Asal Usul Sistem Pengetahuan Masyarakat

38

BAB III SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA MENGENAI HUTAN

DI KABUPATEN SAMOSIR

3.1. Asal Usul Sistem Pengetahuan Masyarakat

Pengetahuan masyarakat lokal tentang lingkungannya berkembang dari pengalaman sehari-hari.Dari sistem pengetahuan ini kebudayaan mereka terus beradapatasi dan berkembang agar mampu menjawab persoalan-persoalan yang muncul berbagai tradisi, upacara adat dan tindakan sehari-hari mereka mengandung makna yang dalam atas hubungan mereka dengan lingkungannya. Konservasi tradisional pada masyarakat di Kabupaten Samosir, yang didasari nilai-nilai dan kearifan lingkungan, terbukti mampu mempertahankan kehidupan mereka selama berabad-abad di lingkungan lokal mereka hidup.Hal ini menjadi sangat relevan dan penting diungkapkan ditengah pergulatan kita mencari pemecahan atas persoalan-persoalan lingkungan, khususnya kerusakan sumber daya alam, yang muncul sebagai dampak pembangunan yang beorientasi pada pertumbuhan ekonomi Nababan, 1995. Prinsip-prinsip konservasi yang telah mengkristal dalam berbagai bentuk kearifan tradisional, telah mengakar dan berkembang pada berbagai bentuk praktek yang diterapkan masyarakat tersebut.Kaidah-kaidah konservasi alam diadaptasi dari pengalaman mereka menyelaraskan diri dengan alam.Pengalaman- pengalaman tersebut kemudian dihimpun dan disebarluaskan kepada seluruh Universitas Sumatera Utara 39 anggota masyarakat untuk dijadikan pedoman dan bagi pelanggarnya diberlakukan sanksi, sehingga lama kelamaan menjadi tradisi dan tata nilai kehidupan mereka Wiratno 2004. Menurut Nababan Nababan.1995 kebudayaan-kebudayaan tradisional, khususnya dalam hal pengelolaan sumberdaya alam seperti hutan secara tradisional telah memiliki prinsip-prinsip konservasi diantaranya: 1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan harmoni hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat tradisional lebih condong memandang dirinya sebagai bagaian dari alam itu sendiri. 2. Rasa memiliki yang esklusif bagi komonitas atas suatu kawasan atau sumberdaya alam tertentu sebagai hak kepemilikan bersama communal property resource. Rasa memiliki ini mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankan sumberdaya bersama ini dari pihak luar. 3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat local knowledge system yang memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah- masalah yang mereka hadapi dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas. 4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan hemat include energi sesuai dengan kondisi alam setempat. 5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan sumberdaya milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun masyarakat luar pendatang. Dalam hal ini masyarakat tradisional sudah memiliki pranata dan hukum adat yang mengatur semua aspek kehidupan bermasyarakat dalam suatu kesatuan sosial tertentu Universitas Sumatera Utara 40 6. Mekanisme pemerataan distribusi hasil “panen” atas sumberdaya milik bersama yang dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebih di dalam masyarakat tradisional. Tidak adanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian atau penggunaan sumberdaya di luar aturan adat yang berlaku.

3.2. Arti Hutan Bagi Masyarakat Samosir