2.2.2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering
ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan muntah, lemah, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau disekitar
hati, urine berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning jaundice nyeri sendi dan disertai dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit penderita penyakit Hepatitis B
yang menjadi ikterik Naga, 2012. 2.2.3. Sumber dan Cara Penularan Virus Hepatitis B
Menurut Yulastri 2008 penyakit HBV dapat mudah ditularkan kepada semua orang dan semua kelompok umur secara menyusup. Dengan percikan sedikit
darah yang mengandung virus hepatitis B sudah dapat menularkan penyakit. Pada umumnya penularan dari HBV adalah parenteral. Semula penularan HBV
diasosiasikan dengan tranfusi darah atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi setelah ditemukan bentuk dari HBV makin banyak laporan yang ditemukan cara
penularan lainnya. Hal ini disebabkan karena HBV dapat ditemukan dalam setiap cairan yang dikeluarkan dari tubuh penderita, misalnya melalui : darah, air liur
saliva, keringat, air susu ibu ASI, cairan vagina, air mata, feces, urine, termasuk sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus
Hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap
Universitas Sumatera Utara
darah. Oleh karena itu dikenal cara penularan perkutan dan non perkutan yaitu sebagai berikut:
a. Penularan Horizontal Cara penularan horizontal yang dikenal ialah: tranfusi darah yang
terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan selaput
lendir misalnya tertusuk jarum penularan parenteral atau luka benda tajam, menindik telinga, pembuatan tato, pengobatan tusuk jarum akupuntur, penggunaan
alat cukur bersama, kebiasaan menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntikyang kotorkurang steril. Penggunaan alat-alat kedokteran dan perawatan gigi yang
sterilisasinya kurang sempurna kurang memenuhi syarat akan dapat menularkan HBV.
Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-lain dapat juga menularkan HBV, walaupun belum ada laporan. Cara penularan tersebut
disebut penularan perkutan. Sedangkan cara penularan non-kutan diantaranya ialah melalui semen, cairan vagina, yaitu kontak seksual baik homoseks maupun
heteroseks dengan pengidappenderita HVB, atau melalui saliva yang bercium- ciuman dengan penderitapengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi,
dan lainnya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena selaput lendir tubuh yang melapisinya terjadi diskontinuitas, sehingga virus hepatitis B mudah
menembusnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Penularan Vertikal Penularan secara vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang
ibu pengidappenderita HBV kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita
HBV akut pada perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan tertulari Budi, 2011.
Virus Hepatitis B juga dapat terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cairan tubuh yang tercemar. Hal ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah
terjangkit dari pada HIV. Penyakit ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi hati. Menurut Chin 2006 bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan
HBV antara lain adalalah darah, air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal, peritoneal, cairan pericardial, cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain.
Penularan infeksi virus hepatitis B juga dapat melalui berbagai cara sepaerti parenteral yaitu terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum
atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non parenteral yaitu persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap
Hepatitis, Sipilis dan HIV namun tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan
sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk
Universitas Sumatera Utara
penularan penyakit ini. Hepatitis C dapat tertular melalui darah dan plasma yang syringe. Hepatitis D dapat tertular melalui darah dan cairan beku yang
terkontaminasi, jarum suntik dan hubungan seks. Hepatitis E dapat tertular melalui air yang terkontaminasi, dari orang ke orang dengan fecal oral Chin, 2006.
2.2.4. Masa Inkubasi