Masa Reformasi Model Pemilihan Umum Kepala Daerah dalam Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

3. Masa Reformasi

Gerakan reformasi tidak hanya memasang target rezim Orde Baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Oleh karena itu, setelah Soeharto tumbang, pemilu segera dilaksanakan. Pemilu tidak saja ditujukan untuk mewujudkan aspirasi dan kedaulatan rakyat dalam menentukan pemimpinnya, tetapi juga bagian dari peralihan kekuasaan yang dilakukan secara demokratis. Di tengah kekhawatiran akan terjadinya kerusuhan sosial, pemilu 1999 telah terlaksana dengan lebih bebas, lebih jujur dan lebih adil dari pada penyelenggaraan pemilu Orde Baru. Terdapat banyak kelemahan dan kesalahan, tetapi karena pemilu 1999 dipersiapkan dalam waktu terbatas dan merupakan pengalaman pertama melaksanakan pemilu bersendikan pada prinsip-prinsip demokrasi, maka kelemahan dan kesalahan itu dapat dimaklumi rakyat, sehingga proses dari hasil pemilu 1999 bisa diterima rakyat. Namun pasca pemilu tahun 1999, rakyat mulai terlibat dan menjadi saksi dalam dinamika politik di Indonesia. Moral kinerja sebagian pimpinan politik yang duduk di legislatif maupun eksekutif yang jauh dari harapan, tidak saja menimbulkan kekecewaan, tetapi juga menjadikan pemilu 2004 menjadi titik krusial dalam proses demokrasi politik Indonesia kedepannya. Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau disingkat dengan sebutan Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni tahun 2005. Pemilu tahun 2005 adalah sebuah proses politik yang strategis untuk mewujudkan desain sistem ketatanegaraan baru pasca amandemen UUD 1945. Pemilihan kepala daerah secara langsung dijelaskan oleh UU No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 6 Tahun 2005 tentang pemilihan kepala daerah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dilakukan sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung yang dilakukan pada tahun 2005. Pemilu 2004 dapat dikatakan sukses dilihat dari sisi prosesnya, karena telah berlangsung secara demokratis, aman, tertib dan lancar, serta jujur dan adil. Walaupun diakui bahwa, masih tetap saja terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang memang harus mendapat perbaikan, guna mewujudkan pemilu yang lebih berkualitas di masa mendatang. Berikut adalah beberapa kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pemilu 2004, yang diantaranya 81 : 1. Kurang akuratnya data pemilih. 2. Keterlambatan dan kekeliruan pendistribusian logistik pemilu. 3. Pencoblosan gandatembus ke halaman belakang surat suara. 81 Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas Pemilu Legislatif, Jakarta: Raja Grafindo, 2009, h. 5. 4. Relatif besarnya jumlah surat suara yang dinyatakan tidak sah. 5. Para saksi tidak kredibel. Namun dari semua kekurangan yang ada tidak mengurangi kualitas keabsahan dari pemilu itu sendiri. Namun, dengan adanya kekurangan yang ada dapat menjadi perbaikan di masa mendatang agar tercipta pemilu yang lebih berkualitas. 82 Pelaksanaan pilkada langsung secara optimistik dapat dikatakan sebagai bentuk pengukuhan terhadap otonomi rakyat di daerah dalam menentukan kepala pemerintahan. Idealnya pemerintahan yang dipilih secara langsung dan memiliki legitimasi politik yang kuat akan melaksanakan fungsi sesuai dengan aspirasi masyarakat, karena spirit dari pilkada langsung adalah mendekatkan pemerintah kepada rakyat. Sejarah mencatat, pilkada di Indonesia tidak pernah menggunakan sistem langsung, melainkan dengan tiga sistem yakni: 1 sistem pengangkatan berdasarkan UU No, 27 Tahun 1902, UU No. 22 Tahun 1948 dan UU No. 5 Tahun 1959; 2 sistem perwakilan semu berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974; 3 sistem perwakilan berdasarkan UU No. 18 Tahun 1965 dan UU No. 22 Tahun 1999. 83

4. Mekanisme Mengenai Pemegang Hak Memilih Kepala Daerah dalam Regulasi Pemilukada