69 1 Kategori Bullying Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel. 11 diatas, dapat dilihat bahwa diantara keempat aspek depresi hanya pada aspek positive affect dan interpersonal relations yang terlihat perbedaannya
dalam interaksi jenis kelamin dan kategori bullying.
2 Kategori Bullying Berdasarkan tabel. 11 diatas, dapat dilihat bahwa diantara keempat aspek depresi
hanya pada aspek interpersonal relations yang terlihat perbedaannya dalam kategori bullying.
3 Jenis Kelamin Berdasarkan tabel. 11 diatas, dapat dilihat bahwa diantara keempat aspek depresi
hanya pada aspek somatic symptoms yang terlihat perbedaannya dalam variabel jenis kelamin
C. PEMBAHASAN
1. Hasil Utama Penelitian a. Perbedaan Depresi ditinjau dari Kategori Bullying dan Jenis Kelamin
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin pada remaja awal dan kelompok laki-
laki yang tergolong bullies memiliki mean depresi yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
70 Totura 2003 menyebutkan bahwa kelompok subjek laki-laki yang tergolong bullies
memiliki tingkat depresi yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok subjek laki-laki yang tergolong victim, bully victim dan kelompok subjek perempuan yang
tergolong bullies, victim, dan bully victim.
b. Perbedaan Depresi ditinjau dari Kategori Bullying Hasil penelitian menyebutkan adanya perbedaan depresi pada masing-masing
kategori bullying dan pada kelompok bully victim memiliki mean depresi yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain dan kelompok bullies memiliki mean depresi
yang paling rendah. Perbedaan yang signifikan terlihat pada kelompok subjek bullies dan bully victim. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Swearer yang
mengemukakan bahwa bully-victim mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi daripada kelompok bullies ataupun victim. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nansel dkk dalam Totura, 2003 yang menyebutkan bahwa kelompok bully victim mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-
anak lain. Totura 2003 juga menghasilkan penelitian yang menjabarkan kelompok bully victim memiliki tingkat depresi yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
lain.
c. Perbedaan Depresi ditinjau dari Jenis Kelamin Hasil analisa data penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan depresi
ditinjau dari jenis kelamin saja. Sehingga hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesa
Universitas Sumatera Utara
71 yang diajukan sebelumnya. Penelitian depresi yang dilakukan di Amerika Utara
menemukan bahwa wanita lebih rentan 3 sampai 4 kali mengalami depresi daripada pria selama hidup mereka American Psychiatric Association; Nolen-Hoeksema, dalam
Matlin, 2004. Tetapi tidak ada hasil penelitian yang konsisten tentang perbedaan depresi berdasarkan jenis kelamin pada anak yang lebih muda. Namun, selama masa
pubertas, perempuan mulai melaporkan simptom depresi yang lebih banyak daripada laki-laki. Perbedaan jenis kelamin ini berlanjut sepanjang rentang hidup Lapointe
Marcotte dkk, dalam Matlin, 2004 Menurut Kessler dkk dalam Galambos dkk, 2004 terdapat perbedaan level simptom depresi dan major depressive episodes pada masing-
masing jenis kelamin dan perempuan cenderung menunjukkan depresi yang lebih besar daripada laki-laki, yang dimulai dari tahap remaja. Tetapi pada penelitian longitudinal
eipidemologis dengan sampel klinis yang dilakukan oleh Angold dan Rutter dalam Galambos dkk, 2004 ditemukan bahwa tingkat gangguan depresi dan simptom-
simptom depresi yang sama pada remaja putra dan putri yang belum berusia 11 tahun, tetapi pada usia 14 sampai 16 tahun, remaja putri mengalami peningkatan simptom
depresi dua kali lebih besar daripada remaja putra. Hasil penelitian longitudinal oleh Hankin dkk dalam Galambos dkk, 2004 di New Zealand dengan sampel yang
representatif secara nasional dan berusia 11 sampai 21 tahun, ditemukan perbedaan tingkat gangguan depresi yang kecil pada remaja putra dan remaja putri yang berusia 13
sampai 15 tahun, tetapi perbedaan yang besar terlihat ketika remaja putra dan remaja putri menginjak usia 15 sampai 18 tahun. Oleh karena sampel penelitian ini adalah
Universitas Sumatera Utara
72 remaja putra dan putri yang berusia 12 sampai 15 tahun sehingga tidak terlihat
perbedaan depresi antara laki-laki dan perempuan.
2. Hasil Tambahan Penelitian a. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap penggolongan dalam Kategori Bullying
Hasil tambahan pada penelitian ini menggambarkan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap penggolongan seseorang dalam kategori bullying. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Krahe 2001 bahwa perilaku bullying lebih menonjol terjadi pada kalangan laki-laki daripada perempuan. Haynie dkk dalam
Totura, 2003 juga mengemukakan hal yang sama yaitu laki-laki cenderung terlibat dalam perilaku bullying dan victimization. Penelitian yang dilakukan oleh Kaltiala-
Heino dkk 1999 menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung terlibat dalam perilaku bullying sebagai bullies dan victim dibandingkan dengan anak perempuan. Hal senada
juga diutarakan oleh Kumpulainen dkk dalam Stein dkk, 2006 bahwa anak laki-laki memiliki kemungkinan 4 sampai 5 kali lebih besar menjadi bullies atau bully victim
dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap peran seseorang dalam perilaku bullying.
b. Pengaruh Tingkat Kelas terhadap penggolongan dalam Kategori Bullying Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan tidak adanya pengaruh tingkat
kelas terhadap penggolongan seseorang dalam kategori bullying. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang mengemukakan prevalensi perilaku bullying
Universitas Sumatera Utara
73 cenderung berkurang untuk murid sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas Steinman Carlyle, 2007. Namun, pada penelitian lain Nansel dkk, dalam Crawford, 2002 disebutkan perilaku bullying paling sering muncul pada kelas 6 hingga
kelas 8 yang termasuk dalam sekolah menengah pertama. Pada penelitian ini, diketahui subjek yang terlibat dalam perilaku bullying meningkat pada kelas 8 dan
menurun pada kelas 9. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nansel dkk yang yang menyebutkan perilaku bullying paling sering muncul pada kelas 6 hingga kelas 8 dan
hasil penelitian Steinman Carlyle yang mengemukakan bahwa prevalensi perilaku bullying cenderung berkurang untuk murid sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas.
c. Gambaran aspek-aspek Depresi berdasarkan Kategori Bullying dan Jenis Kelamin 1 Kategori Bullying Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, dari keempat aspek depresi pada skala CES-D, hanya aspek positive affect dan aspek interpersonal relationship yang
berbeda pada interaksi kategori bullying bullies, victim, dan bully victim dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Positive affect dalam skala depresi pada penelitian
ini adalah “subjek dalam keadaan baik dan bahagia”. Pada skala CES-D diketahui simptom positive affect merupakan kebalikan dari simptom depressed affect. Pada
kenyataannya, subjek laki-laki yang tergolong bullies yang menunjukkan simptom dalam keadaan baik dan bahagia yang lebih tinggi daripada kelompok subjek lain. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Totura 2003 menyebutkan
Universitas Sumatera Utara
74 bahwa kelompok subjek laki-laki yang tergolong bullies memiliki tingkat depresi yang
paling rendah dibandingkan dengan kelompok subjek lain. Sedangkan interpersonal relations dalam skala depresi pada penelitian ini adalah “orang lain tidak menyukai,
menjauhi dan tidak ramah terhadap subjek serta subjek merasa tidak nyaman berkumpul dengan teman”. Pada kenyataannya, subjek perempuan yang tergolong bully victim
menunjukkan simptom interpersonal relations yang paling tinggi ketika mengalami depresi daripada kelompok subjek lain. Schwartz dalam Moutappa, 2004 bahwa bully
victim dikarakteristikkan dengan reaktivitas, regulasi emosi yang buruk, kesulitan dalam akademis dan penolakan dari teman sebaya serta kesulitan belajar Kaukiainen dkk,
dalam Moutappa, 2004. Sedangkan victim cenderung hati-hati, sensitif dan pendiam Olweus, dalam Moutappa, 2004 dan harga diri yang rendah Collins Bell, dalam
Moutappa, 2004. Jika dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi victim, victim cenderung menarik diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru
Byrne, dalam Haynie dkk, 2001. Bullies sering dideskripsikan memiliki kemampuan dalam berteman yang lebih baik daripada victim Nansel dkk, dalam Totura, 2003.
2 Kategori Bullying Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, dari keempat aspek depresi pada
skala CES-D, hanya aspek interpersonal relations yang berbeda diantara ketiga kategori bullying bullies, victim, dan bully victim. Interpersonal relations dalam skala depresi
pada penelitian ini adalah “orang lain tidak menyukai, menjauhi dan tidak ramah terhadap subjek serta subjek merasa tidak nyaman berkumpul dengan teman”. Pada
Universitas Sumatera Utara
75 kenyataannya, subjek yang tergolong bully victim menunjukkan simptom interpersonal
relations yang paling tinggi mean 3.90 ketika mengalami depresi daripada subjek yang tergolong bullies mean 2.75 dan victim mean 3.63. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Schwartz dalam Moutappa, 2004 bahwa bully victim dikarakteristikkan dengan reaktivitas, regulasi emosi yang buruk, kesulitan dalam
akademis dan penolakan dari teman sebaya serta kesulitan belajar Kaukiainen dkk, dalam Moutappa, 2004. Sedangkan victim cenderung hati-hati, sensitif dan pendiam
Olweus, dalam Moutappa, 2004 dan harga diri yang rendah Collins Bell, dalam Moutappa, 2004. Jika dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi
victim, victim cenderung menarik diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru Byrne, dalam Haynie dkk, 2001. Bullies sering dideskripsikan memiliki kemampuan
dalam berteman yang lebih baik daripada victim Nansel dkk, dalam Totura, 2003.
3 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, dari keempat aspek depresi pada
skala CES-D, hanya aspek somatic symtoms yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Somatic symptoms dalam skala depresi pada penelitian ini adalah “berbicara
lebih sedikit dari biasanya”. Pada kenyataannya, subjek laki-laki menunjukkan simptom berbicara lebih sedikit dari biasanya yang lebih tinggi mean 1.18 ketika mengalami
depresi daripada perempuan mean 0.92. Hasil penelitian Baron dan Joly dalam Baron Campbell, 1993 mengidentifikasi adanya perbedaan jenis kelamin dalam
mengekspresikan simptom-simptom depresi pada sampel remaja yang berusia 12
Universitas Sumatera Utara
76 sampai 17 tahun yang memiliki skor 15 atau lebih pada skala BDI Beck Depression
Inventory. Analisis diskriminan fungsi menemukan remaja putra menunjukkan simptom iritabilitas, menghindari pekerjaan, menarik diri, dan gangguan tidur.
Sedangkan pada remaja putri manifestasi simptom dikarakteristikkan dengan perubahan gambaran tubuh, nafsu makan hilang, berat badan turun, sedih, dan merasa tidak puas.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN