JENIS KELAMIN, BULLYING DAN DEPRESI

38 c. Positive affect merupakan perasaan-perasaan, emosi atau suasana hati yang dirasakan positif dan memiliki harapan yang merupakan kebalikan dari perasaan negatif d. Interpersonal relations merupakan perasaan-perasaan negatif yang dirasakan berkaitan dengan perilaku orang lain seperti tidak bersahabat dan merasa tidak disukai Faktor-faktor diatas diperoleh melalui analisa faktor Radloff, 1977. Aitem- aitem CES-D dipilih dari sekelompok aitem dari skala depresi sebelumnya. Komponen utama gejala depresi ditemukan dari literatur klinis dan penelitian analisa faktor. Komponen-komponen ini termasuk depressed mood, perasaan bersalah dan tidak berharga feelings of guilt and worthlessness, perasaan tidak tertolong dan tidak memiliki harapan feelings of helplessness and hopelessness, retardasi psikomotor psychomotor retardation, kehilangan nafsu makan loss of appetite dan gangguan tidur sleep disturbance.

D. JENIS KELAMIN, BULLYING DAN DEPRESI

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi, faktor-faktor tersebut antara lain genetik, struktur dan fungsi otak, kelekatan attachment, persepsi kognitif, perkembangan emosional, keluarga yang mengalami depresi, kehilangan orang tua, konteks sosial, kemiskinan, stres hidup, etnis, jenis kelamin, faktor stres hidup seperti bullying dan jenis kelamin semua faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap depresi. Compas dkk dalam Universitas Sumatera Utara 39 Hjemdal, 2007 mengemukakan kejadian hidup yang buruk merupakan faktor resiko yang penting dalam meningkatnya resiko depresi mayor pada masa dewasa dan memainkan peran yang penting dalam episode depresi selanjutnya Fergusson Woodward dkk, dalam Hjemdal, 2007. Bullying merupakan salah satu kejadian hidup yang buruk yang berhubungan dengan peningkatan simptom-simptom depresi Craig dkk, dalam Hjemdal, 2007. Dalam jurnal Davis 2005 juga disebutkan bahwa perilaku bullying merupakan faktor resiko dalam berkembangnya depresi pada pelaku dan korban bullying. Hal serupa juga dikemukakan oleh Boulton Underwood dkk dalam Horowitz dkk, 2004 ejekan dan perilaku bullying memberikan efek psikologis yang buruk seperti kecemasan, harga diri yang rendah, penarikan diri secara sosial, pembalasan dendam, depresi hingga bunuh diri. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa kelompok subjek laki-laki yang tergolong bullies memiliki tingkat depresi yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok subjek laki-laki yang tergolong victim, bully victim dan kelompok subjek perempuan yang tergolong bullies, victim, dan bully victim dalam Totura, 2003. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, juga ditemukan simptom-simptom depresi yang dialami ketiga kategori bullying yaitu bullies, victim dan bully-victim dan pada penelitian yang dilakukan oleh Swearer dalam Crawford, 2002 kelompok bully-victim mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi daripada kelompok bullies ataupun victim . Penelitian depresi berdasarkan jenis kelamin telah banyak dilakukan di berbagai negara. Salah satunya adalah Amerika Utara yang kemudian diketahui bahwa wanita Universitas Sumatera Utara 40 lebih rentan 3 sampai 4 kali mengalami depresi daripada pria selama hidup mereka American Psychiatric Association; Nolen-Hoeksema, dalam Matlin, 2004. Tetapi tidak ada hasil penelitian yang konsisten tentang perbedaan depresi berdasarkan jenis kelamin pada anak yang lebih muda. Namun, selama masa pubertas, perempuan mulai melaporkan simptom depresi yang lebih banyak daripada laki-laki. Perbedaan jenis kelamin ini berlanjut sepanjang rentang hidup Lapointe Marcotte dkk, dalam Matlin, 2004 Menurut Kessler dkk dalam Galambos dkk, 2004 terdapat perbedaan level simptom depresi dan major depressive episodes pada masing-masing jenis kelamin dan perempuan cenderung menunjukkan depresi yang lebih besar daripada laki-laki pada masa dimulainya remaja. Pada masa kanak-kanak, anak laki-laki lebih banyak mengalami depresi daripada anak perempuan. Tetapi, perempuan lebih banyak mengalami depresi pada masa remaja dan dewasa. Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor keterlibatan perilaku bullying dan jenis kelamin yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kecenderungan depresi pada remaja awal. Diagram. 1 Jenis Kelamin, Bullying, dan Depresi Bullying bullies, victim, bully-victim Jenis Kelamin laki-laki, perempuan Depresi Universitas Sumatera Utara 41 Perilaku bullying sangat rentan terjadi pada remaja putra dan remaja putri. Menurut Haynie dkk dalam Totura, 2003 bullying dan victimization lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Hal yang sama juga disebutkan bahwa perilaku bullying lebih menonjol terjadi pada kalangan laki-laki daripada perempuan dalam Krahe, 2001. Penelitian yang dilakukan oleh Kaltiala-Heino dkk 1999 menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung terlibat dalam perilaku bullying sebagai bullies dan victim dibandingkan dengan anak perempuan. Hal senada juga diutarakan oleh Kumpulainen dkk dalam Stein dkk, 2006 bahwa anak laki-laki memiliki kemungkinan 4 sampai 5 kali lebih besar menjadi bully atau bully victim dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu, penelitian sebelumnya mengungkapkan prevalensi perilaku bullying cukup tinggi pada masa remaja awal yang merupakan masa-masa tingkat sekolah menengah pertama yaitu kelas 7, 8 dan 9. Menurut Nansel dkk dalam Crawford, 2002 perilaku bullying paling sering terjadi pada murid kelas 6 hingga kelas 8. Namun, pada penelitian lain dikemukakan perilaku bullying cenderung berkurang untuk murid sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas Steinman Carlyle, 2007.

G. HIPOTESA PENELITIAN