UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 40
60 80
3,5 8
13 18
23 28
33 38
43 45
Ju m
lah P
ar tik
el
Ukuran Partikel µm
FII
10 20
30 40
3,5 8
13 18
23 28
33 38
43 45
Ju m
lah P
ar ti
k el
Ukuran Partikel µm
FIII
Gambar 4.1 Distribusi Ukuran Partikel FI, FII, dan FIII
4.3.5 Efisiensi Penjerapan
Nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula FI, FII, dan FIII masing- masing adalah 9±0,8, 23,87±4,0, dan 32,83±0,6. Tujuan dilakukannya
evaluasi efisiensi penjerapan zat aktif di dalam mikropartikel yaitu untuk mengetahui kemampuan polimer dalam menjerap zat aktif dan mengetahui
efisiensi dari metode yang digunakan. Hasilnya menunjukkan nilai efisiensi penjerapan dari FIII yang lebih besar dari FII dan FI, dan FII lebih besar dari
FI.
20 40
60 80
3,5 8
13 18
23 28
33 38
43 45
Ju m
alh P
ar tik
el
Ukuran Partikel µm
FI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kadar alfa mangostin total pada mikropartikel ditentukan dengan melarutkan mikropartikel dengan metanol. Alasan pemilihan pelarut metanol
disebabkan karena zat aktif dan polimer HPMC mampu terlarut dengan baik di dalam metanol. Sehingga cangkang polimer dapat pecah dan diharapkan
alfa mangostin yang terjerap di dalam polimer dapat terlarut dengan baik. Sedangkan untuk alfa mangostin yang bebas atau tidak terjerap ditentukan
dengan menggunakan pelarut kloroform, dengan alasan kloroform tidak mampu melarutkan polimer HPMC tetapi mampu melarutkan alfa mangostin.
Dari selisih kadar total terhadap kadar bebas alfa mangostin, maka diperoleh kadar alfa mangostin yang terjerap. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 29. Dari hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan
polimer HPMC yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai efisiensi penjerapannya. Jumlah polimer yang tinggi dapat membentuk lapisan penyalut
yang lebih kuat sehingga ekstrak kulit buah manggis yang terjerap juga semakin tinggi Rosidah,2010. Hal lain yang dapat menyebabkan terjadi
perbedaan pada nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula adalah nilai perolehan kembali PK dari tiap formula, dimana PK FI lebih kecil
dibandingkan FII dan FIII. Semakin kecil mikropartikel yang diperoleh maka kemungkinan terbuangnya zat aktif semakin besar sehingga FI dengan PK
yang lebih kecil memiliki nilai efisiensi penjerapan yang juga kecil. Hasil nilai efisiensi penjerapan yang diperoleh cukup kecil. Hal ini
disebabkan karena zat aktif alfa mangostin akan terdegrasi dengan adanya proses pemanasan yang berlebih Suvarnakuta et al.,2011. Pemilihan suhu
inletoulet yang tinggi pada alat semprot kering disebabkan karena pelarut yang digunakan adalah aquadest, dimana air membutuhkan suhu yang lebih
tinggi untuk menguap. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aimen et al 2013 juga berhasil memikroenkapsulasi alfa mangostin dengan metode penguapan
pelarut dengan hasil nilai efisiensi penjerapan sebesar 37,81. Hal ini menunjukkan dengan metode tanpa menggunakan pemasananpun alfa
mangostin yang terenkapsulasi juga tidak jauh berbeda, tetapi juga dipengaruhi oleh kadar alfa mangostin di dalam ekstrak.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan data statistik SPSS 20 diketahui bahwa nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula berbeda secara siginifakan. Hal ini terlihat dari
hasil Uji Kruskal-Wallis, nilai signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi penjerapan dari tiap formulasi berbeda secara bermakna.
4.3.6 Disolusi In Vitro