Pemilu dalam Perspektif Teoritis

dari adanya dan berfungsinya kegiatan bernegara tersebut. Dari sinilah kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui sistem demokrasi.

C. Pemilu dalam Perspektif Teoritis

Pemilihan adalah mekanisme yang resmi yang secara periodic dapat digunakan sebagai proses pertanggungjawaban vertikal. Banyak konskuensi yang diakibatkannya karena akses dan pegangan kekuasaan dalam Negara bergantung pada referensi pemilih.Partisipasi dalam bidang politik ini tidaklah semata-mata hanya sekedar pelengkap saja melainkan harus berperan aktif di dalam pengambilan politik yang menyangkut kepentingan kesinambungan negara dan bangsa. 51 Pemilu diitentikkan sebagai suatu sistem, dan kiranya perlu mengelaborasi maksud dari sistem pemilihan umum. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan sistem sebagau perangkat unsur yang teratur dan saling berkaitan sehingga menjadi suatu totalitas. 52 Sistem terdiri dari beberapa unsure dimana satu sama lain saling berkaitan untuk membentuk suatu yang lebih besar yang disebut sistem. Sedangkan pemilihan umum diartikan sebagai proses, cara perbuatan memilih yang dilakukan serentak oleh seluruh rakyat suatu Negara. 53 51 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia, 2008, h. 474. 52 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2005, h. 1076 53 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 874 Definisi lain tentang sistem pemilu dikemukakan Matias Iaryczower dan Andrea Mattozi dari California institute of Technology. Mereka berpendapat sistem pemilu adalah. 54 “Menerjemahkan suara yang diberikan saat pemilu menjadi sejumlah kursi yang dimenangkan oleh setiap partai di dewan legislative nasional. Dengan memastikan bagaimana pilihan pemilih terpetakan secara baik dalam tiap kebijakan yang dihasilkan, menjadikan sistem p emilihan umum sebagai lembaga penting dalam demokrasi perwakilan.” Pemilihan umum merupakan sarana yang sangat penting bagi terselenggaranya sebuah sistem politik yang demokratis. Melalui sarana inilah rakyat melakukan kontrol terhadap jalannya pemrintahan, dan kalau perlu, menentukan apakah mereka masih mau memiliki pemerintah yang sekarang sedang berkuasa. 55 Pemilu menjadi ajang bagi rakyat Indonesia bersama-sama menjadi pelaku “pesta demokrasi” untuk memilih wakil-wakilnya di legislatif dan eksekutif. Pemilihan umum menghasilkan lembaga legislatif atau perlemen. Anggota-anggota parlemen merupakan wakil-wakil rakyat melalui Dewan Perwakilan Rakyat DPR bisa secara terus-menerus melakukan kontrol terhadap jalannya pemerintahan. Pemilihan umum yang tidak dijalankan dengan benar akan menghasilkan wakil-wakil rakyat 54 Khairul Fahmi, Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat, h. 52 55 Abdul G. Hakim, Mendemokratiskan Pemilu, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, h. 51 yang tidak benar pula. Wakil-wakil rakyat yang tidak benar tidak akan bisa menjalankan tugas pemerintahan secara benar 56 . Pemilihan umum pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden pilpres, yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. 57 Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pilkada juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah pemilu lebih sering merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Pemilu menjadi salah satu media untuk mengubah dan melembagakan aturan yang lebih demokratis dalam tata pemerintahan. Pemilu tidaklah menjadi akhir dari proses pembelajaran demokrasi, namun sebaliknya menjadi awal untuk melakukan perubahan struktur dan praktik bernegara kearah yang lebih baik dan demokratis. Pemilu menjadi prasyarat dalam kehidupan bernegara dan bemasyarakat secara demokratis sehingga dalam pemilu sebenarnya rakyat 56 Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Desentralisasi, Jakarta: Graha Ilmu, 2008, h. 3 57 Id.wikipedia.orgwikipemilihan_umum_di_Indonesia sebagai pemegang kedaulatan akan; pertama, memperbarui kontrak sosial; kedua, memilih pemerintah baru; dan ketiga menaruh harapan baru dengan adanya pemerintahan baru. 58 Pemilu memuat perjanjian antara rakyat dengan mereka yang diberi mandat untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, sehingga pemilu juga menjadi suatu bentuk kontrak sosial. Kontrak ini dibuat dengan partai pemenang pemilu sebagai bukti bahwa program-programnya sesuai dengan aspirasi rakyat. Ketika seseorang memberikan suaranya pada suatu partai, maka hakikatnya suara tersebut menjadi simbol persetujuan rakyat terhadap program-program partai atau kandidat yang bersangkutan. Dalam demokrasi perwakilan, meskipun rakyat telah memilih wakil-wakilnya melalui pemilu hal ini tidak berarti bahwa rakyat secara bulat menyerahkan hak kedaulatannya kepada para wakil-wakil rakyat tersebut. Karena sesungguhnya hak rakyat yang diwakilkan kepada para wakil rakyat hanyalah sekedar hak-hak yang berkenaan dengan menjalankan fungsi legislatif. Hak-hak rakyat lainnya untuk mengontrol pemerintah antara lain, hak untuk menyatakan. Untuk menjadikan pemilu lebih memenuhi asas demokratisnya, maka adanya pemilu secara langsung yaitu melalui UU No. 32 Tahun 2004. Berbagai peraturan dan praktik penyelenggaraan Pemilu 2004 didesain sedemikian didewasakan untuk mengkondisikan pemilu yang lebih demokratis. 58 Ibid, h. 5 Pemilu 2004 berbeda dengan pemilu sebelumnya, di mana rakyat hanya memilih anggota legislatif di DPR maupun DPRD dengan cara memilih tanda gambar partai politik peserta pemilu. Dalam pemilu 2004 rakyat dalam memilih wakilnya dilaksanakan secara langsung. Hal ini di yakini cukup menjadi akomodasi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia. Pemilu 2004 dilaksanakan secara langsung, di mana rakyat memilih partai dan figur kandidat yang akan menjadi anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden dan Wakil Presiden. Pemilihan secara langsung diharapkan dapat meminimalikan praktik money politics maupun kecurangan-kecurangan lain yang selama ini menjadi kekurangan dalam pemilu sebelumnya. Pada intinya, pemilihan langsung dinilai lebih demokratis karena rakyat memilih wakilnya menurut hati nurani mereka.

BAB III REGULASI PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

A. Demokrasi Lokal di Indonesia

Demokrasi dan kedaulatan rakyat implementasikan dalam sebuah pemilihan umum, baik pemilihan presiden, pemilu legilastif, ataupun pemilihan umum Kepala Daerah. Pemilihan umum itulah rakyat yang berdaulat dalam memilih wakil-wakilnya yang diharapkan dapat menyuarakan aspirasi mereka sebagai wakil rakyat. Di sini dibahas mengenai upaya perwujudan asas kedaulatan rakyat dalam suatu model demokrasi perwakilan. Pemilukada dinilai dapat mengakomodasi sistem seleksi terpadu yang saling melengkapi untuk melahirkan calon Kepala Daerah terpilih yang berkualitas, mulai dari seleksi sistem kenegaraan, partai politik, administratif, hukum administratif sampai seleksi politis. 59 Atas dasar itu, Pemilukada diharapkan akan menghasilkan figur pemimpin yang aspiratif dan berkualitas yang akan lebih mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya. Harapan lain, Pemilukada menjadi bagian integral dan akselarasi demokratisasi di tingkat nasional. Artinya, demokrasi di tataran nasional akan bertumbuhkembang secara mapan jika pada tingkatan lokal nilai-nilai demokrasi telah berakar kuat terlebih dulu. 60 59 Joko. J. Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2008, h. 195-196 60 Ibid 36