Undang-undang inilah yang kemudian menjadi payung hukum Pemilu 1955 yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas dan rahasia.
Dengan demikian UU No. 27 Tahun 1948 tentang Pemilu yang diubah dengan UU No. 12 tahun 1949 yang mengadopsi pemilihan bertingkat
tidak langsung bagi anggota DPR praktis tidak berlaku lagi. Sistem pemilu yang dianut pada pemilu 1955 dapat disebutkan
sebagai sistem proporsional murni dengan sistem daftar list systems. Para pemilih diberi kesempatan secara teoritis untuk memilih tanda gambar
atau orang yang ada dalam daftar calon orang yang diajukan orsospol peserta pemilu dan perorangan. Tetapi dalam praktiknya, hal tersebut tidak
dilaksanakan oleh organisasi sosial politik orsospol peserta pemilu, sehingga hanya berlaku untuk calon perorangan saja.
79
2. Masa Orde Baru UU No. 22 Tahun 1999
Pemilu pertama Orde Baru diselenggarakan pada tanggal 3 Juli 1971, kedua pada Mei 1977, ketiga pada 4 Mei 1982, Keempat pada 23
Mei 1987 dan kelima pada 9 Juni 1992. Sebelumnya pada masa liberal, Indonesia telah menyelenggarakan pemilu satu kali, yaitu pada 29
September 1955. Sehingga secara keseluruhan sejak diproklamirkan kemerdekaan, Indonesia telah menyelenggarakan 6 kali pemilu.
Mekanisme pemilihan kepala daerah sebelum dan sesudah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
79
Seri Penerbitan Studi Politik, Evaluasi Pemilu Orde Baru, Bandung: Mizan, 1997, h. 33
sungguh jauh berbeda. Mekanisme pemilihan kepala daerah sebelum perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22
Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, menggunakan mekanisme pemilihan perwakilan.
Artinya kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD.
Permasalahan dalam sistem pemilihan kepala daerah sebelum perubahan UUD NRI Tahun 1945, terdapat dua bentuk permasalahan,
yaitu pertama, kepala daerah yang terpilih kemungkinan besar tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena anggota
DPRD tidak memperhatikan kepentingan masyarakat, tetapi lebih memperhatikan kepentingan partai dan golongan. Kedua, terjadinya money
politic di parlemen. Para kandidat calon kepala daerah menggunakan segala cara untuk memuluskan langkahnya untuk menjadi kepala daerah.
Pemilu selama orde baru merupakan ukuran yang tidak sempurna dari keinginan politik rakyat.
80
Pemilu-pemilu tersebut merefleksikan suatu proses pemilihan yang dikelola dan dikontrol menurut desain
pemerintah, yang kekuasaannya terutama berasal dari dukungan ABRI. Hal ini digunakan untuk menunjukkan legitimasinya kepada rakyat dan
kepada dunia luar.
80
Rusli M. karim, Pemilu Demokratis Kompetitif, Yogya: WacanaYogya,1991, h.27
3. Masa Reformasi