kuartener dan campuran lainnya. Preparat setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang sesuai dari pengaruh pengerusakan oleh
udara, cahaya uap air lembab dan panas, serta kemungkinan terjadinya interaksi
kimia antara preparat dengan wadah Ansel, 1989. 2.1.3 Penggolongan krim
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi air dalam minyak AM dan emulsi minyak dalam air MA. Sebagai pengemulsi, dapat digunakan surfaktan anionik,
kationik dan nonionik. Untuk tipe AM digunakan sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain–lain. Krim tipe MA mudah dicuci.
Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah nipagin 0,12 - 0,18 dan nipasol 0,02
- 0,05 Anief, 1999.
2.1.4 Metode pembuatan krim
Pembuatan sediaan krim secara umum meliputi: proses peleburan dan emulsifikasi. Biasanya, komponen yang tidak bercampur dengan air, seperti
minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama di dalam penangas air pada suhu 70- 75ºC, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut
dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilinlemak. Selanjutnya campuran perlahan-
lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental Widodo, 2013.
2.1.5 Pengemasan dan penyimpanan krim
Krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube. Botol yang terbuat dari gelas maupun botol plastik juga dapat digunakan. Tube dibuat dari
timah atau plastik, beberapa di antaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus. Botol dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
mengemas sejumlah krim yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan memakai spatula yang fleksibel dan menekannya ke bawah, sejajar melalui tepi botol guna
menghindari kemungkinan terperangkapnya udara di dalam botol Ansel, 1989. Krim dalam tube lebih luas pemakaiannya daripada botol, disebabkan
lebih mudah dan menyenangkan digunakan oleh pasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan. Kebanyakan krim harus disimpan pada temperatur di
bawah 30ºC untuk mencegah melembek apalagi dasar krimnya bersifat dapat mencair Ansel, 1989.
2.2 Obat Kulit Topikal Kortikosteroid
Obat kortikosteroid tersedia dalam bentuk salep dan krim. Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat dengan penampilan tidak jernih,
berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistensi dan sifat rheologisnya tergantung pada jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak
dalam air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal Lachman, dkk., 1994.
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, lemak, juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, sistem syaraf dan organ
lain. Karena fungsi kortikosteroid penting untuk kelangsungan hidup organisme,