Arti Hutan Bagi Masyarakat Samosir

40 6. Mekanisme pemerataan distribusi hasil “panen” atas sumberdaya milik bersama yang dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebih di dalam masyarakat tradisional. Tidak adanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian atau penggunaan sumberdaya di luar aturan adat yang berlaku.

3.2. Arti Hutan Bagi Masyarakat Samosir

Hutan merupakan salah satu lingkungan yang menjadi tempat banyak makhluk hidup tinggal dan banyak manfaat yang bisa didapat dari hutan itu sendiri. Peneliti mendapati bahwa hutan dalam pandangan masyarakat Samosir bukan hanya sekedar lingkungan yang ditumbuhi oleh banyak pohon yang jarang dijamah manusia ataupun hutan dengan ketentuan pemerintah didalamnya, tetapi hutan juga merupakan tempat mencari kayu, tanaman obat, berburu dan menjadi sumber mata pencaharian. Hutan menurut masyarakat Samosir juga memiliki penyebutan dengan istilah lokal yang dikenal dengan sebutan harangan atau tombak. Hutan yang mereka maksud merupakan salah satu daerah yang juga memiliki tingkat keangkeran yang sangat tinggi dimana sering ditumbuhi pohon-pohon yang besar sehingga dahulu sangat jarang masyarakat mau pergi ke dalam hutan bila tidak ada kepentingan yang sangat mendesak. Saat melakukan wawancara ini pun peneliti sedikit heran dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat. Saat peneliti berusaha bertanya “Hutan mana yang biasa dikelola oleh mereka masyarakat? ” Mereka menunjuk ke belakang Universitas Sumatera Utara 41 rumah. Dengan penasaran peneliti kembali bertanya, “Hutan? Tapi pohonnya mana? ” Kemudian salah seorang informan yang bernama Bapak Agus Sagala 45 tahun pun menjawab, “Hutan yang kami maksud ialah daerah yang disebut hutan secara turun-temurun, mungkin saat ini hutan itu tidak memiliki pohon, tapi dulu inilah hutan menurut leluhur kami dan sampai sekarang ini tetap merupakan hutan bagi kam i” Peneliti dalam hal ini melihat bahwa konsep hutan menurut masyarakat Samosir ternyata cukup rumit dan abstrak. Orang luar tidak akan mengetahui dimana hutan yang sebenarnya jika tidak bertanya kepada para warga masyarakat. Sehingga peneliti mencoba membagi konsepsi hutan menjadi dua bagian yakni hutan yang tampak dan hutan yang tidak tampak. Gambar 3.1. : Lereng bukit yang masih ditumbuhi oleh pepohonan yang telah terbakar di kawasan hutan Tele Kabupaten Samosir Sumber: Samuel Sagala Hutan yang tampak adalah hutan yang secara visual masih ada dan bisa dilihat dan diamati. Tidak bersifat abstrak karena wujudnya ada. Sementara hutan yang tidak tampak adalah wilayah hutan yang sudah tidak lagi ditumbuhi oleh Universitas Sumatera Utara 42 pepohonan yang kemudian berubah menjadi lahan kosong. Bersifat abstrak karena wujud hutan yang biasanya ditumbuhi oleh pepohonan tidak lagi tampak.

3.3. Sistem Pengetahuan Masyarakat Desa Tentang Ekosistem Hutan