Jenis- Jenis Makna Makna .1 Definisi Makna

2.2.2 Jenis- Jenis Makna

Chaer 2009: 59 mengatakan bahwa jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, yakni: 1. Berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh- sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya: kata tikus, makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat ‘tikus itu mati diterkam kucing’. Kata tikus pada kalimat tersebut, jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat ‘yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam’, bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus. Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Contoh: Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat ‘batu seberat itu terangkat juga oleh adik’, melahirkan makna ‘dapat’, dan dalam kalimat ketika ‘balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas’ melahirkan makna Universitas Sumatera Utara gramatikal ‘tidak sengaja’. Contoh reduplikasi dapat dilihat pada kata ‘buku’ yang bermakna ‘sebuah buku’ menjadi ‘buku- buku’ yang bermakna ‘banyak buku’. Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat pada kata ‘sate ayam’ yang tidak sama dengan ‘sate madura’. Yang pertama menyatakan ‘asal bahan’ dan yang kedua menyatakan ‘asal tempat’. Begitu juga komposisi ‘anak asuh’ tidak sama maknanya dengan komposisi ‘orang tua asuh’. Yang pertama bermakna ‘anak yang diasuh’ sedangkan yang kedua bermakna ‘orang tua yang mengasuh’. 2. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata leksem dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna non- referensial. Makna referensial ialah bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh: kata ‘meja’ dan ‘kursi’ termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu ‘sejenis perabot rumah tangga’. Sedangkan makna non-referensial ialah kata yang mempunyai makna, tetapi tidak memiliki referen. Contoh: kata ‘karena’ dan kata ‘tetapi’ tidak mempunyai referen, jadi kata tersebut bermakna non- referensial. 3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata leksem dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ‘nilai rasa’, baik positif maupun negatif. Sedangkan makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Universitas Sumatera Utara Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna ini sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh: kata ‘perempuan’ dan ‘wanita’. Kedua kata ini memiliki makna denotasi yang sama, yaitu ‘manusia dewasa’ bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama tetapi dewasa ini kedua kata itu mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata perempuan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata wanita memiliki nilai rasa yang tinggi. Ini terbukti dari tidak digunakannya kata perempuan itu di dalam berbagai nama organisasi atau lembaga. Misalnya: dharma wanita, gedung wanita, ikatan pengusaha wanita, dan lain-lain. 4. Berdasarkan ketepatan maknanya, dapat dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah. Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Contoh: kata ‘tangan’ dan ‘lengan’. Dalam bahasa umum lengan dan tangan dianggap besinonim. Tetapi dalam bidang kedokteran kata tersebut digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. ‘Tangan’ adalah ‘pergelangan sampai ke jari-jari’, sedangkan lengan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’. 5. Berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat dibedakan menjadi makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Makna ini sesungguhnya sama dengan perlambang- perlambang yang digunakan oleh suatu Universitas Sumatera Utara masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contoh: kata ‘melati’ berasosiasi dengan makna ‘suci’, atau ‘kesucian’. Begitu juga dengan kata ‘cendrawasih’ berasosiasi dengan makna ‘indah’. Makna idiom adalah makna sebuah satuan bahasa entah kata, frasa, atau kalimat yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur- unsur pembentuknya. Contoh: ‘membanting tulang’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘bekerja keras, dan ‘meja hijau’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘pengadilan’. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frasa. Contoh: frase ‘gadis itu cantik’, ‘pemuda itu tampan’, dan ‘bunga itu indah’. Kita tidak dapat mengatakan gadis itu tampan, pemuda itu cantik, dan bunga itu molek. Karena cantik, tampan, indah dan molek maknanya tidak sama, namun hanya informasinya yang sama.

2.2.3 Relasi Makna