Klasifikasi Resistensi pada Tuberkulosis Paru Penatalaksanaan

Beberapa pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan dalam menegakkan diagnosis TB, antara lain : Pemeriksaan BACTEC, Polymerase chain reaction PCR, Pemeriksaan serologi antara lain: Enzym linked immunosorbent assay ELISA, ICT, Mycodot, Uji peroksidase anti peroksidase PAP, Uji serologi IgG TB.

2.6. Klasifikasi Resistensi pada Tuberkulosis Paru

25 Secara umum resitensi terhadap obat anti tuberkulosis dibagi menjadi: 1. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan; 2. Resistensi initial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah; 3. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan. Terdapat lima jenis kategori resistensi terhadap OAT, yaitu: 1. Mono- resistance kekebalan terhadap salah satu OAT; 2. Poly-resistance kekebalan terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid dan Rifampisin ; 3. Multidrug-resistance MDR kekebalan terhadap sekurang-kurangnya Isoniazid dan Rifampisin; 4. Extensive Drug-resistanceXDR TB-MDR ditambah kekebalan terhadap salah salah satu obat golongan Fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua, diantaranya Kapreomisin, Kanamisin, dan Amikasin. 5. Totally drug-resistanceTDR dikenal juga dengan super XDR TB, yaitu: kuman sudah resisten dengan seluruh OAT lini pertama RHZES dan obat lini ke dua Amikasin, Kanamisin, Kapreomisin, Fluorokuinolon, Tionamid, PAS. 28

2.7. Penatalaksanaan

24,28 Pengobatan kasus resistensi sangat mahal, lebih toksisk, kurang efektif pada infeksi laten sehingga sering mengalami kegagalan. Oleh karena itu, strategi dalam Universitas Sumatera Utara program pengendalian resistensi TB harus ditekankan pada pentingnya pencegahan transmisi galur resisten. 30,42 TB-MDR terjadi bila strain Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin yang merupakan dua obat yang paling kuat dari lini pertama. Pada pengobatan MDR, petugas kesehatan harus mengubah kombinasi obat dengan menambahkan lini kedua. Obat lini kedua memiliki lebih banyak efek samping, praktis pengobatan lebih lama, dan biaya mungkin 100 kali lebih besar dibandingkan terapi lini pertama. TB jenis MDR juga dapat tumbuh resisten terhadap obat lini kedua yang akan lebih menyulitkan pengobatan lagi. Pengobatan TB-MDR memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 18-24 bulan. Terdiri atas dua tahap: tahap awal dan tahap lanjutan. Pedoman WHO membagi pengobatan TB-MDR menjadi lima group berdasarkan potensi dan efikasinya. Klasifikasi OAT yang dipergunakan dalam pengobatan TB-MDR dibagi dalam 5 kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya, yaitu: Kelompok Pertama: Pirazinamid dan Etambutol, paling efektif dan ditoleransi dengan baik; Kelompok Kedua: injeksi Kanamisin atau Amikasin, jika alergi diganti dengan Kapreomisin atau Viomisin, yang bersifat bakterisidal; Kelompok Ketiga: Fluoroquinolone, diantaranya: Levofloksasin, Moksifloksasin, Ofloksasin, yang bersifat bakterisidal tinggi; Kelompok Keempat: PAS, Etionamid, Protionamid dan Sikloserin, merupakan bakteriostatik lini kedua; Kelompok Kelima: Amoksisilin+Asam Klavulanat, Makrolide baru Klaritromisin, dan Linezolid, masih belum jelas efikasinya. 43 24,44,45

2.8. Strategi DOTS-Plus