Perubahan Sosial Yang Terkait Dengan Hutan

74 bukan merupakan LSM yang benar-benar fokus terhadap permasalahan lingkungan. Pemerintah juga mempermasalahkan kesekretariatan LSM SLTF yang tidak memiliki kesekretariatan di Kabupaten Samosir namun mengkritisi lingkungan yang ada di Kabupaten Samosir.

4.5. Perubahan Sosial Yang Terkait Dengan Hutan

Sangat banyak perubahan sosial yang dialami masyarakat baik perubahan sosial yang terjadi akibat dampak hutan maupun perubahan sosial yang terjadi atas tingkah laku masyarakat sendiri. Pada awalnya masyarakat yang masih sedikit hanya akan membutuhkan hasil-hasil hutan dengan jumlah yang masih tergolong kecil. Sementara saat ini di saat jumlah masyarakat semakin besar maka kebutuhan terhadap hutan juga semakin besar. Adapun perubahan-perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat adalah sebagai berikut: 1. Zaman dahulu untuk membangun rumah adat masyarakat membutuhkan kayu yang tergolong sedikit. Didalam satu rumah adat bisa ditempati oleh lebih dari empat kepala rumah tangga. Sementara pada saat ini rumah dibangun satu untuk setiap kepala rumah tangga yang secara otomatis akan membutuhkan kayu dengan jumlah yang lebih banyak. Pembangunan rumah adat juga hampir bisa dikatakan tidak ada. 2. Semakin banyak kepala rumah tangga maka akan semakin banyak pula kayu yang dibutuhkan. Sementara itu mau tidak mau pengambilan kayu dari hutan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk keperluan pembangunan Universitas Sumatera Utara 75 tersebut. Pengambilan kayu dari hutan juga tidak terbatas dalam konteks hutan produksi saja, melainkan mencakup hingga hutan milik masyarakat dan juga hutan lindung milik Negara. 3. Perkembangan teknologi juga menjadikan masyarakat lebih rakus dan juga lebih cepat dalam menghabiskan lahan hutan yang ada. Penggunaan gergaji mesin, dan alat-alat berupa traktor dan juga mobil-mobil truk pengangkut kayu glondongan menambah cepat laju penebangan hutan yang ada di Kabupaten Samosir. 4. Penebangan yang dilakukan secara terus menerus oleh pihak-pihak yang tak bertangungjawab mengakibatkan menyusutnya lokasi-lokasi tempat tinggal hewan liar yang habitatnya di hutan seperti monyet, kambing gunung, rusa dan juga babi hutan. 5. Adanya Onan pasar tradisional menjadikan kegiatan berburu masyarakat hilang karena hampir setiap kebutuhan hidup dalam bentuk makanan lebih mudah didapat di pasar. Sementara jika melakukan perburuan, disamping membutuhkan waktu yang cukup lama, juga membutuhkan banyak orang dan belum tentu bisa mendapatkan hasil buruan. Hal inilah yang menjadikan perubahan di dalam masyarakat dimana dari proses perburuan menjadi proses pemenuhan kebutuhan dengan cara mencari pekerjaan lain untuk memperoleh uang yang kemudian dapat mereka gunakan untuk membeli kebutuhan lain di pasar. 6. Gotong-royong yang dahulu sering dilakukan dalam kegiatan pengambilan kayu, berburu dan menjerat tidak pernah lagi dilakukan. Mengingat Universitas Sumatera Utara 76 masyarakat lebih memilih usaha pemenuhan kebutuhan mereka secara sendiri-sendiri 7. Pembangunan rumah adat Batak Toba sudah jarang dilakukan mengingat kayu dan biaya yang dibutuhkan lebih besar dibanding membangun rumah biasa. Hal ini disebabkan kayu yang digunakan untuk membangun rumah adat seperti sappinur tali, sappinur bunga, martolu bolon, martolu hapashapas sudah susah ditemukan dan juga di lain sisi kayu tersebut hanya tumbuh dilahan hutan milik Negara. Pak Sagala mengatakan bahwa “Dang holan hau na maol ni dapot, adong pe hau um godang do adong ilahan pemerintah jala ikkon marijin do anggo lao pajongjong hon jabu” yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi: Bukan hanya kayu yang sulit didapat, adapun kayu lebih banyak dilahan pemerintah kemudian harus punya ijin kalau mau membangun rumah, sebut bapak Sagala selaku kepala desa Sianjur Mula- mula.

4.6. MasyarakatPengusaha dan Pemerintah