Folklore Tentang Hutan Larangan

53 1. Dapat mengatur air 2. Dapat mencegah terjadinya erosi 3. Dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan 4. Dapat memberikan rasa keindahan 5. Dapat memberikan manfaat di sektor pariwisata 6. Dapat memberikan manfaat dalam bidang pertahanan keamanan 7. Dapat menampung tenaga kerja, dan 8. Dapat menambah devisa negara.

3.5. Folklore Tentang Hutan

Dalam kehidupan masyarakat yang tradisional biasanya saat pergi kehutan untuk marburu, marsiroppa, dan jobang, kita dilarang membawa orang yang telah melakukan kejahatan contoh: mencuri dan berbohong.Hutan diyakini dapat memberikan tanda-tanda kejadian yang akan menimpa rakyat sekitar. Salah satu contoh, saat akan datang banjir bandang aliran air sungai meluap maka ada tanda-tanda di sungai sekitar hutan. Daerah hutan memiliki penguasa yang berwujud ular yang sangat besar, monyet putih dan juga harimau putih. Apabila kita memasuki hutan tanpa adanya proses permintaan izin, maka hewan tersebut akan memperlihatkan wujud mereka, hal ini akan membuat orang yang masuk kedalam hutan tersebut takut. Hewan-hewan yang dianggap menjadi penguasa hutan oleh masyarakat ini diyakini akan muncul apabila kita melanggar larangan atau pantangan yang sudah ada secara lisan oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara 54

3.6. Larangan

Larangan umum yang masih diyakini masyarakat sampai saat ini ialah membawa daging babi dan mengkonsumsi babi saat masuk kedalam hutan, karena menurut keyakinan masyarakat Batak Toba disekitaran lingkungan hutan ini, babi merupakan binatang yang haram. Saat membawa babi kedalam hutan kita akan mengalami musibah, seperti linglung atau kesasar saat berada didalam hutan. Tidak boleh berkata-kata kasar, buang air sembarangan dan tidak boleh membawa teman yang melakukan perbuatan jahat. Saat larangan ini dilanggar. Maka teman-teman dari orang yang melanggar tersebut harus kembali kekampung dan mencari tokoh adat untuk melakukan ritual doa di desa. Berharap mendapatkan petunjuk untuk menemukan kerabat mereka yang tersesat di hutan. Hal ini dilakukan dengan cara memohon maaf apabila kerabat mereka yang berada didalam hutan tersebut melakukan kesalahan. Setelah mendapat petunjuk, barulah masyarakat beramai-ramai kehutan untuk mencari kerabat mereka yang tersesat tersebut. Masyarakat Batak Toba didaerah Desa Ginolat ini pun mengakui adanya pohon-pohon tertentu yang tidak bisa ditebang, terutama pohon beringin besar yang sudah sangat tua. Bahkan mereka tidak berani untuk menebang pohon tersebut. Hingga saat ini masih ada pohon-pohon besar yang berumur puluhan hingga ratusan tahun didaerah hutan. Pohon besar ini menjadi pohon yang dilarang untuk ditebang, terkadang hanya untuk melewati pohon ini masyarakat har us meminta izin seperti mengucapkan “santabi”.Pohon Beringin merupakan Universitas Sumatera Utara 55 pohon yang paling di sakralkan didaerah hutan bahkan dilingkungan penduduk. Masyarakat menganggap pohon tersebut sebagai pohon yang keramat. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sesajen atau alat ritual disekitar pohon tersebut. Bapak Agus Sagala juga mengatakan bahwa: “Ai anggo hinan angka masyarakat mangalean sesajen lao manjalo hasehaton, pasahathon pangidoan, dohot manjalo rezeki”Kalau dahulu masyarakat memberikan sesajen dibawah pohon untuk meminta kesembuhan dari penyakit, menyampaikan permintaan dan meminta rezeki. Hal ini senada dengan penjelasan dari E.B. Taylor dalam Koentjaraningrat. 1982 yang mengatakan bahwa manusia mempercayai benda-benda yang ada disekelilingnya memiliki roh yang menjaga daerah tersebut.

3.7. Tradisi Masyarakat Dalam Mengelola Hutan