program pengendalian resistensi TB harus ditekankan pada pentingnya pencegahan transmisi galur resisten.
30,42
TB-MDR terjadi bila strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin yang merupakan dua obat yang paling kuat dari lini
pertama. Pada pengobatan MDR, petugas kesehatan harus mengubah kombinasi obat dengan menambahkan lini kedua. Obat lini kedua memiliki lebih banyak efek
samping, praktis pengobatan lebih lama, dan biaya mungkin 100 kali lebih besar dibandingkan terapi lini pertama. TB jenis MDR juga dapat tumbuh resisten terhadap
obat lini kedua yang akan lebih menyulitkan pengobatan lagi. Pengobatan TB-MDR memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 18-24 bulan.
Terdiri atas dua tahap: tahap awal dan tahap lanjutan. Pedoman WHO membagi pengobatan TB-MDR menjadi lima group berdasarkan potensi dan efikasinya.
Klasifikasi OAT yang dipergunakan dalam pengobatan TB-MDR dibagi dalam 5 kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya, yaitu: Kelompok Pertama: Pirazinamid
dan Etambutol, paling efektif dan ditoleransi dengan baik; Kelompok Kedua: injeksi Kanamisin atau Amikasin, jika alergi diganti dengan Kapreomisin atau Viomisin,
yang bersifat bakterisidal; Kelompok Ketiga: Fluoroquinolone, diantaranya: Levofloksasin, Moksifloksasin, Ofloksasin, yang bersifat bakterisidal tinggi;
Kelompok Keempat: PAS, Etionamid, Protionamid dan Sikloserin, merupakan bakteriostatik lini kedua; Kelompok Kelima: Amoksisilin+Asam Klavulanat,
Makrolide baru Klaritromisin, dan Linezolid, masih belum jelas efikasinya.
43
24,44,45
2.8. Strategi DOTS-Plus
Target Program Pengendalian TB Stop TB Partnership bahwa pada tahun 2015, angka prevalensi dan mortalitas TB relatif berkurang 50 dibandingkan tahun
1990 dan minimal 70 infeksi TB dapat dideteksi dengan strategi DOTS, 85
Universitas Sumatera Utara
diantaranya dinyatakan sembuh. Serta tahun 2050 TB bukan lagi masalah kesehatan masyarakat
global. Salah satu tujuan Rencana Global 2006-2015
mencegahmenangani kasus TB resistensi OAT MDR-TB dengan cara menjalankan program DOTS.
Pada penatalaksanaan TB-MDR yang diterapkan adalah strategi DOTS-plus. Huruf “S” diartikan Strategy, bukan Short–course therapy, “Plus” artinya
menggunakan OAT lini kedua dengan kontrol infeksi.
3,4
Tabel 4. Perbandingan antara Prinsip Strategi DOTS dengan DOTS-plus.
28
Strategi DOTS Strategi DOTS-plus
46
Komitmen administratif dan politik Komitmen administratif dan politik
pemerintah. pemerintah yang lebih lama.
Diagnosis dengan kualitas yang baik Diagnosis yang akurat dengan menggunakan pemeriksaan sputum
pemeriksaan kultur dan uji resistensi mikroskopis.
obat yang terjamin. Pengobatan yang berkesinambungan
Pengobatan yang berkesinambungan terhadap lini pertama untuk pasien
terhadap obat lini pertama dan kedua rawat jalan.
pemberian obat lini kedua dilakukan dibawah pengawasan yang ketat.
Pengawasan obat secara langsung. Pengawasan obat secara langsung.
Pencatatan yang sistematik dan Sistem pelaporan dan perekaman
data bertanggung jawab.
yang memungkinkan untuk pencatatan
dan evaluasi terhadap tahap akhir.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang deskriptif data diperoleh dari data rekam medik dan data Laboratorium Mikrobilogi RSUP H. Adam Malik,
Medan. Data diambil dengan rentang waktu dari Oktober 2010 sampai dengan Juli 2011.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Poli Paru, Bangsal Rawat Inap Paru, Rekam Medik, Mikrobiologi Klinik di RSUP H. Adam Malik, Medan. Jangka waktu penelitian ini
selama 3 tiga bulan, yaitu: Oktober 2011 hingga Desember 2011.
3.3. Subjek Penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat ke poli paru dan rawat inap RS H. Adam Malik, Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah semua penderita TB paru kategori I dengan riwayat OAT kurang dari 1 satu bulan atau tidak pernah dijumpai sebelumnya kasus baru, telah
dilakukan pemeriksaan pewarnaan langsung sputum, kultur BTA dan uji kepekaan terhadap OAT.
Universitas Sumatera Utara