Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikroskapsul Evaluasi Mikrokapsul

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2 Spray Dryer EYELA SD-1000 [Sumber : Koleksi Pribadi] 4. Metode penyalutan dalam panci Mikroenkapsulasi dengan menggunakan metode penyalutan dalam panci telah luas digunakan dalam industri farmasi. Pada metode ini penyalut digunakan sebagai satu larutan atau sebagai semprotan halus ke suatu bahan inti padat di dalam panci penyalut untuk memindahkan larutan penyalut, biasanya air hangat digunakan pada bahan-bahan tersalut saat penyalutan ada di dalam panci penyalut. Penghilangan penyalut dilakukan dalam oven pengering Bakam, 1986.

2.3 Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikroskapsul

Pelepasan obat dari mikrokapsul dapat melalui berbagi cara yaitu melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer atau kombinasi dari erosi dan difusi. Umumnya obat yang dibuat dengan cara ini lebih banyak dilepaskan melalui difusi membran. Cairan dari saluran pencernaan berdifusi melalui membran ke dalam sel, kemudian obat akan melalui difusi pasif dari larutan konsentrasi tinggi di dalam sel kapsul melalui membran ke tempat konsentrasi rendah pada cairan saluran pencernaan. Jadi kecepatan pelepasan ditentukan oleh sifat difusi obat pada membran Deasy, 1984. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari mikrokapsul antara lain : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a. Sifat fisik dari mikrokapsul, meliputi bentuk, ukuran, susun inti, dan materi penyalut. b. Sifat fisikokima dari obat, meliputi kelarutan, dan difusitas. c. Sifat fisikokimia dari penyalut, meliputi ketebalan dan porositas.

2.4 Evaluasi Mikrokapsul

Pembuatan suatu produk obat khususnya mikrokapsul, tidak lepas dari berbagai jenis evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui layak atau tidaknya mikrokapsul yang diperoleh tersebut untuk digunakan dan dipasarkan ke masyarakat. Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi perolehan kembali, pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrokapsul, penetapan kadar air, penentuan kandungan zat aktif pada mikrokapsul dan efisiensi penyerapan, uji pelepasan secara in vitro, serta distribusi ukuran partikel. a. Perolehan kembali Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan total mikrokapsul yang diperoleh terhadap total ekstrak kulit buah manggis dengan polimer yang digunakan pada mikrokapsul. Untuk menentukan faktor perolehan kembali digunakan rumus Kumar et al., 2011: 2,1 Keterangan : PK = faktor perolehan kembali g, Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh g, Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel b. Pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrokapsul Pemeriksaan bentuk dan morfologi permukaan mikrokapsul dengan Scanning Electron Microscopy SEM untuk mengetahui karakteristik permukaan dan adanya pori-pori pada permukaan mikrokapsul. Mikrokapsul disalut dengan logam emas menggunakan coater di bawah vakum dan sampel diuji dengan SEM Sutriyo, 2004. c. Penetapan kadar air Mikrokapsul diukur kadar airnya menggunakan alat pengukur kadar lembab moisture balance. Lalu dihitung kadar air konstan Sugindro, 2008. d. Sifat alir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sifat alir serbuk sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien. Aliran serbuk atau granul yang baik unutk dikempa sangat penting untuk memastikan pencampuran yang efisien dan keragaman bobot yang dapat diterima untuk tablet kempa. Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam ke dalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar fasilitas produksi Sing, 1993. Sifat aliran dipengarahi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang bulat dan lebih besar menunjukkan aliran yang lebih baik Oakland, 1996. Selain itu, kebanyakan sifat aliran sangat dipengaruhi oleh bobot jenis, muatan elektrostatik, dan lembap yang diabsorpsi. Metode untuk mengevaluasi aliran serbuk antara lain metode sudut istirahat dan metode corong : 1. Metode sudut istirahat Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur mampu alir serbuk karena hubunganya dengan kohesi antar partikel. Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan salah stunya yang sering digunakan adalah metode corong Kohli, 1998. Serbuk seberat 100 gram dilewatkan melalui corong dan jatuh ke aras sehelai kertas grafik. Setelah onggokan serbuk membentuk kerucut stabil, sudut istirahatnya diukur. Metode ini disebut “uji sudut jatuh”. Untuk kebanyakan serbuk farmasetik, nilai sudut istirahat berkisar dari 25 ⁰ sampai 45 ⁰, dengan nilai yang lebih rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik Sing, 1993. Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur ketinggian dan diameter sampel serbuk yang mengalir tersebut dengan persamaan berikut : 2,2 Keteranganμ α = sudut istirahat, H = tinggi maksimum kerucut, R = jari-jari serbuk 2. Metode Corong Langsung Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan mampu alir serbuk secara langsung, yakni kecepatan alir serbuk dengan bobot tertentu melalui corong diukur dalan detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan pada lubang keluar corong lalu diisi dengan serbuk yang telah ditimbang terlebih dahulu, biasanya 100 gram UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serbuk. Ketika penutup dibuka, dicatat waktu yang dibutuhkan serbuk untuk keluar. Dengan membagi serbuk dengan waktu keluar tersebut, kecepatan alir diperoleh sehingga dibandingkan untuk perbandingan kuantitatif berbagai serbuk yang berbeda Kohli, 1998. 2,3 Jika kecepatan alir serbuk dianggap baik Lieberman, 1990. e. Evaluasi distribusi ukuran partikel Karakterisasi ukuran partikel merupakan hal yang penting untuk diketahui apakah ukuran partikel mikrokapsul tersebut berada dalam rentang yang optimal. Ada banyak metode yang digunakan misalnya : 1. Mikroskopi Menggunakan alat mikroskopi optik untuk pengukuran ukuran partikel yang berkisar 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. 2. Pengayakan Pada metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi oleh The National Standars. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut dapat digunakan untuk mengayak bahan sampai 44 µm. Untuk menguji kehalusan serbuk suatu sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan selama waktu tertentu dan bahan yang melalui suatu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus kemudian dikumpulkan dan ditimbang. 3. Sedimentasi Metode Andreason Pipette Penggunaan ultrasentrifugasi untuk penentuan berat molekul dari polimer yang tinggi. Sampel ditarik dari bawah menggunakan pipet, dan sejumlah padatan ditentukan dengan pegeringan dan penimbangan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.1 Rentang Ukuran Partikel Mikrokapsul pada Beberapa Metode Mikroenkapsulasi f. Penentuan kandungan zat aktif dalam mikrokapsul dan efisiensi penjerapan Penentuan kandungan obat mikrokapsul dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang dapat terkapsulasi dan efiseiensi metode yang digunakan. Mikrokapsul dapat mengandung bahan inti sampai 99 dihitung terhadap berat mikrokapsul. Metode yang digunakan tergantung dari kelarutan bahan penyalut dan bahan inti, salah satu metodenya yaitu dengan spektrofotometri UV-Vis. Jika bahan inti dan bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka penentuan kandungan mikrokapsul dilakukan dengan melarutkan mikrokapsul dalam pelarut organik yang sesuai dan kadar obat kemudian ditentukan dengan metode analisa yang sesuai. Jika hanya bahan inti saja yang larut dalam air, sedangkan bahan penyalutnya tidak larut makan dapat dilakukan pelarutan mikrokapsul dalam air dengan pengadukan kecepatan tinggi, sehingga bahan penyalut akan terlarut atau dapat pula dilakukan penggerusan mikrokapsul sehingga penyalut pecah dan inti dapat terlarut dalam pelarut yang sesuai. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk menghilangkan fragmen polimer yang tidak larut. Bahan inti selanjutnya ditentukan kadarnya dengan metode analisa yang sesuai Lachamn, 1994. Metode mikroenkapsulasi Bahan inti Rentang ukuran µm Suspensi udara Padat 35 – 5000 Pemisahan fase koaservasi Padat dan cair 1 – 5000 Penyalut dalam panik Padat 600 – 5000 Penguapan pelarut Padat dan cair 1 – 5000 Semprot kering spray drying Padat dan cair 5 – 600 [Sumber : Emsap, 2002; Martin et al., 1993] UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kandungan obat fraksi zat aktif dalam mikropartikel ditentukan dengan menggunakan rumus Kumar et al., 2011 : 2,4 g. Uji pelepasan secara in vitro Laju pelepasan in vitro adalah jumlah bahan padat yang terlarut pada setiap waktu tertentu. Proses pelepasan zat aktif ini sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh dan selanjutnya akan mempengaruhi respon klinis yang dihasilkan oleh suatu sediaan. Untuk obat yang kelarutannya sangat kecil, laju pelepasan menentukan proses absorbsi obat pada saluran cerna. Uji pelepasan in vitro ini dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu medium dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam zat aktif. Noyes dan Whitney menggambarkan proses pelepasan bahwa padat dimulai dengan pelarutan bahan pada permukaan partikel zat aktif, yang membentuk larutan jernih di sekeliling partikel. Obat yang terlarut dalam larutan jernih diasumsikan sebagai stagnan layer atau lapisan tetap yang tipis, yang selanjutnya berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Adapun persamaan yang menggambarkan persamaan disolusi adalah : 2,5 Keterangan: dC = Perubahan konsentrasi suatu fungsi obat, k = Konstanta kecepatan disolusi, Cs = Konstanta jenuh larutan, C = Konstanta larutan pada waktu tertentu.

2.5 Buah Manggis Garcinia mangostana L.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Perbandingan Stabilitas Antioksidan antara Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Bentuk Mikropartikelnya Menggunakan Meode DPPH

5 70 79

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

7 47 93

Formulasi dan Karakterisasi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Metode Semprot Kering (Spray Drying)

2 44 87