Latar Belakang ANALISIS PENGARUH GDP, NILAI TUKAR RIIL, INFLASI SERTA SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA (PERIODE 2000:I – 2012:IV)
Indonesia, terus menunjukkan tren menggembirakan. Bahkan peningkatannya jauh di atas perkiraan pemerintah.
Pemerintah juga mengeluarkan berbagai kebijakan menyangkut masalah PMA, seperti pakto 1993 dan Peraturan Pemerintah PP No.201994 tentang pemilikan
saham dalam rangka PMA yang berisikan masalah tentang diperlonggarnya kepemilikan saham oleh para pemodal asing dan makin terbukanya peluang usaha
Indonesia. Baik jumlah proyek maupun nilai investasi terus meningkat. Namun ditengah krisis finansial dunia, maka dampaknya mulai terasa pada tahun 2009 yang
lalu. Realisasi investasi asing atau direct investment nilainya menurun walaupun jumlah
proyeknya masih meningkat. Pada tahun 2000 jumlah modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai jumlah 3.041 ribu dollar Amerika untuk sebanyak 15 sektor
ekonomi. Angka tersebut terus meningkat sampai tahun 2005 sebesar 8,832,790 ribu
dollar Amerika. Artinya selama 4 tahun arus modal asing PMA yang masuk mengalami kenaikan yang signifikan. Pada paruh pertama tahun 2005 kenaikan FDI
menjadi sebesar 70. Pada awal tahun tersebut Negara Inggris, Jepang, Cina, Hongkong, Singapura, Australia, dan Malaysia adalah sumber PMA yang dianggap
penting. Peningkatan PMA dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi global. Aliran dana investasi langsung luar negeri terbesar terjadi diantara Negara-
negara industri yaitu Amerika Utara, Eropa Barat, dan Jepang
.
Pada tahun 2006 jumlah investasi asing PMA hanya mencapai 862 proyek dengan nilai US 5,97
ribu. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 meningkat masing-masing pada kurtal IV
207 proyek dan 253 proyek dengan nilai berturut-turut US 4.367 ribu dan US 9.216 ribu. Akibat krisis baru terasa sejak akhir 2008 dan selama 3 kuartal tahun 2009.
Jumlah realsisasi investasi dalam jumlah proyek masih meningkat yaitu menjadi 1.214 proyek namun nilai investasinya menurun menjadi US 10,117 ribu.
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Gambar 1. Pergerakan Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam US.ribu periode 2000 : I-2012: IV
Keberhasilan dalam menarik investor di pasar modal oleh banyak pihak dinilai belum banyak memberikan dampak positif ke sektor riil. Apabila aliran modal berupa
Foreign Direct Investment telah meningkat, barulah dampanya kepada perekonomian
secara luas akan mulai terasa. Memasuki tahun 2010 Indonesia berpeluang untuk kembali menjadi tempat investasi yang menarik, karena selama ini besarnya pasar
domestik telah terbukti mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Peningkatan modal asing di Indonesia yang pada gilirannya menaikkan tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia, disamping karena adanya kebijaksanaan
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
7000000 8000000
9000000
2 000
.1 2
000 .4
2 001.3
2 002
.2 2
003 .1
2 003
.4 2
004 .3
2 005.
2 2
006 .1
2 006
.4 2
007 .3
2 008
.2 2
009 .1
2 009
.4 2
010.3 2
011 .2
2 012.
1 2
012. 4
ri b
u US
pma
debirokratisasi dan deregulasi yang meliputi kebijaksanaan penyerdahaan prosedur investasi, desentralisasi beberapa kewenangan penanaman modal, serta peninjauan
daftar negatif investasi secara berkala. Majunya Penanaman Modal Asing disuatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya yang mana peningkatan pendapatan
nasional tersebut menggambarkan naik turunnya pertumbuhan ekonomi di suatu Negara Douglas Nigh :1997 seperti di Indonesia.
Beberapa penelitian terdahulu Setiyoati,2007 meninjau besar pasar suatu negara dengan melihat produk domestik bruto tiap tahunnya yang mempengaruhi secara
signifikan akan masuknya investasi asing langsung di suatu negara.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 2. Pergerakan GDP dengan harga konstan tahun 2000 di Indonesia periode 2000: I-2011 : IV
Dalam pergerakan laju GDP diatas, membuktikan bahwa gdp di Indonesia terus meningkat dari tahun 2000 sampai 2011. Dari 372,926 milliar rupiah sampai dengan
623,960 milliar rupiah.
100000 200000
300000 400000
500000 600000
700000 800000
2 .1
2 .3
2 1
.1 2
1 .3
2 2
.1 2
2 .3
2 3
.1 2
3 .3
2 4
.1
2 4
.3 2
5 .1
2 5
.3 2
6 .1
2 6
.3 2
7 .1
2 7
.3 2
8 .1
2 8
.3 2
9 .1
2 9
.3
2 1
.1
2 1
.3 2
1 1
.1 2
1 1
.3 2
1 2
.1 2
1 2
.3
M il
li ar
r u
p iah
gdp
Namun perlu diingat bahwa kondisi penanaman modal asing ini masih perlu menimbangkan jumlah industri yang ada, stabilitas keamanan dan fasilitas
– fasilitas pendukung, tingkat nilai kurs, tingkat inflasi serta potensial produksi dan iklim
investasi asing langsung foreign direct investment Setiyowati,2007. Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri Sambodo,2003. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya, akan memberikan dampak terhadap
perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak
pada perusahaan-perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap barang-barang impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan dapat
mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan, yang kemudian akan berdampak pada anjloknya harga perusahaan tersebut.
Sumber: SEKI, Bank Indonesia
Gambar 3. Nilai tukar Riil RER Real Exchange Rate di Indonesia Selama periode 2000 : I -2012 : IV
Secara umum, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil sampai pertengahan September
2008. Hal ini terutama disebabkan oleh kinerja transaksi berjalan yang masih
2000 4000
6000 8000
10000 12000
2 .1
2 .3
2 1
.1 2
1 .3
2 2
.1 2
2 .3
2 3
.1 2
3 .3
2 4
.1 2
4 .3
2 5
.1
2 5
.3 2
6 .1
2 6
.3 2
7 .1
2 7
.3 2
8 .1
2 8
.3 2
9 .1
2 9
.3 2
1 .1
2 1
.3 2
1 1
.1
2 1
1 .3
2 1
2 .1
2 1
2 .3
R PUS
rer
mencatat surplus serta kebijakan makroekonomi yang berhati-hati. Namun sejak pertengahan September 2008, krisis global yang semakin dalam telah memberi efek
depresiasi terhadap mata uang. Kurs Rupiah melemah menjadi Rp 11.018 per US pada bulan November 2008 yang merupakan depresiasi yang cukup tajam, karena
pada bulan sebelumnya Rupiah berada di posisi Rp 7.045,- per US. Dampak
pelemahan rupiah terhadap perekonomian dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah secara ’riil’, yang berarti memperhitungkan perubahan harga barang-barang
impor di negara asal. Akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi global, pabrik di negara mitra dagang Indonesia, termasuk RRC, kelebihan kapasitas sehingga mereka
menurunkan harga barang yang diekspor. Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas overheated. Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya,
sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang purchasing power of money.
Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Sumber : SEKI, Bank Indonesia
Gambar 4. Pergerakan Inflasi IHK di Indonesia Selama periode 2000:I- 2012:IV.
Dalam jangka pendek, tingkat inflasi di Indonesia dapat ditekan di bawah angka 10 setelah sebelumnya mengalami lonjakan yang terduga mencapai 18 persen pada akhir
tahun 2005. Lonjakan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh dampak negatif dari pengaruh multiplier peningkatan harga minyak bumi dunia pada kisaran 60 sampai 70
dollar AS selama tahun 2005. Seperti kita alami tingginya harga minyak bumi dunia ini membawa implikasi dikeluarkannya kebijakan penyesuaian harga bahan bakar
minyak BBM di dalam negeri dan pengurangan subsidi Pemerintah untuk harga BBM tersebut.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk jika inflasi
tidak dapat dikendalikan. Inflasi akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi.
Inflasi yang bertambah serius tersebut akan mengurangi investasi yang produktif,
mengurangi ekspor, dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi. Menurut Sukirno 1997, keterlambatan pertumbuhan ekonomi
sebagai akibat dari inflasi yang serius disebabkan oleh beberapa faktor penting, seperti :
5 10
15 20
2 .1
2 .4
2 1.3
2 2
.2 2
3 .1
2 3
.4 2
4.3 2
5 .2
2 6
.1 2
6 .4
2 7
.3 2
8 .2
2 9
.1 2
9 .4
2 10
.3 2
11.2 2
12 .1
2 12
.4 inf
1. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif.Pada masa inflasi terdapat
kecenderungan antara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi
yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah serta menyimpan barang yang
berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.
2. Tingkat bunga meningkat dan tingkat investasi berkurang.
Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan, otoritas moneter
akan menaikkan tingkat bunga. Makin tinggi tingkat inflasi maka makin tinggi pula
tingkat bunga yang akan ditentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif.
3.
Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi masa depan. Laju inflasi akan bertambah cepat apabila tidak dikendalikan, sehingga pada akhirnya
akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
PMA juga dipengaruhi oleh Suku bunga, karena dengan peningkatan suku bunga sebagai target operasional jangka pendek akan mempengaruhi berbagai variabel
seperti suku bunga berjangka lebih panjang, harga aset, variabel ekspektasi, dan nilai tukar. Keseluruhan variabel tersebut kemudian berpengaruh terhadap prefensi
masyarakat, yang tercermin dari perubahan domestic demand. khusunya konsumsi dan investasi Sabirin: 2000 .
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian adalah suku bunga acuan LIBOR . LIBOR merupakan acuan bagi suku bunga kredit di seluruh dunia. Jika suku bunga
LIBOR naik maka otomatis bunga kredit juga ikut naik begitupula apabila LIBOR
turun maka bunga kredit juga ikut menurun yang membuat pembayaran cicilan kredit menjadi lebih rendah. Karena globalisasi telah merebak di negara berkembang, yang
apabila terjadi krisis atau masalah di negara maju maka negara berkembang seperti Indonesia akan terkena dampaknya Abeng,200.
Sumber : SEKI, Bank Indonesia
Gambar 4. Pergerakan Suku bunga acuan LIBOR Selama periode 2000:I- 2012:IV.
Suku bunga LIBOR akhir 2007 dan awal 2009 pada saat itu krisis moneter sedang menguncang hebat . Suku bunga periode Q III tahun 2007 melonjak menjadi 15.66
. Dan sempat turun pada awal 2008 QI 14.43. Dengan demikian investasi adalah keharusan dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat, karena investasi pada dasarnya dimaksudkan untuk menambah kapasitas produksi nasional. Dengan bertambahnya kapasitas pendapatan nasional maka
bertambah pula kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang barang dan jasa yang selanjutnya akan meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran
masyarakat.
0.0 2.0
4.0 6.0
8.0
2 .1
2 .4
2 1.3
2 2
.2 2
3 .1
2 3
.4 2
4.3 2
5.2 2
6 .1
2 6
.4 2
7 .3
2 8
.2 20
9. 1
20 9.
4 2
10 .3
2 11.2
2 12
.1 2
12 .4
rLn
Dari latar yang di jelaskan di atas, diketahui kondisi tersebut berupa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan investasi Penanaman Modal Asing di
Indonesia. Faktor tersebut antara lain GDP , Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tingkat inflasi serta Suku bunga dalam negeri.