ternak sedangkan kitin dapat dimanfaatkan sebagai surfaktan, zat pengemulsi, bahan tambahan untuk antibiotik dan kosmetik
Knorr, 1984
2.5 Pencemaran Logam
Penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu :
1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air, tanah,
dan makanan 2.
Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri biasa mempengaruhi kesehatan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terpisahkan dari benda-benda yang berasal dari logam. Logam yang digunakan untuk membuat alat perlengkapan rumah tangga, seperti
sendok, garpu, pisau, dan berbagai jenis peralatan rumah tangga lainnya. Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam biasanya berdampak negatif yaitu munculnya kasus
pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal di sekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk industri
tersebut. Hal itu terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.
Tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air, mulai dari yang paling toksik, adalah Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni, dan Co. Sementara itu, tingkat toksisitas terhadap manusia dari yang
paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, As, Cr, Sn, Zn. Polutan logam mencemari lingkungan, baik 16
Universitas Sumatera Utara
dilingkungan udara, air, dan tanah yang berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami antara lain siklus alamiah sehingga bebatuan gunung berapi biasa memberikan kontribusi
ke lingkungan udara, air, dan tanah. Kegiatan manusia yang biasa menambah polutan bagi lingkungan berupa kegiatan industri. Pencemaran logam, baik industri, kegiatan domestik,
maupun sumber alami dari batuan akhirnya sampai ke sungai atau laut dan selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum, atau air sumber irigasi lahan pertanian sehingga
tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar logam.
2.5.1. Logam Kadmium Cd