Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

18 Pola pembalikan harga semacam ini mendasari anomali di pasar modal yang merupakan penyimpangan dari hipotesis efisiensi pasar modal yang dikenal dengan anomali winner-loser. Dengan kata lain, adanya anomali winner-loser di pasar modal memungkinkan investor melakukan strategi membeli saham pada waktu menjadi loser dan menjualnya pada saat saham tersebut berbalik menjadi winner . Sehingga investor dapat memperoleh keuntungan abnormal yang signifikan Kusumawardhani 2001.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitan pertama dalam konteks literatur keuangan yang menunjukkan bukti empiris terjadinya pembalikan harga di pasar modal price reversal di pasar modal adalah peneliian yang dilakukan oleh De Bondt Thaler 1985. Penelitian De Bondt Thaler ini mencoba meyelidiki apakah perilaku memainkan peranan pada tingkat pasar dan dapat mempengaruhi harga saham. Penelitian ini menggunakan data pasar saham Amerika dari tahun 1962-1982. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membentuk dua portofolio, yaitu yang terdiri atas saham yang berkinerja baik selama tiga sampai lima tahun di masa lalu sebagai saham winner dan saham yang berkinerja buruk selama tiga sampai lima tahun di masa lalu sebagai saham loser. Penelitian ini menemukan bahwa saham-saham yang sebelumnya berkinerja buruk loser pada periode selanjutnya berkinerja baik dengan abnormal return positif atau saham-saham yang tadinya berkinerja baik winner pada periode selanjutnya mengalami kinerja yang buruk dengan abnormal return negatif, dimana hal ini merupakan fenomena pembalikan reversal pada periode selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 19 Atkins dan Dyl 1990 melakukan pengujian mengenai reaksi berlebihan jangka pendek dan perilaku return saham setelah satu hari perubahan besar harga saham. Langkah pertama mereka memilih 300 hari perdagangan secara acak selama periode Januari 1975 sampai Desember 1984. Dari masing-masing hari perdagangan kemudian dibentuk portofolio winner dan loser dengan memilih masing-masing tiga saham yang mengalami persentase penurunan terbesar loser dan tiga saham yang mengalami persentase kenaikan terbesar winner, sehingga total enam saham dipilih dalam satu hari dan menghasilkan 1800 observasi. Kemudian mereka menghitung actual return untuk menentukan apakah terdapat abnormal return selama hari-hari berikutnya. Dalam menentukan abnormal return ini, mereka menggunakan tiga jenis pendekatan, pertama yaitu mean adjusted return , dan kedua serta ketiga adalah dua versi dari metode market risk adjustment return berdasarkan model pasar. Kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi merupakan suatu bentuk reaksi berlebihan overreaction. Saham-saham loser menghasilkan abnormal return yang positif dan signifikan. Total abnormal return selama dua hari berturut-turut setelah penurunan tersebut adalah sebesar 2,26 . Saham-saham winner mengalami abnormal return yang negatif, namun besarnya lebih kecil dibandingkan pembalikan yang dialami saham-saham loser. Bremer dan Sweeney 1991 mencoba menguji bagaimana perilaku saham pada hari-hari berikutnya setelah mengalami penuruna besar dalam satu hari perdagangan minimal 10 dengan menggunakan data harian. Dari penelitian tersebut mereka menemukan bahwa saham-saham tersebu mengalami pembalikan Universitas Sumatera Utara 20 sehingga menghasilkan return yang positif dan signifikan selama dua hari berturut-turut. Rata-rata pembalikan pada hari pertama sebesar 1,173 dan rata- rata pembalikan pada hari kedua kumulatif pembalikan ± 2,2 . CAR selama tiga setelah event sebesar 2,6 dan signifikan secara satistik, menunjukan terjadinya reversal sesudah peristiwa penurunan besar harga saham. Bremer dan Sweeney mencoba membuktikan apakah fenomena pembalikan ini berhubungan dengan anomali lain seperti weekend dan turn-of-the-year effect. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa fenomena pembalikan yang mereka temukan berbeda dari anomali lain tersebut. Bremer dan Sweeney menyatakan bahwa terjadinya reversal ini mungkin dikarenakan illiquidty. Cox Peterson 1994 meneliti lebih lanjut mengenai dugaan Bremer Sweeney tersebut. Penelitian ini menguji perilaku perilaku return sekuritas yang mengikuti penurunan harga besar miminal 10 dalam satu hari perdagangan. Penelitian ini ingin menguji apakah reversal yang terjadi disebabkan oleh overreaction atau lebih dikarenakan illiquidty. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bid ask spread dan derajat likuiditas menjelaskan pembalikan harga dalam jangka pendek. Mereka juga membagi fokus perhatian pada pergerakan harga saham selama tiga hari setelah event t+1 hingga t+3 atau disebut short term dan pergerakan saham selama hari-hari berikutnya hingga hari kedua puluh setelah event t+4 hingga t+20, dan disebut longer-term. Mereka menemukan bahwa meskipun sekuritas yang mengalami penurunan harga besar mengalami pembalikan reversal dan menghasilkan abnormal return yang positif selama tiga Universitas Sumatera Utara 21 hari setelah penurunan tersebut, namun pada hari-hari berikutnya saham-saham tersebut menunjukkan kinerja yang buruk. Salah satu penelitian yang khusus menguji overreaction pada saham perusahaan besar dan likuid adalah penelitian yang dilakukan oleh Benou Richie 2003. Benou Richie menguji pergerakan saham dalam jangka panjang setelah mengalami penurunan besar 20 dalam harganya selama bulan tertentu. Penelitian ini membatasi fokus pada sampel penelitiannya yang berupa saham-saham perusahaan besar yang sangat likuid diperdagangkan di NSYE. Saham- saham perusahaan besar dianggap memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dalam perdagangannya. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terjadinya reversal lebih disebabkan oleh iiliquidity. Penelitian Benou Richie ini menduga bahwa reversal tidak akan terjadi terhadap saham likuid yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, jika pun ada maka tidak akan terlalu kuat atau signifikan. Hasil penelitian yang mereka temukan ternyata mereka mendapati bahwa setelah penurunan besar tersebut, saham-saham perusahaan besar mengalami reversal dan memperoleh abnormal return positif dan signifikan selama satu tahun kemudian. Abnormal return yang positif dan signifikan tersebut mengindikasikan bahwa perubahan besar yang terjadi merupakan overreaction dari sebagian investor. Lebih lanjut, Benou Richie menyelidiki apakah terdapat perbedaan pola reversal antar industri yang berbeda dengan membagi sampel penelitiannya menjadi tiga klasifikasi industri yaitu teknologi, manufaktur dan industri jasa. Universitas Sumatera Utara 22 Benou Richie menemukan bukti bahwa saham-saham perusahaan teknologi mengalami reversal yang paling kuat diantara klasifikasi industri yang ada, sebaliknya saham-saham perusahaan industri jasa cenderung akan terus mengalami penurunan harga yang terjadi secara signifikan. Hal ini mengindikasikan terjadinya underreaction pada sebagian investor yang bergerak di bidang industri jasa. Di Indonesia penelitian yang menguji keberadaan price reversal telah dilakukan oleh Srihartati Kusumawardhani 2001. Penelitian ini menguji return saham yang mengikuti satu hari besar harga saham di BEJ mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2000. Menggunakan uji korelasi dan regresi, dengan data harga saham harian, penelitian ini berusaha menemukan bukti bahwa reaksi berlebihan, bid-ask spread, firm size dan likuiditas berpengaruh terhadap fenomena price reversal. Lebih jauh, penelitian ini juga berusaha mencari bukti bahwa investor dapat memperoleh keuntungan abnormal selama hari penyesuaian setelah satu hari besar perubahan harga saham. Konsisten dengan hasil penelitian terdahulu mengenai fenomena price reversal di BEJ, portofolio saham-saham loser mengalami pembalikan harga yang signifikan selama periode pengamatan, tetapi portofolio saham-saham winner tidak menunjukkan perilaku yang sama. Hasil penelitian menunjukkan adanya bukti pengaruh reaksi berlebihan investor dalam fenomena price reversal dan hanya terdapat sedikit bukti yang signifikan bagi faktor-faktor bid-ask spread, firm size , dan likuiditas. Penelitian ini juga menunjukkan bukti adanya keuntungan abnormal investor selama periode penyesuaian. Sehingga dianjurkan Universitas Sumatera Utara 23 kepada para investor untuk membeli saham-saham ketika harganya turun pada hari t0 dan t1 dan menjualnya pada saat harga meningkat selama hari penyesuaian. Susanti 2003 dalam Pane 2008 yang mencoba mempelajari fenomena pembalikan di BEJ. Dengan menggunakan data return harian, Susanti menemukan bahwa saham-saham loser mengalami pembalikan yang signifikan, sedangkan saham-saham winner tidak diperoleh pembalikan yang signifikan. Selanjutnya, Manurung dan Priotomo 2005 dalam Pasaribu 2011 melakukan penelitian untuk membuktikan terjadinya gejala anomali overreaction atas saham tekstil, retail, dan wholesaler di BEJ periode 2001-2003. Ia menggunakan pendekatan Bondt dan Thaler portfolio saham winner-looser dan memodifikasi penentuan kriteria winner dan looser. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dengan menggunakan periode triwulan tidak membuktikan terjadinya anomali overreaction di Bursa Efek Jakarta, khususnya pada sektor industri tekstil, perdagangan besar produksi dan perdagangan eceran. Secara simultan, gejala anomali overreaction baru terjadi pada periode tahunan tahun 2001-2002 dan 2002-2003. Dari hasil empiris tersebut mereka menyimpulkan bahwa semakin lama periode pembentukan dan observasi akan menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi semakin baik atau signifikan. Lebih lanjut, mereka menyarankan bahwa strategi kontararian sangat berisiko dilakukan oleh investor dalam melakukan kegiatan investasinya terlebih setelah terbukti bahwa anomali overreaction tidak terjadi di BEJ khususnya pada sektor industri tekstil, perdagangan besar dan perdagangan eceran. Universitas Sumatera Utara 24 Pasaribu 2011 meneliti gejala anomali overreaction di Bursa Efek Jakarta, khususnya saham yang tergabung kedalam LQ-45 periode 2003-2007. Dalam melakukan penelitian untuk membuktikan adanya anomali overreaction di BEJ, Pasaribu 2011 menggunakan metode dan cara perhitungan yang dilakukan oleh De Bondt-Thaler dalam melakukan formasi dan observasi atau pengujian perilaku return dari portofolio tersebut. Tidak seperti apa yang dilakukan oleh De Bondt-Thaler, dengan menggunakan lamanya periode formasi dan observasi yang masing-masing selama satu tahun, dua tahun, tiga tahun, dan lima tahun lamanya periode penelitian, disini ia hanya membagi lamanya periode penelitian menjadi 3 periode penelitian rentang waktu, yaitu satu tahun, 6 bulan dan 3 bulan untuk masing-masing periode, baik itu periode formasi dan observasi portfolio. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa gejala anomali overreaction tidak terjadi di Bursa Efek Indonesia BEI pada seluruh periode triwulan, semester, dan tahunan khususnya saham yang tergabung dalam LQ-45. Hasil penelitian sebelumnya secara keseluruhan dapat dirangkum sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Model Analisis Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 DeBondt dan Thaler 1985, Journal of Finance Does the Stock Market Overreact ? Market Adjusted Return Cumulative Abnormal Return Terdapat reaksi berlebihan dar investor dalam fenomena pembalikan harga saham. 2 Atkins dan Dyl 1990, Journal of Financial and Quantitatives Analysis Price Reversals, Bid-Ask Spread, and Market Efficiency Mean Adjusted Return dan Market Adjusted Return Abnormal Return dan Bid Ask Spread Perubahan harga yang terjadi merupakan reaksi berlebihan. Universitas Sumatera Utara 25 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Model Analisis Variabel Penelitian Hasil Penelitian 3 Bremer dan Sweeney 1991, The Journal of Finace The Reversal of Large Stock- Price Decreases Market Adjusted Return Cumulative Abnormal Return CAR Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa terjadi fenomena reversal. Pembalikan yang terjadi dikarenakan illiquidty. 4 Cox dan Peterson 1994, Journal of Finance Stock Return Following Large One-Day Declines:Eviden ce on Short Term Reversals and Longer Term Performance Mean Adjusted Return, Market Adjusted Return , Selisih harga bid dan selisih harga ask ,TVA Cumulative Abnormal Return CAR, Abnormal Return, Size , dan variabel dummy Bid ask spread dan likuiditas pasar modal berpengaruh terhadap derajat pembalikan. Tidak ditemukan adanya korelasi antara hipotesis berlebihan dengan pembalikan harga saham. 5 Benou Richie 2003, Journal of Eonomics and Finance The Reversal of Large Stock Price Declines: The Case of Large Firms Market Adjusted Return Cumulative Abnormal Return Saham-saham perusahaan besar mengalami reversal dan terdapat perbedaan pola pembalikan antar industri. 6 Srihartati Kusumawardhani 2001, Thesis Universitas Diponegoro Analisis Reaksi Berlebihan, Efek Bid Ask , Firm Size , dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal di BEJ Regresi dan Korelasi Abnormal Return , bid-ask spread , firm size , dan likuiditas Adanya bukti pengaruh Overreaction Hypothesis Investor dalam fenomena price reversal dan hanya terdapat sedikit bukti bagi faktor bid-ask spread, firm size , dan likuiditas 7 Susanti 2003 Pengujian Short Run Market Overreaction Price Reversal di Bursa Efek Jakarta Market Adjusted Return Cumulative Abnormal Return Saham-saham loser mengalami pembalikan yang signifikan, sedangkan saham- saham winner tidak diperoleh pembalikan yang signifikan. 8 Manurung dan Priotomo 2005. ” Jurnal Keuangan dan Perbankan ” Anomali Overreaction di BEJ: Peneliian Saham Tekstil, Retailer dan Wholesaler Market Adjusted Return Cumulative Abnormal Return Anomali overreaction tidak terjadi di BEJ khususnya pada sektor industri tekstil, perdagangan besar dan perdagangan eceran. 9 Pasaribu 2011, “Journal of Economics and Business” Anomali Overreaction di Bursa Efek Indonesia: Penelitian Saham LQ-45 Market Adjusted Return Cumulative Abnormal Return Gejala anomali overreaction tidak terjadi di Bursa Efek Indonesia pada seluruh periode khususnya saham yang tergabung dalam LQ-45. Universitas Sumatera Utara 26

2.3 Kerangka Pemikiran