Relasi Makna Makna .1 Definisi Makna

masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contoh: kata ‘melati’ berasosiasi dengan makna ‘suci’, atau ‘kesucian’. Begitu juga dengan kata ‘cendrawasih’ berasosiasi dengan makna ‘indah’. Makna idiom adalah makna sebuah satuan bahasa entah kata, frasa, atau kalimat yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur- unsur pembentuknya. Contoh: ‘membanting tulang’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘bekerja keras, dan ‘meja hijau’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘pengadilan’. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frasa. Contoh: frase ‘gadis itu cantik’, ‘pemuda itu tampan’, dan ‘bunga itu indah’. Kita tidak dapat mengatakan gadis itu tampan, pemuda itu cantik, dan bunga itu molek. Karena cantik, tampan, indah dan molek maknanya tidak sama, namun hanya informasinya yang sama.

2.2.3 Relasi Makna

Chaer, 1994: 297 mengatakan bahwa relasi makna ialah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Dalam relasi makna biasanya membicarakan masalah- masalah yang disebut dengan sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundasi. 1. Sinonim Universitas Sumatera Utara Sinonim atau sinonimi ialah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya . Contoh: kata ‘bunga’ dan kata ‘kembang’ adalah dua buah kata yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Jadi, kalau kata ‘bunga’ bersinonim dengan kata ‘kembang’, maka kata ‘kembang’ juga bersinonim dengan kata ‘bunga’ Chaer, 2009: 83. 2. Antonim Antonim atau antonimi adalah hubungan semnatik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Contoh: kata ‘membeli’ dengan kata ‘menjual’. Hubungan antara dua satuan ujaran yang berantonim juga bersifat dua arah. Jadi, kalau kata ‘membeli’ berantonim dengan kata ‘menjual’, maka kata ‘menjual’ juga berantonim dengan kata ‘membeli’. 3. Polisemi Sebuah kata atau satuan ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu. Contoh: kata ‘kepala’ yang mempunyai makna sebagai berikut: .1 bagian tubuh manusia. Contoh: kepalanya luka kena pecahan kaca. 2 ketua atau pemimpin. Contoh: kepala kantor itu bukan paman saya. 3 sesuatu yang berada di sebelah atas. Contoh: kepala surat biasanya berisi nama dan alamat kantor. 4 sesuatu yang berbentuk bulat. Contoh: kepala jarum itu terbuat dari plastik. Universitas Sumatera Utara 5 sesuatu atau bagian yang sangat penting. Contoh: yang duduk di kepala meja itu tentu orang penting. 4. Homonim Homonim adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Contoh: kata ‘pacar’ yang bermakna ‘inai’ dan kata ‘pacar’ yang bermakna ‘kekasih’, dan kata ‘bisa’ yang berarti ‘racun ular’ dan kata ‘bisa’ yang berarti ‘sanggup’. 5. Hiponim Hiponim adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran lainnya. Contoh: kata ‘merpati’ dan kata ‘burung’. Makna kata merpati tercakup dalam makna kata burung. Kita dapat mengatakan ‘merpati adalah burung’, tetapi ‘burung bukan hanya merpati’. 6. Ambiguiti Ambiguiti adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Contoh: ‘buku sejarah baru’. Maknanya menjadi 1 buku sejarah itu baru terbit, 2 buku itu memuat sejarah zaman baru. Makna 1 dan 2 itu terjadi karena kata baru yang ada dalam kontruksi itu, dapat dianggap menerangkan frase buku sejarah, dapat juga dianggap hanya menerangkan kata sejarah. Universitas Sumatera Utara 7. Redundansi Redundansi ialah berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Contoh: ‘bola itu ditendang oleh Dika’ tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan ‘bola itu ditendang Dika’. Penggunaan kata oleh ini dianggap redundans, berlebih-lebihan. Begitu juga pada kalimat ‘Nita mengenakan baju berwarna merah’, tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan ‘Nita berbaju merah’. 2.4 Fungsi dan Makna Verba Suru dan Yaru 2.4.1 Fungsi dan Makna Verba Suru