Keselamatan Menggunakan Jarum Suntik Landasan Teori

terkena infeksi bakterial dari pasien, mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien dan mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain. Menurut Tenosis 2001 yang dikutip Tietjen 2004, walaupun sarung tangan telah berulang kali terbukti sangat efektif mencegah kontaminasi pada tangan petugas kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan. Sarung tangan lateks kualitas terbaik pun mungkin mempunyai kerusakan kecil yang tidak tampak. Selain itu sarung tangan juga dapat robek sehingga tangan dapat terkontaminasi sewaktu melepaskan sarung tangan. Tergantung situasi, sarung tangan pemeriksaan atau sarung tangan rumah tangga harus dipakai bila akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau tubuh lainnya, selaput lendir, atau kulit yang terluka, akan melakukan tindakan medik invasif misalnya pemasangan alat-alat vaskular seperti intravena perifer dan akan membersihkan sampah terkontaminasi atau memegang permukaan yang terkontaminasi Tietjen, dkk, 2004. b.2. Masker Masker berguna untuk melindungi alat pernapasan terhadap udara yang terkontaminasi di tempat kerja atau di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi dan mengurangi risiko tertular penyakit melalui udara Ramdayana, 2009.

c. Keselamatan Menggunakan Jarum Suntik

Keselamatan menggunakan jarum suntik sebaiknya menggunakan tiap-tiap jarum dan spuit hanya sekali pakai, tidak melepas jarum dari spuit setelah digunakan, Universitas Sumatera Utara tidak menyumbat, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang dan membuang jarum dan spuit di wadah anti bocor. Menurut Tietjen 2004 apabila jarum dan spuit sekali pakai tidak tersedia dan perlu memasang kembali penutup jarum, maka gunakan metode penutupan “satu tangan” dengan cara: c.1. Tempatkan penutup jarum pada permukaan rata dan kokoh, kemudian angkat tangan anda. c.2. Kemudian dengan satu tangan memegang spuit, gunakan jarum untuk menyekop tutup tersebut dengan penutup di ujung jarum, putar spuit tegak lurus sehingga jarum dan spuit mengarah ke atas. c.3. Akhirnya, dengan sumbat yang sekarang ini menutup ujung jarum sepenuhnya, peganglah spuit ke arah atas dengan pangkal dekat pusat dimana jarum itu bersatu dengan spuit dengan satu tangan, dan gunakan tangan lainnya untuk menyegel tutup itu dengan baik.

d. Sterilisasi Alat

Menurut Nystrom 1981 yang dikutip Tietjen 2004, dekontaminasi adalah langkah pertama dalam mensterilkan instrumen bedahtindakan, sarung tangan dan peralatan lainnya yang kotor terkontaminasi, terutama jika akan dibersihkan dengan tangan misalnya, merendam barang-barang yang terkontaminasi dalam larutan klorin 0,5 atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat membunuh HBV dan HIV. Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani sewaktu pembersihan. Setelah instrumen dan barang-barang lain didekontaminasi, kemudian Universitas Sumatera Utara perlu dibersihkan, dan akhirnya dapat disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi. Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah instrumen ini akan bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang terkelupas atau jaringan di bawah kulit yang biasanya steril.

2.1.5. Kewaspadaan Berdasarkan Penularan

Kewaspadaan ini dimaksudkan hanya untuk pasien yang diketahui atau sangat dicurigai telah terinfeksi oleh patogen yang ditularkan lewat kontak langsung khususnya penyakit Hepatitis B, dan patogen enterik, herpes simplex, infeksi kulit atau mata. Dalam hal ini jika ada proses infeksi pada pasien tanpa diketahui diagnosisnya, pelaksanaan kewaspadaan berdasarkan penularan, secara empirik harus dipertimbangkan sampai diagnosis definitif dibuat Nursalam, 2007. 2.2. Hepatitis B 2.2.1. Definisi Hepatitis B adalah jenis yang lain dari hepatitis dan banyak orang yakin bahwa keadaannya serupa dengan hepatitis A, tetapi sifatnya lebih bertahan lama yang disebabkan oleh virus yang sering disebut dengan virus hepatitis B HBV Hadi, 2000. Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B HBV. Keadaan ini mengakibatkan peradangan dan pembengkakan hati, dan kadang-kadang kerusakan hati yang nyata. Sering terjadi bahwa penderita sama sekali tidak merasakan dan menyadari bahwa dirinya sedang terinfeksi oleh virus, karena Universitas Sumatera Utara keluhan yang khas yaitu keluhan seperti flu tidak bahkan bisa tidak muncul gejala sama sekali. Seseorang bisa terkena infeksi jika ia tidak imun terhadap virus dan terpapar dengan darah atau cairan tubuh dari penderita HBV Naga, 2012. Komponen HBV merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel antigen seperti HBcAg-antigen anti hepatitis B, HBsAg antigen permukaan surface Hepatitis A material antigen pada permukaan HBV, HBeAg-protein yang beredar dalam darah dan HBxAg produk genetik dari gen X pada HBVDNA. Setiap antigen menimbulkan antibodi secara spesifiknya adalah anti-HBc-antibodi terhadap antigen inti atau HBV, anti HBc akan bertahan selama fase akut dan dapat menunjukkan virus hepatitis B yang berlanjut dalam hati Brunner Suddarth, 2001. Hepatitis B merupakan bentuk hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis Hepatitis lainnya. Namun hepatitis virus yang akut dapat sembuh dengan sendirinya, namun sebagian besar penderita Hepatitis B akan menjadi kronis. Semakin besar usia terinfeksi virus hepatitis B maka semakin besar kemungkinan menjadi kronis. Hepatitis kronis akan meningkatkan risiko terjadinya sirosis dan hepatoma kanker hati di kemudian hari. Akan tetapi hanya sedikit saja yang terinfeksi Hepatitis B HBV akut yang menunjukkan gejala klinis, kurang dari 10 pada anak-anak dan 30 - 50 pada orang dewasa dengan infeksi virus HBV akut dapat berkembang menjadi penyakit dengan ikterus. Pada penderita yang menunjukkan gejala klinis, timbulnya gejala biasanya insidious, dengorexia, gangguan abdominal, mual dan muntah, dan sering berkembang menjadi jaundice Chin , 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan muntah, lemah, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau disekitar hati, urine berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning jaundice nyeri sendi dan disertai dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit penderita penyakit Hepatitis B yang menjadi ikterik Naga, 2012. 2.2.3. Sumber dan Cara Penularan Virus Hepatitis B Menurut Yulastri 2008 penyakit HBV dapat mudah ditularkan kepada semua orang dan semua kelompok umur secara menyusup. Dengan percikan sedikit darah yang mengandung virus hepatitis B sudah dapat menularkan penyakit. Pada umumnya penularan dari HBV adalah parenteral. Semula penularan HBV diasosiasikan dengan tranfusi darah atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi setelah ditemukan bentuk dari HBV makin banyak laporan yang ditemukan cara penularan lainnya. Hal ini disebabkan karena HBV dapat ditemukan dalam setiap cairan yang dikeluarkan dari tubuh penderita, misalnya melalui : darah, air liur saliva, keringat, air susu ibu ASI, cairan vagina, air mata, feces, urine, termasuk sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus Hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap Universitas Sumatera Utara darah. Oleh karena itu dikenal cara penularan perkutan dan non perkutan yaitu sebagai berikut: a. Penularan Horizontal Cara penularan horizontal yang dikenal ialah: tranfusi darah yang terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum penularan parenteral atau luka benda tajam, menindik telinga, pembuatan tato, pengobatan tusuk jarum akupuntur, penggunaan alat cukur bersama, kebiasaan menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntikyang kotorkurang steril. Penggunaan alat-alat kedokteran dan perawatan gigi yang sterilisasinya kurang sempurna kurang memenuhi syarat akan dapat menularkan HBV. Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-lain dapat juga menularkan HBV, walaupun belum ada laporan. Cara penularan tersebut disebut penularan perkutan. Sedangkan cara penularan non-kutan diantaranya ialah melalui semen, cairan vagina, yaitu kontak seksual baik homoseks maupun heteroseks dengan pengidappenderita HVB, atau melalui saliva yang bercium- ciuman dengan penderitapengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi, dan lainnya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena selaput lendir tubuh yang melapisinya terjadi diskontinuitas, sehingga virus hepatitis B mudah menembusnya. Universitas Sumatera Utara b. Penularan Vertikal Penularan secara vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang ibu pengidappenderita HBV kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita HBV akut pada perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan tertulari Budi, 2011. Virus Hepatitis B juga dapat terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cairan tubuh yang tercemar. Hal ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah terjangkit dari pada HIV. Penyakit ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi hati. Menurut Chin 2006 bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain adalalah darah, air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal, peritoneal, cairan pericardial, cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain. Penularan infeksi virus hepatitis B juga dapat melalui berbagai cara sepaerti parenteral yaitu terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non parenteral yaitu persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B. Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV namun tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk Universitas Sumatera Utara penularan penyakit ini. Hepatitis C dapat tertular melalui darah dan plasma yang syringe. Hepatitis D dapat tertular melalui darah dan cairan beku yang terkontaminasi, jarum suntik dan hubungan seks. Hepatitis E dapat tertular melalui air yang terkontaminasi, dari orang ke orang dengan fecal oral Chin, 2006.

2.2.4. Masa Inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung selama 45-180 hari, dengan batas rata- rata 60-90 hari, paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg dalam darah, dan jarang sekali sampai selama 6 – 9 bulan, perbedaan masa inkubasi tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus, cara-cara penularan dan faktor penjamu Yatim, 2007. Perubahan infeksi akut akan menjadi kronis sesuai dengan umur penderita. Semakin tua umur, maka semakin besar kemungkinan menjadi kronis dan kemudian berlanjut menjadi pengkerutan dan pengerasan jaringan hati sirosis. Bila umur masih berlanjut maka akan berubah menjadi keganasan hati atau kanker hati carinoma Hepatitis primer. Diperkirakan 15-25 penderita hepatitis B kronis akan meninggal prematur meninggal sebelum waktu perkiraan Yatim, 2007.

2.2.5. Prevalensi Infeksi Virus Hepatitis B

a. Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5 orang dewasa sudah terinfeksi virus Hepatitis B atau dari 200 orang, 1 orang diantaranya sudah terinfeksi virus Hepatitis B. b. Di negara dengan tingkat prevalensi tinggi HbsAg 8, penularan banyak terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak yang masih berada pada usia muda. Universitas Sumatera Utara c. Di negara dengan tingkat prevalensi sedang HbsAg 2-7 penularan bisa terjadi pada semua golongan umur. d. Di negara dengan tingkat prevalensi rendah HbsAg 2 infeksi sering terjadi pada kelompok umur dewasa. Pemeriksaan hepatitis B salah satunya dengan pemeriksaan serologi sel, yaitu pemeriksaan HbsAg, HbeAg, anti Hbe dan HBV DNA Dewi, 2008. HbsAg, HbeAg keduanya adalah antigen. Fungsi pemeriksaan HbsAg adalah untuk mengetahui apakah seseorang merupakan penderita hepatitis B, yang ditandai dengan HbsAg positif, sedangkan fungsi pemeriksaan HbeAg adalah untuk mengetahui apakah adanya reflika virus dalam hepatosit sel hati. HbeAg berkaitan erat dengan HBV DNA, yaitu DNA virus hepatitis B. Pada beberapa kasus ada yang nilai HbeAg-nya negatif namun bukan pertanda mutlak bahwa yang bersangkutan tidak memiliki virus hepatitis B.

2.2.6. Perawatan dan Pengobatan

Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik. Hepatitis akut umumnya sembuh, hanya 10 menjadi Hepatitis kronik menahun dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat Universitas Sumatera Utara meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti Lamivudine, Adefovir dan Modulator Hadi, 2000. Hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, obat-obatan atau racun yang mengakibatkan gejala yang sama seperti virus Hepatitis, pengobatan yang paling baik adalah menghentikan penggunaan alkohol, narkoba, atau obat-obatan yang dapat menggangu hati. Selain itu ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak Curcuma xanthorrhiza, kunyit Curcuma longa, sambiloto Andrographis paniculata, meniran Phyllanthus urinaria, daun serutmirten, jamur kayulingzhi Ganoderma lucidum, akar alang-alang Imperata cyllindrica, rumput mutiara Hedyotis corymbosa, pegagan Centella asiatica, buah kacapiring Gardenia augusta, buah mengkudu Morinda citrifolia, jombang Taraxacum officinale Hadi, 2000. Orang dengan sejarah penggunaan jarum suntik, penggunaan narkoba, tato atau sirkulasi darah yang telah terpapar melalui seks tidak aman dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit hepatitis B Sulaiman, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.2.7. Pencegahan

Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif Hadi, 2000. Ada 3 tiga kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS, imunisasi pada bayi, imunisasi pada remaja dan dewasa catch up immunization. Pencegahan sekunder melalui, deteksi dini dengan skrining penapisan, penegakan diagnosa dan pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier lebih kepada untuk mencegah keparahan dan rehabilitasi, monitoring pengobatan untuk mengetahui efektifitas dan resistensi terhadap obat pilihan Depkes RI, 2009. Menurut Dirjen PPM-PL 2001 usaha pencegahan penyakit hatiliver antara lain dengan diet seimbang dan pada saat tertentu diperlukan rendah protein, banyak makan sayur dan buah-buahan, menjalankan pola hidup yang teratur, pola hidup di lingkungan sehat, kurangi minuman beralkohol, jaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari penularan melalui makanan dan minuman, menghindari kontak dengan penderita Hepatitis B dan bila terjadi kontak melakukan desinfektan akan bisa menghindari penularan penyakit Hepatitis. Senantiasa menjaga kebersihan diri dan Universitas Sumatera Utara lingkungan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, suntikan, tatto, tusukan jarum yang terkontaminasi, kegiatan seksual dan lain-lain. Timbulnya Hepatitis B dalam barak-barak atau panti perawatan sering merupakan petunjuk sanitasi dan higiene perorangan yang buruk. Pengendaliannya langsung ditunjukkan pada pencegahan terkontaminasinya makanan, air, atau sumber-sumber lainnya oleh tinja. Kebersihan seperti mencuci tangan setelah buang air besar atau sebelum makan, penggunaan piring dan alat makan sekali pakai, dan menjaga kebersihan perorangan. Pemakaian disinfektan natrium hipoklorit 0,5- sangat penting dalam mencegah penyebaran Jawetz, 1995. Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri Havrix atau bentuk kombinasi dengan vaksin Hepatitis B Twinrix. imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat diberi pengertian sebagai proses perkembangan sebuah penyakit, yang melibatkan berbagai variabel di luar subjek manusia. Kejadian penyakit yang menimpa sekelompok penduduk, bermula dari sebuah agen penyakit yang dikeluarkan dari sumbernya. Agent penyakit dalam media atau lazim disebut komponen lingkungan, seperti: air, udara, ataupun pangan yang kemudian kontak dengan penduduk secara sendiri-sendiri maupun bersama, dalam waktu yang bersamaan atau berbeda. Kejadian penyakit pada hakikatnya dipengaruhi oleh variabel-variabel kependudukan dan variabel-variabel lingkungan. Universitas Sumatera Utara

2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Universal Precaution dalam

Pencegahan Hepatitis B

2.3.1. Pengetahuan a. Definisi

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2011. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan beliefes, takhayul superstition, dan penerangan-penerangan yang keliru misinpormation Mubarak, 2006. Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih lancar dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2007 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a.1. Awareners kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. Universitas Sumatera Utara a.2. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. a.3. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. a.4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. a.5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dimana untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara terperinci terdiri dari 6 tingkatan yaitu : a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Universitas Sumatera Utara d. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetap masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran kemampuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

b. Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

b.1. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi. Universitas Sumatera Utara b.2. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. b.3. Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. b.4. Sumber Informasi Informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang Mubarak, 2006. Salah satu cara memperoleh pengetahuan yaitu dari sumber informasi, semakin banyak seseorang memperoleh informasi dari berbagai sumber maka semakin baik pengetahuannya Notoatmodjo, 2003.

2.3.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo, 2007. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: a. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak trend to behave. Universitas Sumatera Utara Menurut Notoatmodjo, 2007, dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dengan berbagai tingkat sikap yaitu : a. Menerima receiving, artinya bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon responding, adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari tindakan. c. Menghargai valuing, adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung Jawab responsible, adalah bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.3. Pelatihan Kerja

Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dan keahlian kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja Sastrohadiwiryo, 2002. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 13 disebutkan bahwa pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya: a. Calon peserta pelatihan b. Tenaga kepelatihan c. Kurikulum Universitas Sumatera Utara d. Sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan e. Sarana dan prasarana. Pasal 9 menyebutkan bahwa : a. Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan. b. Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan. Selanjutnya pada pasal 10 disebutkan bahwa : a. Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya. b. Penyelenggara danatau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan. Sesuai standar patogen yang ditularkan melalui darah dari OSHA pelatihan awal dan tahunan yang berhubungan dengan standar harus tersedia untuk setiap pekerja yang secara potensial terpapar selama jam-jam kerja, dan biaya tidak dibebankan pada pekerja pelatihan tahunan harus dilakukan dalam 12 bulan dari pelatihan awal. Catatan harus tetap dipertahankan untuk sesi-sesi pelatihan Schaffer, dkk, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.4. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori simpul bahwa terjadinya penularan Hepatitis B pada petugas kesehatan di rumah sakit Permata Bunda dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, sikap dan pelatiahan kerja. Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4 Gambar 2.1. Teori Simpul Kejadian Hepatitis B Patogenesis atau kejadian penyakit berbasis lingkungan dapat diuraikan ke dalam 5 simpul yakni : simpul 1 sumber penyakit dalam hal ini adalah virus Hepatitis B, simpul 2 komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, simpul 3 penduduk petugas kesehatan. Pada simpul ini dapat diukur kandungan agent Virus Hepatitis B iklim, kebijakan, topografi, dan suhu Lingkungan Rumah Sakit Manusia melalui kontak langsung Tenaga Kesehatan Penggunaan alat pelindung Penderita Hepatitis B • + • - Universitas Sumatera Utara penyakit yang bersangkutan atau metabolitnya, apabila kesulitan mengukur besaran agent penyakit, maka diukur dengan cara tidak langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Simpul 4 penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung agent penyakit. Sedangkan simpul 5 adalah semua variabel yang memiliki pengaruh terhadap ke 4 simpul tersebut seperti : iklim, kebijakan, topografi, dan suhu lingkungan Achmadi, 2011. 2.5. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Kewaspadaan Umum Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Kejadian Hepatitis B - Pelatihan Kerja - Pengetahuan - Sikap Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian