Pada Zaman Sekarang Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Lokal

62 Peternakan. Masyarakat Batak Toba dahulu menjadikan peternakan sebagai salah satu kegiatan yang sangat penting. Hal ini terlihat dari bentuk rumah adat masyarakat batak Toba juga. Menurut salah seorangpejabat Dinas Kehutanan dan tokoh masyarakat Desa SianjurMula-Mula, dahulu hampir setiap rumah adat Batak Toba pasti memiliki ternak. Ternak ini mereka tempatkan pada bara Ruang diantara lantai dan tanah rumah adat Batak Toba. Pada awal pembangunan, rumah ini juga sengaja menyediakan ruang kosong ini untuk menjadi kandang ternak mereka kerbau, lembu dan babi. Para parmahan peternak ini akan menggembalakan lembu dan kerbau mereka ketempat yang ditumbuhi banyak rumput pada pagi hari dan mengembalikan ternak mereka tersebut kedalam bara pada sore hari. Pada umumnya mereka akan membawa lembu dan sapi mereka ke lahan yang memiliki banyak tulmok yang diterjemahkan Warneck 1977:273 dikutip dalam buku Manusia dan Alang-alang hal 75 “lalang yang baru bertunas kembali ”. Saat tulmok sudah habis, mereka akan melakukan pembakaran lahan hutan yang ditumbuhi lalang dengan harapan akan cepat tumbuh tunas muda yang nantinya akan menjadi makanan ternak mereka lagi. Hal peremajaan ini dilakukan agar ternak mereka makan dengan lahap, karena ternak sangat menyukai rumput-rumput muda.

4.1.2. Pada Zaman Sekarang

Pengambilan kayu. Pada saat ini masyarakat mulai menggunakan alat-alat modern, seperti penggunaan chainsaw mesin pemotonng kayu. Penggunaan alat-alat yang modern seperti ini membuat masyarakat tidak perlu lagi beramai- ramai melakukan pemotongan kayu. Karena mesin ini menggunakan tenaga Universitas Sumatera Utara 63 motor untuk memotong kayu sehingga lebih menghemat tenaga. Saat ini ritual yang dilakukan untuk pemotongan kayu pun sudah jarang dilakukan oleh masyarakat. Adapun saat ini penebangan pohon dilakukan bukan hanya untuk keperluan pribadi. Mereka akan menebang pohon dari lahan mereka sendiri dengan menggunakan mesin pemotong kayu. Kemudian batang-batang pohon tersebut akan dikeringkan dan dipotong-potong hingga kemudian akan dijual kepada para penampung pernyataan dari seorang ibu yang tidak ingin disebutkan namanya. Berburu dan menjerat Jobang. Masyarakat tidak melakukan ritual doa lagi pada saat perburuan. Hal ini menurut mereka karena dilakukan atau tidaknya proses berdoa tetap saja tidak akan menentukan hasil buruan mereka. Saat masyarakat sampai dihutan mereka juga tidak lagi berdoa untuk meminta keselamatan dan keberuntungan dalam perburuannya. Perbedaan perburuan dahulu dan sekarang juga adalah pada saat ini perburuan bukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi rumah tangga, tetapi hanya untuk mengisi waktu luang. Saat ini proses perburuan sudah sangat jarang terjadi. Karena menurut masyarakat,perburuan lebih memakan waktu dan biaya. Waktu yang seharusnya dihabiskan di hutan untuk mencari hasil buruan lebih baik digunakan mencari uang dan kemudian membeli makanan dipasar. Terlebih, dahulu perburuan ini dilakukan beramai-ramai yang kemudian hasilnya dibagi kemasyarakat lain. Sementara saat ini masyarakat lebih condong kepada pemenuhan kebutuhan masing-masing saja. Universitas Sumatera Utara 64 Pertanian. Hampir menggunakan proses yang sama seperti zaman dahulu namun, penebangan pohon sudah jarang ditemukan pada saat pengelolaan ini. Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah jarang membuka lahan baru lahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Adapun lahan yang mereka kelola merupakan lahan-lahan yang sudah pernah dijadikan lahan pertanian sebelumnya. Mereka hanya akan memotong rumput, membatasi dan kemudian membakar rumput-rumput tersebut. Setelah dilakukan pembakaran barulah mereka mulai mangombak mencangkul, membongkar akar-akar rumput agar tidak cepat tumbuh menjadi tunas baru. Proses pembakarannya juga hampir sama dengan proses pembakaran zaman dahulu. Peternakan. Masyarakat Batak Toba saat ini sudah sangat jarang memelihara ternak. Hal ini dapat dilihat dari berapa jumlah rumah tangga yang bara-nya terisi oleh ternak menurut pengakuan bapak Rudi Limbong pejabat Dinas Kehutanan. Jumlah peternak saat ini sudah sangat berkurang. Namun, mereka tetap saja melakukan pembakaran hutan. Pada musim panas, para peternak akan mulai kesulitan mencari rumput muda untuk makanan ternak mereka. Rumput-rumput akan mengering dan hewan-hewan ternak warga tidak akan mau untuk memakan rumput-rumput kering tersebut. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya pembakaran lahan termasuk kawasan hutan oleh para warga. Pembakaran ini kerap terjadi dan menjadi sebuah fenomena yang dianggap biasa oleh masyarakat Kabupaten Samosir. Pembakaran terjadi diantara bulan Juni sampai September, dalam rentang waktu inilah biasanya warga akan Universitas Sumatera Utara 65 mulai membakar lahan-lahan. Menurut pengakuan dari beberapa informan bahwa beberapa orang peternak akan masuk kedalam lahan kosong di dataran rendah. Awalnya mereka akan meyulut api pada sore atau malam hari. Hal ini dilakukan setelah para peternak memasukkan ternak mereka kedalam bara mereka. Untuk menghindari kemungkinan hewan ternak mereka terkena dampak pembakaran lahan. Masyarakat juga tidak sembarangan melihat kondisi alam ketika akan melakukan pembakaran lahan, sebelum melakukan pembakaran mereka juga memperhatikan arah mata angin di tempat mereka akan membakar lahan. Disaat angin mengarah ke area dataran tinggi, maka mereka akan melakukan pembakaran. Namun, jika angin bertiup kencang dari dataran tinggi ke dataran rendah maka warga tidak akan melakukan pembakaran lahan. Gambar 4.1 Kambing sebagai hewan ternak warga yang mencari makan di lereng-lereng bukit Sumber: Samuel Sagala Hal ini dimaksudkan agar api yang kecil tadi akan menyebar kedaerah dataran tinggi yang jauh dari daerah pemukiman warga. Sementara jika pembakaran dilakukan ketika angin berhembus dari atas ke daerah dataran rendah Universitas Sumatera Utara 66 maka dikhawatirkan akan merembet kearah pemukiman warga. Dataran yang lebih tinggi ini memang jarang ditempati oleh masyarakat. Hal ini menjadi salah satu kearifan lokal tersendiri yang ada di daerah lereng bukit Samosir dimana masyarakat mengetahui cara-cara yang baik dan aman menurut mereka ketika sedang membakar lahan hutan. Setelah api dinyalakan, maka mereka akan pergi dengan cepat. Setelah dibakar, selang beberapa minggu kemudian mereka akan mendapatkan lahan yang baru, bertunas muda dengan warna hijau muda dan disukai oleh ternak mereka. Hal ini akan menjadi sebuah keuntungan bagi mereka, karena disaat rumput muda tumbuh, mereka akan mudah untuk memberikan makan para hewan ternak mereka. Rumput tua yang ada di areal hutan, akan mempersulit mereka untuk mencari tempat sumber makanan ternak. Masyarakat umumnya mencari tempat yang lebih mudaah dijangkau dari tempat tinggal mereka yang lama kelamaan akan memakan jarak semakin jauh dari pemukiman mereka.Tempat mereka memperoleh rumput muda dan segar akan semakin jauh. Untuk itu masyarakat melakukan pembakaran lagi didaerah awal mereka memberikan makan ternak.

4.2 Pengelolaan Hutan oleh Pengusaha