PENUTUP Konsep Makar Menurut Hizbut Tahrir Indonesia Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam
Dalam Islam, makar atau dikenal dengan al-baghyu, termasuk dalam tindak pidana atau jarimah pada bagian jinayah. Secara umum, Islam mengartikan
makar adalah tindakan sekelompok orang yang memiliki kekuatan untuk menentang pemerintah, dikarenakan terdapat perbedaan paham mengenai masalah
kenegaraan.
2
Sementara di dalam Islam sendiri makar atau memberontak kepada pemerintahan yang sah tidak diperbolehkan.
Hizbut tahrir adalah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan aktivitasnya, dan Islam adalah mabda-nya. Hizbut Tahrir bergerak
ditengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai perkara utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan
kembali sistem khilafah dan menegakkan hukum berdasarkan apa yang ditururnkan Allah di dalam realita kehidupan ini.
3
Segala bentuk pertentangan, perlawanan dengan persenjataan perang terhadap pemerintahan yang absah. Konsep makar menurut Hizbut Tahrir adalah
orang bughat yaitu orang-orang yang melawan Daulah Islamiyyah, dan mereka memiliki kekuasaan dan kekuatan, yakni mereka yang memberontak kepada
Daulah, menampakkan
perlawanannya dengan
persenjataan, dengan
mengumumkan perang terhadap Daulah Islamiyyah. Tidak ada perbedaan dalam hal ini, bagi orang yang melawan khalifah yang adil atau yang dzalim. Begitu pula
tidak ada perbedaan bagi mereka yang menyimpang dalam menakwilkan agama
2
Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia, Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2001, h. 60.
3
Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir Indonesia, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2014, h.3.
atau menghendaki harta. Sesungguhnya mereka semua adalah bughat selama menampakkan permusuhan di hadapan penguasa Islam.
Hukum Pidana Islam yang diikuti oleh Hizbut Tahrir Indonesia sebagai salah satu ormas Islam di Indonesia telah mengatur konsep makar secara rinci dan
sumber hukum yang pasti. Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka penulis melakukan suatu penelitian dengan judul
“KONSEP MAKAR MENURUT HIZBUT TAHRIR INDONESIA DALAM TINJAUAN HUKUM
PIDANA ISLAM” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan fokus kajian skripsi ini, penulis membatasi dan merumuskan permasalahan. Pembatasan permasalahan
merupakan hal yang penting untuk menghindar dari melebar dan meluasnya objek kajian, sedang perumusan masalah ditujukan untuk mengarahkan alur bahasan dan
menjawab berbagai permasalahan sebagai suatu substansi dari skripsi ini. Berdasarkan atas pemaparan latar belakang skripsi ini, penulis
memfokuskan penelitian terhadap orang-orang yang memberontak, dan kemudian ditelaah secara komparatif menurut hukum Islam. Dari pembatasan masalah di
atas, secara lebih rinci perumusan masalah dalam skripsi ini lebih mengkhususkan pada beberapa pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dan sanksi pidana makar dalam hukum pidana Islam
dan pidana positif? 2.
Bagaimana pandangan
Hizbut Tahrir
Indonesia tentang
pemberontakanmakar di Indonesia?