makna ‘mengerjakan melakukan’, tetapi dalam pemakaian pada beberapa kalimat, antara kedua verba ini masing-masing memiliki fungsi dan nuansa makna yang
berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai sinonim verba Suru dan Yaru yang selanjutnya akan penulis bahas dalam skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Verba Suru dan
Yaru dalam Novel Ashinaga Ojisan”.
1.2 Perumusan Masalah
Banyaknya verba suru ditemukan di dalam bahasa Jepang dan ternyata bersinonim dengan verba yaru yang artinya sama-sama ‘mengerjakan melakukan’
membuat penulis merasa kesulitan dalam menentukan kata mana yang cocok digunakan pada kalimat bahasa Jepang dan dalam konteks kalimat yang
bagaimana seharusnya digunakan. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan makna kata satu persatu. Untuk itu penulis
mengumpulkan beberapa kalimat dari sebuah novel yang di dalamnya banyak terdapat verba suru dan yaru.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa fungsi dan makna verba suru dalam novel Ashinaga Ojisan?
2. Apa fungsi dan makna verba yaru dalam novel Ashinaga Ojisan?
Universitas Sumatera Utara
3. Apa perbedaan fungsi dan nuansa makna verba suru dan yaru dalam novel
Ashinaga Ojisan?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, pada penulisan skripsi ini penulis membatasi pembahasan mengenai fungsi dan nuansa makna kata yang
bersinonim yaitu suru dan yaru. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan masalah tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok
permasalahan yang dibahas. Pembahasan dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada analisis
perbedaan fungsi dan nuansa makna dari kedua kata yang bersinonim tersebut. Untuk masing-masing kata suru dan yaru akan dibahas 10 buah kalimat, yang
diambil dari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang terdapat pada novel Ashinaga Ojisan karya Jean Webster yang diterjemahkan oleh Tsuboi Ikumi dengan tebal
248 halaman.
1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Kosakata goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan
bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan. Goi dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu verba doushi, ajektiva-i
keiyoushi, ajektiva-na na-keiyoudoushi, nomina meishi, prenomina
Universitas Sumatera Utara
rentaishi, adverbia fukushi, interjeksi kandoushi, konjungsi setsuzokushi, verba bantu jodoushi, partikel joushi, Dahidi dan Sudjianto, 2007: 98.
Nomura dalam Dahidi dan Sudjianto 2011: 149 menyatakan bahwa Verba doushi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata ini
dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat.
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis makna verba suru dan yaru
yang bermakna sama namun berbeda cara penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu semantik.
Semantik imiron merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata go no imi, relasi
makna antar satu sukukata dengan kata lainnya go no imi kankei, makna frasa ku no imi,
dan makna kalimat bun no imi Sutedi, 2011: 127. Relasi makna merupakan objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas
pada penelitian ini, khususnya sinonim karena verba suru dan yaru termasuk ke dalam kata-kata bersinonim.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori fungsi dan makna, selain itu juga menggunakan pendekatan linguistik di bidang semantik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, fungsi ialah: 1 Jabatan pekerjaan yang dilakukan, 2 faal kerja suatu bagian tubuh, 3 besaran yang berhubungan, jika besaran yang
Universitas Sumatera Utara
satu berubah, besaran yang lain juga berubah, 4 kegunaan suatu hal, 5 peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas KBBI, 2007: 322.
Fungsi suatu verba sangat berkaitan dengan semantik terutama dalam segi makna. Dalam semantik imiron terdapat beberapa objek kajian, antara lain
adalah makna kata go no imi, relasi makna go no imi kankei antar satu kata dengan kata lainnya, makna frase dalam satu idiom ku no imi dan makna kalimat
bun no imi Sutedi, 2011: 127. Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna go to go
no imi kankei yang terdiri dari: hubungan kesinonimanruigi kankei, antonim
hangi kankei, dan hubungan hipponimi dan hipernimi jouge kankei. Verhaar dalam Pateda 2001: 223 mengatakan bahwa sinonimi adalah
ungkapan biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frasa atau malah kalimat yang kurang lebih sama maknanya dengan satu ungkapan lain. Artinya, meskipun
maknanya sama tetapi memperlihatkan perbedaan-perbedaan, apalagi jika dihubungkan dengan pemakaian kata- kata tersebut. Hal ini terjadi karena
berbagai faktor, diantaranya penggunaannya dalam kalimat. Misalnya pada verba ‘suru’ dan ‘yaru’, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna sama yaitu ‘mengerjakan melakukan’. Akan tetapi, meskipun kedua kata tersebut bersinonim, namun
maknanya bisa berbeda pada konteks dan situasi tertentu. Makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks ini disebut dengan makna
kontekstual Pateda, 2001: 11.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menganalisis fungsi dan makna verba suru dan yaru dalam novel Ashinaga Ojisan, penulis menggunakan teori fungsi dan makna serta teori
kontekstual.
1.5 Tujuan Dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna verba suru dalam novel Ashinaga
Ojisan. 2. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna verba yaru dalam novel Ashinaga
Ojisan. 3. Untuk mendeskripsikan perbedaan fungsi dan makna verba suru dan yaru
dalam novel Ashinaga Ojisan.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai verba bahasa Jepang, terutama verba suru dan yaru.
2. Menambah referensi dalam bidang linguistik khususnya bidang semantik
guna menunjang pembelajar bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Djadjasudarma 1993: 15 menyatakan bahwa deskripsi merupakan gambaran
ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri. Data- data diperoleh melalui metode penelitian pustaka library research,
ialah teknik-teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari buku-buku, baik itu buku pelajaran bahasa Jepang maupun novel berbahasa
Jepang yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Sedangkan teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan teknik deskriptif, yaitu dengan
memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Membaca novel Ashinaga Ojisan. 2.
Mengumpulkan verba suru dan yaru yang terdapat dalam novel Ashinaga Ojisan.
3. Menganalisis fungsi dan makna verba suru dan yaru
4. Mendeskripsikan dalam sebuah laporan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG VERBA BAHASA JEPANG, MAKNA
DAN VERBA SURU DAN YARU
2.1. Verba Bahasa Jepang 2.1.1 Pengertian Verba