5.1.3. Karakteristik petugas kesehatan berdasarkan Masa Kerja
Berdasarkan masa kerja mayoritas petugas kesehatan bekerja di rumah sakit Permata Bunda Medan umumnya dengan masa kerja 6 tahun yaitu sebanyak 58
orang 82,9. sedangkan masa kerja 5 tahun yaitu hanya 12 orang 17,1. Hal ini menunjukkan bahwa dengan masa kerja yang lama pada petugas
kesehatan akan mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya dalam hal kewaspadaan umum dalam penanggulangan dan pencegahan
risiko tertular atau terinfeksi penyakit Hepatitis B pada petugas kesehatan khususnya.
5.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kewaspadaan Umum Universal Precaution
dalam Pencegahan Hepatitis B pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2012
Variabel faktor-faktor yang berhubungan dengan kewaspadaan umum universal percaution dalam pencegahan hepatitis B yang dianalisis menggunakan uji
Chi Square adalah pengetahuan, sikap dan pelatihan kerja. Hasil uji menunjukkan faktor tersebut berhubungan dengan kewaspadaan umum universal percaution dalam
pencegahan Hepatitis B pada petugas kesehatan di Rumah sakit Permata Bunda Medan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Yusran 2008 yang menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan pelatihan keterampilan merupakan faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan penerapan prinsip-prinsip pencegahan infeksi universal precaution.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kewasapadaan Umum Universal Precaution pada Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Hepatitis B di
Rumah Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil uji Chi Square, diperoleh hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kewaspadaan umum pada petugas kesehatan dalam pencegahan
hepatitis B di rumah sakit Permata Bunda Medan dengan nilai p 0,003 p0,05.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan kewasapadaan umum pada petugas kesehatan dalam pencegahan hepatitis B di rumah sakit Permata Bunda
Medan berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Sebagian besar petugas kesehatan di rumah sakit Permata Bunda Medan telah melaksanakan kewaspadaan umum
sesuai SOP misalnnya melakukan cuci tangan menggunakan air mengalir, menggunakan anti septik sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan,
menggunakan APD sarung tangan dan masker, keselamatan menggunakan jarum suntik dan sterilisasi alat sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
Petugas Mengetahui tentang Hepatitis B, Mengetahui bahwa petugas kesehatan beresiko tertular Hepatitis B, penularan Hepatitis B, kewaspadaan umum, tujuan
kewaspadaan umum, tujuan melakukan kewaspadaan umum, Mengetahui siapa yang harus melakukan kewaspadaan umum, Mengetahui kapan kewaspadaan umum
dilaksanakan dan contoh kewaspadaan umum. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ramdayana 2009 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan pemakaian APD dalam pelaksanaan kewaspadaan
umum di rumah sakit Marinir Cilandak Jakarta Selatan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulastri 2008 yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak hubungan dengan
pencegahan risiko tertular Hepatitis B di rumah sakit Adam Malik Medan. Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih lancar dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Hepatitis B merupakan bentuk hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis Hepatitis lainnya. Hepatitis B dapat di tularkan dengan 2 cara, yang
dikenal yaitu sebagai berikut: a. Penularan Horizontal
Cara penularan horizontal yang dikenal ialah: tranfusi darah yang terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu
HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum penularan parenteral atau luka benda tajam,
menindik telinga, pembuatan tato, pengobatan tusuk jarum akupuntur, penggunaan alat cukur bersama, kebiasaan menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntikyang
kotorkurang steril. Penggunaan alat-alat kedokteran dan perawatan gigi yang sterilisasinya kurang sempurna kurang memenuhi syarat akan dapat menularkan
HBV.
Universitas Sumatera Utara
b. Penularan Vertikal Penularan secara vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang
ibu pengidappenderita HBV kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita
HBV akut pada perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan tertulari Budi, 2011.
Hepatitis dengan virus yang akut dapat sembuh dengan sendirinya, namun sebagian besar penderita Hepatitis B akan menjadi kronis. Semakin besar usia
terinfeksi virus hepatitis B maka semakin besar kemungkinan menjadi kronis. Hepatitis kronis akan meningkatkan risiko terjadinya sirosis dan hepatoma kanker
hati di kemudian hari. Pada penderita yang menunjukkan gejala klinis, timbulnya gejala biasanya insidious, dengorexia, gangguan abdominal, mual dan muntah, dan
sering berkembang menjadi penyakit kuning jaundice Chin, 2006.
5.2.2. Hubungan Sikap dengan Kewasapadaan Umum Universal Precaution pada Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Hepatitis B di Rumah Sakit
Permata Bunda Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil uji Chi Square, diperoleh hubungan antara sikap dengan kewasapadaan umum pada petugas kesehatan dalam pencegahan hepatitis B di rumah
sakit Permata Bunda Medan dengan nilai p 0,029 p0,05.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa pelaksanaan kewasapadaan umum pada petugas kesehatan dalam pencegahan hepatitis B di Rumah Sakit Permata
Bunda Medan juga dipengaruhi oleh sikap. Dimana dari 52 74,3 petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang memiliki sikap yang tinggi, mayoritas memiliki kewaspadaan umum baik. Namun sama halnya dengan tingkat pengetahuan dimana sebagian besar
petugas kesehatan di Rumah Sakit Permata Bunda Medan telah melaksanakan kewaspadaan umum sesuai dengan SOP.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramdayana 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara sikap dengan kepatuhan pemakaian APD dalam pelaksanaan kewaspadaan umum di rumah sakit Marinir Cilandak Jakarta Selatan.
Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulastri 2008 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan sikap dengan pencegahan risiko tertular
Hepatitis B di rumah sakit Adam Malik Medan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap tidak dapat dilihat tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo, 2007. Menurut Nystrom 1981 yang dikutip Tietjen 2004, dekontaminasi adalah
langkah pertama dalam mensterilkan instrumen bedahtindakan, sarung tangan dan peralatan lainnya yang kotor terkontaminasi, terutama jika akan dibersihkan dengan
tangan misalnya, merendam barang-barang yang terkontaminasi dalam larutan klorin 0,5 atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat membunuh HBV dan
HIV. Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani sewaktu pembersihan. Setelah instrumen dan barang-barang lain didekontaminasi, kemudian
Universitas Sumatera Utara
perlu dibersihkan, dan akhirnya dapat disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi. Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah instrumen ini
akan bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang terkelupas atau jaringan di bawah kulit yang biasanya steril.
Virus Hepatitis B juga dapat terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cairan tubuh yang tercemar. Hal ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah
terjangkit dari pada HIV. Penyakit ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi hati. Menurut Chin 2006 bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan
HBV antara lain adalalah darah, air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal, peritoneal, cairan pericardial, cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain.
Penularan infeksi virus hepatitis B juga dapat melalui berbagai cara sepaerti parenteral yaitu terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum
atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non parenteral yaitu persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
5.2.3. Hubungan Pelatihan Kerja dengan Kewaspadaan Umum Universal Precaution Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Hepatitis B di Rumah
Sakit Permata Bunda Medan Tahun 2012
Berdasarkan hasil uji Chi Square, diperoleh hubungan antara pelatihan kerja dengan kewasapadaan umum pada petugas kesehatan dalam pencegahan hepatitis B
di rumah sakit Permata Bunda Medan dengan nilai p 0,066p0,05.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelatihan kerja pada petugas kesehatan tidak berhubungan dengan kewaspadaan umum dalam pencegahan Hepatitis B di
Rumah Sakit Permata Bunda Medan. Hal ini kemungkinan terjadi karena, sebagian petugas memiliki pelatihan
kerja yang rendah, tetapi jika dilihat dari tingkat kewaspadaan umum yang dilakukan cukup baik yaitu 84,1. Fenomena ini menyimpulkan bahwa kesadaran petugas
kesehatan dalam kewaspadaan umum sudah baik walaupun sebagian petugas kesehatan masih kurang mendapatkan pelatihan kerja.
Pelatihan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit dan diikuti oleh petugas kesehatan adalah suatu upaya untuk menambah pengetahuan yang berarti dengan
bertambahnya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Rumah Sakit berarti petugas kesehatan semakin mengetahui tentang dampak dan pencegahan terhadap risiko
infeksi penyakit menular. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yulastri 2008 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan pelatihan kerja dengan pencegahan risiko tertular Hepatitis B di rumah sakit Adam Malik Medan.
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dan keahlian kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja Sastrohadiwiryo, 2002.
Pelatihan di bidang kesehatan juga sangat diharapkan dan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan dibidang kesehatan data dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan PPRI no 32, 1996.
Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat diberi pengertian sebagai proses perkembangan sebuah penyakit, yang melibatkan berbagai variabel di luar
subjek manusia. Kejadian penyakit yang menimpa sekelompok penduduk, bermula dari sebuah agen penyakit yang dikeluarkan dari sumbernya. Agent penyakit dalam
media atau lazim disebut komponen lingkungan, seperti: air, udara, ataupun pangan yang kemudian kontak dengan penduduk secara sendiri-sendiri maupun bersama,
dalam waktu yang bersamaan atau berbeda. Kejadian penyakit pada hakikatnya dipengaruhi oleh variabel-variabel kependudukan dan variabel-variabel lingkungan.
5.3. Kewaspadaan Umum