rentaishi, adverbia fukushi, interjeksi kandoushi, konjungsi setsuzokushi, verba bantu jodoushi, partikel joushi, Dahidi dan Sudjianto, 2007: 98.
Nomura dalam Dahidi dan Sudjianto 2011: 149 menyatakan bahwa Verba doushi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata ini
dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat.
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis makna verba suru dan yaru
yang bermakna sama namun berbeda cara penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu semantik.
Semantik imiron merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata go no imi, relasi
makna antar satu sukukata dengan kata lainnya go no imi kankei, makna frasa ku no imi,
dan makna kalimat bun no imi Sutedi, 2011: 127. Relasi makna merupakan objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas
pada penelitian ini, khususnya sinonim karena verba suru dan yaru termasuk ke dalam kata-kata bersinonim.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori fungsi dan makna, selain itu juga menggunakan pendekatan linguistik di bidang semantik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, fungsi ialah: 1 Jabatan pekerjaan yang dilakukan, 2 faal kerja suatu bagian tubuh, 3 besaran yang berhubungan, jika besaran yang
Universitas Sumatera Utara
satu berubah, besaran yang lain juga berubah, 4 kegunaan suatu hal, 5 peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas KBBI, 2007: 322.
Fungsi suatu verba sangat berkaitan dengan semantik terutama dalam segi makna. Dalam semantik imiron terdapat beberapa objek kajian, antara lain
adalah makna kata go no imi, relasi makna go no imi kankei antar satu kata dengan kata lainnya, makna frase dalam satu idiom ku no imi dan makna kalimat
bun no imi Sutedi, 2011: 127. Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna go to go
no imi kankei yang terdiri dari: hubungan kesinonimanruigi kankei, antonim
hangi kankei, dan hubungan hipponimi dan hipernimi jouge kankei. Verhaar dalam Pateda 2001: 223 mengatakan bahwa sinonimi adalah
ungkapan biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frasa atau malah kalimat yang kurang lebih sama maknanya dengan satu ungkapan lain. Artinya, meskipun
maknanya sama tetapi memperlihatkan perbedaan-perbedaan, apalagi jika dihubungkan dengan pemakaian kata- kata tersebut. Hal ini terjadi karena
berbagai faktor, diantaranya penggunaannya dalam kalimat. Misalnya pada verba ‘suru’ dan ‘yaru’, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna sama yaitu ‘mengerjakan melakukan’. Akan tetapi, meskipun kedua kata tersebut bersinonim, namun
maknanya bisa berbeda pada konteks dan situasi tertentu. Makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks ini disebut dengan makna
kontekstual Pateda, 2001: 11.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menganalisis fungsi dan makna verba suru dan yaru dalam novel Ashinaga Ojisan, penulis menggunakan teori fungsi dan makna serta teori
kontekstual.
1.5 Tujuan Dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian