39 periode t
Untuk sejumlah N peristiwa, average abnormal return AAR
t
dihitung dengan rumus Benou Richie 2003 :
∑ dimana,
= average abnormal return pada hari t = abnormal return saham i pada hari t
N = banyaknya observasi
5. Menghitung Cumulative Abnormal Return
CAR dapat dihitung dengan rumus Dinawan, 2007 : ∑
dimana, = Cumulative abnormal return saham i pada hari t
ARi,t = Abnormal return saham i pada hari t 6. Melakukan uji t atas abnormal return harian untuk menguji tingkat
signifikansi AR seluruh sampel. 7. Menarik kesimpulan terjadi atau tidaknya price reversal berdasarkan hasil
yang diperoleh.
3.8.2 Pengujian Hipotesis
3.8.2.1 Pengujian Hipotesis Pertama
H0 : Saham-saham LQ 45 yang mengalami penurunan besar pada harganya tidak mengalami price reversal.
Universitas Sumatera Utara
40 H1 : Saham-saham LQ 45 yang mengalami penurunan besar pada harganya
mengalami price reversal. Secara statisik dapat dirumuskan sebagai berikut :
: : µ
t
dimana , µ
t
adalah average abnormal return saham-saham pada hari t Pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan two-tailed t test,
dengan perhitungan Bremer Sweeney : ̅
dimana, = t-statistik untuk hari t setelah event
̅ = average abnormal return pada hari t = crossectional sample standard deviation untuk hari t setelah event
Apabila t lebih besar dari tabel dan dan bernilai positif setelah t=0 antara t+1 hingga t+3, maka dapa disimpulkan pasar mengalami overreaction dan telah
terjadi price reversal setelah terjadi peristiwa penurunan harga besar.
3.8.2.2 Pengujian Hipotesis Kedua
H0 : Tidak terdapat perbedaan antar indusri dalam pola pembalikan reversal yang terjadi.
H1 : Terdapat perbedaan antar indusri dalam pola pembalikan reversal yang
terjadi. Secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :
H0 :
= = 0
Universitas Sumatera Utara
41 H1
: =
Pengujian hipotesis kedua akan digunakan dua cara sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pane 2008. Cara pertama melalui analisis AR dan
CAR seperti yang dilakukan untuk menguji hipotesis pertama, perbedaannya event
observasi dibagi menjadi tiga berdasarkan klasifikasi industrinya. Cara kedua melalui analisis regresi crosssection yang diestimasi menggunakan
ordinary least square OLS. Model persamaannya adalah sebagai berikut :
CAR
i
= +
ARO
i
+ D1
i
+ D2
i
+ dimana, CAR
i
= cumulative abnormal return ARO
i
= AR untuk hari yang mengalami penurunan besar harga, t=0 D1
i
= variabel dummy, dimana nilainya 1 jika perusahaan termasuk dalam industri manufaktur, dan nilai 0 untuk yang lainnya
D2
i
= variabel dummy, dimana nilainya 1 jika perusahaan termasuk dalam industri ekstraktif, dan nilai 0 untuk yang lainnya
= koefisien regresi OLS = error term
Persamaan yang diperoleh sebagai berikut : 1. Industri Ekstraktif
CAR
i
= +
ARO
i
+ D2
i
+ 2. Industri Manufaktur
CAR
i
= +
ARO
i
+ D1
i
+ 3. Industri Jasa
CAR
i
= +
ARO
i
+
Universitas Sumatera Utara
42 Di Bursa Efek Indonesia terdapat 9 klasifikasi industri. Mengacu pada
Pane 2008 dikarenakan alasan penyederhanaan model, peneliti membagi klasifikasi menjadi tiga klasifikasi. Dalam penelitian ini, klasifikasi industri dibagi
menjadi industri manufaktur, industri ekstraktif, dan industri jasa. Menurut Asnawi et al 2006 dalam Pane 2008, perusahaan yang dimasukkan ke dalam
industri manufaktur ialah perusahaan yang bergerak sektor industri barang konsumsi, industri dasar kimia dan aneka industri. Perusahaan yang
dimasukkan kedalam industri ekstraktif ialah perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan dan pertanian, sedangkan perusahaan yang dimasukkan kategori
industri jasa ialah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, sektor infrastruktur, utilitas transportasi, sektor perdagangan jasa investasi serta
sektor properti real estate. Pembagian sektor industri ini sesuai dengan pembagian sektor yang
terdapat di BEI yang terbagi atas sembilan sektor, yaitu: a. Sektor Primer Ekstraktif
1. Pertanian 2. Ekstrakif
b. Sektor Sekunder Manufaktur 3. Industri Dasar Kimia
4. Aneka Industri 5. Industri Barang Konsumsi
c. Sektor Tersier Jasa 6. Properti dan Real Estate
Universitas Sumatera Utara
43 7. Transformasi dan Infrastruktur
8. Keuangan 9. Perdagangan, Jasa dan Investasi
Jika ditemukan nilai dan
berbeda signifikan dari nol, maka dapat disimpulkan klasifikasi memainkan peranan dalam menjelaskan fenomena
perbedaan pola price reversal. Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji heteroskedastisitas yang
diestimasi menggunakan ARCH. Masalah pada heteroskedastisitas pada data dapat dihilangkan melalui Generalized Least Square Nachrowi, et al 2008: 135.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2006.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Bursa Efek Indonesia
4.1.1.1 Sejarah
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode
kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari
pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Pengawasan dan pelaksanaan kegiatan Bursa Efek dilakukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. Sampai tahun 1988 perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta relatif sepi karena hanya 24 saham perusahaan yang
diperdagangkan.
Universitas Sumatera Utara
45 Untuk lebih mengairahkan kegiatan di Bursa Efek Jakarta, maka
pemerintah telah melakukan berbagai paket deregulasi, antara lain seperti: paket Desember 1987, paket Oktober 1988, paket Desember 1988, paket Januarti 1990,
yang prinsipnya merupakan langkah-langkah penyesuaian peraturan-peraturan yang bersifat mendorong tumbuhnya pasar modal secara umum dan khususnya
Bursa Efek Jakarta. Setelah dilakukan paket-paket deregulasi tersebut Bursa Efek Jakarta
mengalami kemajuan pesat. Harga saham bergerak naik cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bersiafat tenang. Perusahaan-perusahaan pun
akhirnya melihat bursa sebagai wahana yang menarik untuk mencari modal, sehingga dalam waktu relative singkat sampai akhir tahun 1997 terdapat 283
emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru,
karena pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System
JATS. JATS merupakan suatu sistim perdagangan manual. Sistim baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi
yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan di banding sistim perdagangan manual.
Pada bulan Juli 2000, Bursa Efek Jakarta merupakan perdagangan tanpa warkat ckripess trading dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan
menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, serta untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Universitas Sumatera Utara
46 Tahun 2001 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan jarak jauh
Remote Trading, sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia. Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES
digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia BEI dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia.
4.1.1.2 Mekanisme Perdagangan
Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan menggunakan fasilitas JATS. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh Anggota
Bursa AB yang juga menjadi Anggota Kliring KPEI. Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk
kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap penyelesaian seluruh Transaksi Bursa atas nama Anggota Bursa Efek yang bersangkutan sebagaimana
tercantum dalam Daftar Transaksi Bursa DTB, termasuk Transaksi Bursa yang terjadi antara lain karena beberapa kelalaian seperti yang diatur dalam tata cara
perdangangan efek dalam Peraturan BEI.
4.1.1.2.1 Pesanan Nasabah
Pesanan yang dapat dilaksanakan di Bursa oleh Anggota Bursa adalah pesanan terbatas limit order, yaitu pesanan yang dilaksanakan oleh Anggota
Bursa sampai dengan batas harga yang ditetapkan oleh nasabahnya.
Universitas Sumatera Utara
47 Penawaran jual dan atau permintaan beli nasabah atas Efek selain HMETD
hanya boleh ditransaksikan oleh Anggota Bursa di Pasar Reguler, kecuali nasabah menginstruksikan atau menyetujui secara tertulis bahwa penawaran jual atau
permintaan belinya ditransaksikan di Pasar Tunai atau Pasar Negosiasi.
4.1.1.2.2 Satuan Perdagangan
Perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai harus dalam satuan perdagangan round lot Efek atau kelipatannya, yaitu 100 seratus Efek.
Perdagangan di Pasar Negosiasi tidak menggunakan satuan perdagangan tidak round lot
.
Tabel 4.1 Satuan Perubahan Harga Fraksi :
Kelompok Harga Fraksi Harga
Maksimum Perubahan
Rp500,- Rp1,-
Rp10,- Rp500 s.d. Rp5.000,-
Rp5,- Rp100,-
= Rp5.000,- Rp25,-
Rp500,-
Sumber : www.idx.co.id
Fraksi dan jenjang maksimum perubahan harga di atas berlaku untuk satu Hari Bursa penuh dan disesuaikan pada Hari Bursa berikutnya jika Harga
Penutupan berada pada rentang harga yang berbeda. Jenjang maksimum perubahan harga dapat dilakukan sepanjang tidak melampaui batasan persentase
auto rejection .
Dalam pasar reguler, penawaran jual dan atau permintaan beli yang telah dimasukkan ke dalam JATS diproses oleh JATS dengan memperhatikan:
1. Prioritas harga price priority: Permintaan beli pada harga yang lebih tinggi memiliki prioritas terhadap
permintaan beli pada harga yang lebih rendah, sedangkan penawaran jual
Universitas Sumatera Utara
48 pada harga yang lebih rendah memiliki prioritas terhadap penawaran jual
pada harga yang lebih tinggi. 2. Prioritas Waktu time Priority
Bila penawaran jual atau permintaan beli diajukan pada harga yang sama, JATS memberikan prioritas kepada permintaan beli atau penawaran jual yang
diajukan terlebih dahulu. Pengurangan jumlah Efek pada JATS baik pada penawaran jual maupun
pada permintaan beli untuk tingkat harga yang sama tidak mengakibatkan hilangnya prioritas waktu. Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai
terjadi dan mengikat pada saat penawaran jual dijumpakan match dengan permintaan beli oleh JATS.
Sedangkan dalam pasar negosisai, perdagangan Efek di Pasar Negosiasi dilakukan melalui proses tawar menawar secara individual negosiasi secara
langsung antara: 1. Anggota Bursa atau
2. Nasabah melalui satu Anggota Bursa atau 3. Nasabah dengan Anggota Bursa atau
4. Anggota Bursa dengan KPEI.
Selanjutnya hasil kesepakatan dari tawar menawar tersebut diproses melalui JATS. Anggota Bursa dapat menyampaikan penawaran jual dan atau
permintaan beli melalui papan tampilan informasi advertising dan bisa diubah atau dibatalkan sebelum kesepakatan dilaksanakan di JATS. Kesepakatan mulai
Universitas Sumatera Utara
49 mengikat pada saat terjadi penjumpaan antara penawaran jual dan permintaan beli
di JATS.
4.1.1.2.3 Biaya Transaksi
Anggota Bursa wajib membayar biaya transaksi kepada Bursa, KPEI dan KSEI yang dihitung berdasarkan nilai per transaksi Anggota Bursa berikut ini:
Tabel 4.2 Biaya Transaksi
Jenis Transaksi Biaya
Transaksi Dana
Jaminan Pajak
Pasar Reguler dan Pasar Tunai
0,03 0.01
PPn dan kewajiban perpajakan lainnya
Pasar Negosiasi 0,03 atau
kebijakan Bursa Obligasi
0,005 Dibayarkan ke Bursa sebagai Wajib Pungut, sesuai ketentuan yang berlaku.
Minimum biaya transaksi yang harus dibayar AB adalah Rp 2.000.000,- dua juta rupiah per bulan termasuk untuk AB dalam keadaan suspensi atau
SPAB-nya dibekukan. Pembayaran harus sudah efektif dalam rekening Bursa setiap bulan selambat-lambatnya pada hari kalender ke-12 bulan berikutnya.
Dalam hal hari kalender ke-12 dua belas di atas jatuh pada hari Sabtu atau hari Minggu atau hari libur, kewajiban dimaksud efektif pada hari kerja berikutnya.
Keterlambatan pembayaran dikenakan denda sebesar 1 satu per seratus setiap hari kalender keterlambatan.
Anggota Bursa yang tidak memenuhi kewajibannya selambat-lambatnya 5 Hari Bursa setelah lampaunya batas waktu pembayaran maka Anggota Bursa
tersebut disamping dikenakan denda juga dikenakan suspensi sampai dengan diselesaikannya seluruh kewajiban pembayaran biaya transaksi dan dendanya.
Universitas Sumatera Utara
50 Informasi detil mengenai tata cara perdagangan Efek bisa dilihat dalam Peraturan
BEI Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek.
4.1.2 Indeks LQ-45