Masa Orde Lama Model Pemilihan Umum Kepala Daerah dalam Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

C. Model Pemilihan Umum Kepala Daerah dalam Sejarah Ketatanegaraan Indonesia

1. Masa Orde Lama

Masyarakat Indonesia dapat dikatakan telah akrab dengan pemilu. Secara teratur setiap lima tahun, terhitung semenjak tahun 1971, Indonesia menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota-anggota DPRD I, DPRD II, DPR dan imbangan suara untuk anggota MPR. Pemilu 1955 adalah perhelatan pesta demokrasi pertama yang diselenggarakan bangsa ini, dan juga merupakan satu-satunya pemilu yang terjadi pada orde lama. Kala itu Republik Indonesia baru saja menginjak usia 10 tahun pasca kemerdekaan. Sekitar tiga bulan setelah kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, pemerintah saat itu sudah menyatakan keinginannya menyelenggarakan pemilu di awal tahun 1945.. Hal itu dicantumkan dalam Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta tanggal 3 November 1945 yang berisi anjuran tentang pembentukan partai-partai politik. Maklumat menyebutkan, pemilu untuk memilih anggota DPR dan MPR akan diselenggarakan bulan Januari 1946. 76 76 http:www.antaranews.compemiluberita421358sejarah-pemilu-orde-lama-1945- 1965 . Diunggah pada tanggal 19 januari 2014 Dalam UU No 12 Tahun 1949 77 diamanatkan bahwa pemilihan umum yang akan dilakukan adalah bertingkat tidak langsung, untuk menghindari distorsi akibat banyaknya warga negara yang buta huruf saat itu. Kemudian pada paruh kedua tahun 1950, ketika Mohammad Natsir dari Masyumi menjadi Perdana Menteri, pemerintah memutuskan untuk menjadikan pemilu sebagai program kabinetnya. Sejak itu pembahasan UU Pemilu mulai dilakukan lagi, yang dilakukan oleh Panitia Sahardjo dari Kantor Panitia Pemilihan Pusat sebelum kemudian dilanjutkan ke parlemen. Pada waktu itu Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, setelah sejak 1949 menjadi negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat RIS. Setelah Kabinet Natsir jatuh enam bulan kemudian, pembahasan RUU Pemilu dilanjutkan pemerintahan Sukiman Wirjosandjojo, juga dari Masyumi. Pemerintah ketika itu berupaya menyelenggarakan pemilu karena pasal 57 UUDS 1950 78 menyatakan bahwa anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Tetapi pemerintah Sukiman tidak berhasil menuntaskan pembahasan undang-undang pemilu tersebut. Selanjutnya UU ini baru selesai dibahas oleh parlemen pada masa pemerintahan Wilopo dari PNI pada tahun 1953, yang melahirkan UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilu. 77 Peraturan tentang mengadakan perubahan dalam undang-undang No. 27 Tahun 1948 mengenai susunan DPR dan pemilihan anggota-anggotanya. 78 PASAL 57 UUDS 1950: Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih dalam suatu pemilihan umum oleh warga negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat dan menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Undang-undang inilah yang kemudian menjadi payung hukum Pemilu 1955 yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Dengan demikian UU No. 27 Tahun 1948 tentang Pemilu yang diubah dengan UU No. 12 tahun 1949 yang mengadopsi pemilihan bertingkat tidak langsung bagi anggota DPR praktis tidak berlaku lagi. Sistem pemilu yang dianut pada pemilu 1955 dapat disebutkan sebagai sistem proporsional murni dengan sistem daftar list systems. Para pemilih diberi kesempatan secara teoritis untuk memilih tanda gambar atau orang yang ada dalam daftar calon orang yang diajukan orsospol peserta pemilu dan perorangan. Tetapi dalam praktiknya, hal tersebut tidak dilaksanakan oleh organisasi sosial politik orsospol peserta pemilu, sehingga hanya berlaku untuk calon perorangan saja. 79

2. Masa Orde Baru UU No. 22 Tahun 1999