Kadar Air Distribusi Ukuran Partikel

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta persentase yang cukup rendah yaitu berkisar dari 24,96 - 27,02. Dengan rincian untuk tiap formula dapat dilihat pada Tabel 4.3. Nilai PK dari formulasi mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya perbandingan penyalut HPMC yang digunakan, dimana nilai PK pada FIII lebih besar dari FII dan FI, dan FII lebih besar dari FI. Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh volume yang berbeda dari tiap formula partikel FIII FII FI namun yang tertinggal pada alat kurang lebih akan sama. Hasil persentase nilai PK yang sangat rendah ini mungkin disebabkan di dalam proses pembuatan banyak mikropartikel yang menempel pada permukaan tabung. Selain itu, juga disebabkan karena viskositas larutan yang sangat rendah sehingga membutuhkan energi dan tekanan yang lebih kecil dan droplet dapat lolos dan terbuang melalui blower alat semprot kering spray drying Rosidah, 2010.

4.3.2 Sifat Alir

Hasil penentuan sifat alir dari serbuk mikropartikel dari masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sifat alir yang diperoleh dari hasil mikropartikel kurang baik disebabkan karena ukuran serbuk yang sangat kecil sehingga sudut kontak serbukpun semakin kecil yang menyebabkan kohesivitas semakin besar dan adhesivitas terhadap alat pengukur sifat alir juga semakin besar. Namun, sifat alir membaik seiring dengan bertambahnya bahan penyalut yang digunakan. Hal ini disebabkan karena dengan seiring bertambahnya bahan penyalut maka ukuran mikropartikel semakin besar dan semakin sferis bulat bentuknya sehingga serbuk makin mudah mengalir. Ditambah lagi gaya kohesivitas dan adhesivitasnya semakin rendah karena semakin besarnya sudut kontak serbuk Nugraharani, 2005.

4.3.3 Kadar Air

Pemeriksaan kadar air pada mikropartikel ekstrak etanol 50 kulit buah manggis dilakukan dengan alat moisture balance. Mikropartikel ditimbang di atas cawan aluminium sebanyak 1 g, lalu dihitung kadar airnya pada suhu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 105 ⁰. Hasil analisa kadar air mikropartikel berkisar antara 3,50 – 5,58. Selengkapnya dapat dilihat pada ringkasan Tabel 4.3. Kadar air mikropartikel yang dihasilkan dari proses semprot kering penting untuk diketahui karena kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi stabilitas dari sediaan. Syarat kadar air pada suatu matriks adalah 3 – 5 Voight, 1994. Dan hasil uji kadar air menunjukkan bahwa dari ketiga formulasi masih berada dalam rentang standar. Kecuali FIII yang memiliki kadar air di atas rentang yaitu 5,58, hal ini dapat dipertimbangkan untuk dikeringkan lebih lanjut setelah di semprot kering menggunakan oven.

4.3.4 Distribusi Ukuran Partikel

Ditribusi ukuran partikel merupakan evaluasi fisik pada mikropartikel yang ditujukan untuk mengetahui diameter rata-rata pada partikel. Metode yang digunakan adalah mikroskop optik dengan medium minyak zaitun. Pemilihan medium berdasarkan dari ketidakmampuan zat aktif dan polimer untuk terlarut atau mengembang sehingga diharapkan mikropartikel dapat terdistribusi secara baik. Pada pengukuran diameter partikel dibantu dengan vortex untuk mencegah timbulnya agregat yang sangat berpengaruh pada hasil diameter partikel Hinrics et al.,2006. Distribusi ukuran partikel dari tiap formula dapat dilihat pada Gambar 4.1. Profil distribusi ukuran partikel menunjukkan bahwa FIII yang mengandung perbandingan polimer yang lebih tinggi memiliki nilai diameter rata-rata partikel yang lebih besar dibanding formula yang lain yaitu 26,33µm sedangkan untuk FII 15,10µm dan FI memiliki diameter rata-rata 13,12 µm. Adanya perbedaan diameter rata-rata partikel yang dihasilkan dipengaruhi oleh perbandingan jumlah polimer yang digunakan. Polimer yang digunakan semakin banyak maka ukuran partikel akan semakin besar Rosida,2010. Ukuran mikropartikel yang dihasilkan masih memenuhi persyaratan yaitu 5 – 600 µm Emsap, 2002. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 20 40 60 80 3,5 8 13 18 23 28 33 38 43 45 Ju m lah P ar tik el Ukuran Partikel µm FII 10 20 30 40 3,5 8 13 18 23 28 33 38 43 45 Ju m lah P ar ti k el Ukuran Partikel µm FIII Gambar 4.1 Distribusi Ukuran Partikel FI, FII, dan FIII

4.3.5 Efisiensi Penjerapan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Perbandingan Stabilitas Antioksidan antara Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Bentuk Mikropartikelnya Menggunakan Meode DPPH

5 70 79

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

7 47 93

Formulasi dan Karakterisasi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Metode Semprot Kering (Spray Drying)

2 44 87