Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang

(1)

ANALISIS MAKNA VERBA KAKERU DALAM NOVEL JEPANG

NIHON NO SHOUSETSU NI OKERU KAKERU NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh :

JENNY EVA BINTARI SIMARMATA

110708067

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISIS MAKNA VERBA KAKERU DALAM NOVEL JEPANG

NIHON NO SHOUSETSU NI OKERU KAKERU NO IMI NO BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Diah Syafitri H, M. Litt Drs. H. Yuddi Adrian M, M.A NIP: 197212281999 03 2 001 NIP: 19600827 199103 1 001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Oktober 2015 Departemen Sastra Jepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP. 19600919 198803 1 001


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya

Pada Hari : Tanggal : Pukul :

Fakultass Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP: 19511013 1976 03 1 001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas anugerah-Nyalah penyusunan skripsi berjudul “Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang” dapat terselesaikan tepat waktu. Penulisan skripsi ini juga ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama pembuatan skripsi ini, dari awal hingga akhir. Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Saatra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr.Diah Syafitri H, M. Litt, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian M, M A, selaku Dosen Pembimbing II, yang memberikan masukan dan perbaikan kepada penulis.

5. Seluruh staff pengajar Departemen Sastra Jepang, yang telah banyak memberikan penulis masukan dan ilmu. Mulai dari tahun pertama hingga akhirnya dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. Semoga semua ilmu yang diberikan bermanfaat bagi banyak orang.

6. Teristimewa sekali, penulis sampaikan terima kasih kepada papa B.M Simarmata dan mama T. Nainggolan, orang tua penulis yang senantiasa memberi kasih sayang, doa, kesabaran, dukungan semangat, keringat dan air mata, serta dukungan materil yang tak terhingga, demi kebahagiaan,


(6)

memberikan kesehatan, rezeki dan umur yang panjang kepada kedua orang tua penulis, sehingga penulis akan dapat membahagiakan dan membalas semua kebaikan mereka.

7. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua abang, Borry Naik Santana Simarmata dan Jurgan Kasogi Simarmata serta kakak Wimelda Rana Sari Simarmata yang sangat penulis sayangi. Terima kasih untuk semua dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada penulis.

8. Dosen Penguji Ujian Seminar Proposal dan Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini.

9. Teman-teman Sastra Jepang stambuk 2011, Agnes, Kristina, Lora, Agnes, Cindy, Romando dan semua-semuanya. Tak pernah terpikirkan penulis mendapatkan teman seperti kalian. Kenangan dan pengalaman indah kita bersama tidak akan penulis lupakan.

10. Terima kasih kepada teman – teman penulis Lidwina, Adinda, Hanna, Marina, Tanti dan Elvi yang senantiasa memberi semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

11. Abang Joko Santoso, Amd sebagai administrasi jurusan Sastra Jepang yang selalu membantu mengurus keperluan berkas-berkas penulis.

12. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberika bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tanpa penulis sadari sangat banyak orang-orang yang ikut berperan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Hanya Tuhan yang dapat membalas kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga


(7)

skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, pembaca serta peneliti yang ingin meneliti Makna Verba Kakeru lebih lanjut, khususnya mahasiswa/mahasiswi Jurusan Sastra Jepang, Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2015 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI KATA

PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan... ...4

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...4

1.4.1 Tinjauan Pustaka... ...4

1.4.2 Kerangka Teori... ...7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian... ...8

1.5.1 Tujuan Penelitian... ...8

1.5.2 Manfaat Penelitian... ...9

1.6 Metode Penelitian...9

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK, MAKNA, VERBA KAKERU, DAN POLISEMI 2.1 Studi Semantik...11

2.1.1 Pengertian Semantik...11

2.1.2 Relasi Makna...12

2.1.3 Kajian Semantik Tentang Makna...13

2.2 Konsep Verba Kakeru...16

2.3 Makna Verba Kakeru...17


(9)

2.4.1 Pengertian Polisemi...33

2.4.2 Penyebab Terjadinya Polisemi...34

BAB III ANALISIS MAKNA VERBA KAKERU DALAM NOVEL JEPANG 3.1 Klasifikasi Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang...36

3.1.1 Bara no Satsujin...36

3.1.1.1 Mengencangkan Agar Kencang dan Tidak Bergerak...36

3.1.1.2 Melakukan Suatu Tindakan kepada Lawan... 37

3.1.1.3 Mengingat/MenempatkanSesuatuHaldidalamHatiAgarTidak Lupa...39

3.1.1.4 Meletakkan/Menempatkan Ujung Benda Panjang di Sisi Benda Lain untuk Menyambungnya...40

3.1.1.5 Menambahkan Tekanan, Termasuk yang Tidak Hanya Berasal dari Arah Atas...40

3.1.2 Kazoku Hakkei...41

3.1.2.1 Melakukan Suatu Tindakan kepada Lawan...41

3.1.2.2 Mengingat/Menempatkan Sesuatu Hal di dalam Hati Agar Tidak Lupa...41

3.1.2.3 Melakukan Mesin dari Atas, Kemudian Memproses Permukaan Benda...42

3.1.2.4 Menambahkan Tekanan, Termasuk yang Tidak Hanya Berasal dari Arah Atas...43

3.2 Analisis Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang...43

3.2.1 Mengencangkan Agar Kencang dan Tidak Bergerak...43

3.2.2 Melakukan Suatu Tindakan kepada Lawan... ...45

3.2.3 Mengingat/Menempatkan Sesuatu Hal di dalam Hati Agar Tidak Lupa...49 3.2.4 Meletakkan/Menempatkan Ujung Benda Panjang di


(10)

3.2.5 Melakukan Mesin dari Atas, Kemudian Memproses

Permukaan Benda...53 3.2.6 Menambahkan Tekanan, Termasuk yang Tidak Hanya

Berasal dari Arah Atas... ...54 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan... ...57 4.2 Saran... ...60 DAFTAR PUSTAKA


(11)

ABSTRAK

Pada skripsi ini, penulis membahas tentang sebuah karya sastra yaitu novel. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisikan cerita-cerita fiksi. Biasanya menceritakan atau menggambarkan tentang realita kehidupan dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Novel yang akan diteliti oleh penulis ada dua buah novel yaitu Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei. Di dalam novel tersebut, yang akan diteliti penulis adalah penggunaan sebuah kata untuk mengetahui maknanya di dalam konteks kalimat.

Di dalam skripsi ini penulis menggunakan kajian semantik. Objek kajian yang akan diteliti dalam semantik adalah relasi makna. Di dalam relasi makna salah satunya terdapat polisemi. Polisemi adalah satu kata yang memiliki arti lebih dari satu, yang kata dasarnya saling berkaitan.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan klasifikasi makna verba kakeru dan mendeskripsikan makna verba kakeru dalam kalimat-kalimat yang terdapat pada dua buah novel Jepang yaitu Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei. Penulis membahas makna verba kakeru yang terdapat pada novel Bara no Satsujin sebanyak 7 cuplikan dan dari novel Kazoku Hakkei sebanyak 5 cuplikan sesuai dengan teori Moriyama Shin.

Penulisan skripsi ini adalah menggunakan t e o r i m a k n a k o n t e k s t u a l , metode deskriptif dan pengumpulan data melalui metode penelitian pustaka.

Kakeru merupakan salah satu jenis doushi yang termasuk ke dalam ichidandoushi dan godandoushi. Verba kakeru memiliki makna banyak yang berasal dari kata yang sama. Mengalami perubahan makna yang akan berbeda-beda berdasarkan dengan kata yang mendahuluinya. Verba kakeru yang penulis temukan di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei merupakan verba kakeru yang termasuk ke dalam ichidandoushi. Dalam penggunaannya memerlukan objek (transitif) dan ditulis dengan


(12)

Dalam menganalisis makna verba kakeru dalam kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei, penulis menggunakan teori pakar yang berhubungan dengan makna verba kakeru sebagai landasan. Dalam menganalisis makna verba kakeru penulis menggunakan teori Moriyama. Penulis menemukan verba kakeru yang berbeda arti walaupun berasal dari frasa kakeru yang sama, seperti oiuchi wo kakeru yang memiliki arti“menepuk” dan “mengejar”. Hal tersebut disebabkan situasi dan kondisi di dalam kalimat yang berbeda.

Moriyama membagi makna kakeru menjadi 22 buah makna. Tetapi, di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei, penulis menemukan makna kakeru sebanyak 6 buah. Yaitu mengencangkan agar tidak bengerak dan kencang, mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati, melakukan suatu tindakan kepada lawan, meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungnya, meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda, dan menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas.

Berdasarkan hasil analisis, terdapat 28 buah kalimat yang memiliki verba kakeru di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei. Yaitu terdiri dari 3 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna mengencangkan agar tidak bengerak dan kencang, 3 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati, 6 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna melakukan suatu tindakan kepada lawan, 1 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungnya, 1 buah kalimat yang memiliki veba kakeru yang bermakna meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda, dan 2 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas.

Sedangkan di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei terdapat verba kakeru yang tidak ada di dalam teori Moriyama, yaitu : yougi wo kakeru, kama ni kakeru,


(13)

goumon ni kakeru, mata ni kakeru, hana ni kakeru, kotoba wo kakeru, dan saiminjutsu wo kakeru.

Penulisan skripsi ini berguna untuk menambah pemahaman dan pengetahuan makna verba kakeru sebagai polisemi dalam bahasa Jepang dan sebagai referensi ilmu ketatabahasaan ini untuk diteliti lebih lanjut.


(14)

日本の小説における「かける」の分析

ほん 論 文 ろんぶん

では筆 者 ひっしゃ

が 小 説

しょうせつ と 言

う文 学 製 品

ぶんがくせいひん

を 研 究

けんきゅう

する。 小 説

しょうせつ

はフィ クショ ン

ふぃくしょん

の 話

ばなし

に含

ふく

まれている 文 学 製 品

ぶんがくせいひん

の形

かたち の一

ひと

つである。 普通

ふつう

は社 会 しゃかい

と 周 まわ

り の関 係 かんけい

について

語 かた

るものである。 分 析

ぶんせき

された 小 説

しょうせつ

が 筆 者

ひっしゃ

は 二

ふた

つの 小 説

しょうせつ

あ る 。それは「 バラ

ばら の

殺 人 さつじん

」と「 家族八景

かぞくはっけい

」である。 小 説

しょうせつ

には筆 者

ひっしゃ

がコンテキスト

こんてきすと

にあ っ た意味

いみ

と単語

たんご の使

つか

い方 かた

を知るためである。

この論 文 ろんぶん

では筆 者 ひっしゃ

が意味論

いみろん

の理論

りろん を使用

しよう

した。 意味論

いみろん

に 分 析 ぶんせき

された 研 究 対 象

けんきゅうたいしょう は

「意味

いみ

の関 係 かんけい

」である。「意味

いみ

の関 係 かんけい

」では多義語

たぎご の一

ひと

つである。 多義語

たぎご

は相互

そうご

と関 係

かんけい が

ある基礎単語

き そ た ん ご

であり、その一語

いちご

が一 以 上 いちいじょう

の意味

いみ

もある。

論 文 ろんぶん

を書 か

く 目 的

もくてき

は、 「 バラ

ばら

の殺 人 さつじん

」 と「 家族八景

かぞくはっけい

」といっ た日本

にほん

の 小 説

しょうせつ の文

ぶん

における「かける」の意味の類別を記述する。 筆 者

ひっしゃ

はMoriyama 氏 し

の 理論 りろん

に 従

したが

って7個 の

「バラ

ばら

の殺 人 さつじん

」における「かける」の意味

いみ

であり、5個の「かける」の「 家族八景

かぞくはっけい

」である。

論 文 ろんぶん

の書き込みは 文 脈 的

ぶんみゃくてき

な意味と 記 述 的

きじゅつてき

な方 法

ほうほう

であり 、 デ

で ー タ

収 集

しゅうしゅう は

文 献 検 索 ぶんけんけんさく

に 基 もと

づいて 行

おこな

われた。

「かける」は一段動詞

いちだんどうし

と 五段動詞 ごだんどうし

の一 ひと

つである。 「かける」は同

おな じ 単語

たんご

から由来した

多 おお

く の意味

いみ

がある。 先

さき

にする単語

たんご

による 違

ちが

いの意味

いみ

が変

わる 。「 筆 者

ひっしゃ

が発 見 はっけん

した「バラ

ばら の


(15)

はひらがなだけ書 か

かれて、 対 象

たいしょう

も必 要

ひつよう

とさっれた。

「 バラ

ばら

の 殺 人 さつじん

」と「 家族八景

かぞくはっけい

」における「かける」を 含

ふく

む 例 文 れいぶん

を分析す る を た め

には、「かける」の意味

いみ に 関

かん

する専門家

せんもんか

の理論基

りろんもと

づいた。「かける」を分 析

ぶんせき

する 際

さい

、 筆 者

ひっしゃ

はMoriyama氏 し

の理論

りろん を使用

しよう

し た 。筆 者

ひっしゃ は同

おな

じ「かける」の句

でも、 違

ちが

い「かける」の意味

いみ

を発見した「追

い討

ちをかける」の「menepuk」と「mengejar」といった意味である。その

事 こと

は違 ちが

い 文 章

ぶんしょう

にある 状 況

じょうきょう

と 状 態

じょうたい

が違うからである。

Moriyama membagi makna kakeru menjadi 22 buah makna.

Moriyama は22つの「かける」の意味

いみ

を分

けた。 しかし、 「バラ

ばら

の殺 人 さつじん

」と「 家族八景

かぞくはっけい

」の小

説 では 筆 者

ひっしゃ

が6 つ の 「かける」の 意味

いみ

を 見 つ け た 。

それは「留めて動かないよう に固定する」、 「ある場所に物を留めて動かなく するよう に、 心に留めて

れないよう にする」、 「相手に手をかけるよう に、 相手に動作を行う 」「長い物の先を向こう 側に置い

てつなぐ」、 「上から置く だけでなく 、 圧力を加える」のことである。

分 析 ぶんせき

の結果

けっか に 基

もと

づいて、 「バラ

ばら

の殺 人 さつじん

」と「 家族八景

かぞくはっけい

」といった 小 説

しょうせつ

には28個

の「かける」 が含まれた。 それは、 「 留

めて 動

うご

かないよう に固定

こてい

する」の3個の「かける」

の 意 味 で 、 「ある 場所

ばしょ

に 物

もの

を 留

めて 動

うご

かなく するよう に、 心

こころ

に 留

めて 忘

わす

れないよう にする」の3 個 の 「 か け る 」 の意味

いみ

で、 「 相手

あいて

に手

をかけるよう に、 相手

あいて に動作

どうさ を

行 おこな

う 」の6個の「かける」の意味

いみ

で、「 長

なが い 物

もの の先

さき を向

こう側

がわ

に置

いてつなぐ」の1個

の「 か け る 」 の意味

いみ

で、「 上

うえ

から置

く だけでなく 、 圧 力

あつりょく を 加

くわ


(16)

の意味となっている。

それに、 「バラ

ばら

の殺 人 さつじん

」と「 家族八景

かぞくはっけい

」ではMoriyama 氏 し

の理論

りろん

に「かける」がなか

っ た 。 つ ま り 、 「 容疑

ようぎ

をかける」、 「 カマ

かま

にかける」、 「 拷 問

ごうもん

にかける」、 「にかける」、 「 鼻

はな

にかける」、 「 催 眠 術

さいみんじゅつ

をかける」のことである。

この論 文 ろんぶん

を書 か

く目的

もくてき

はさらに次回

じかい

に分 析

ぶんせき

するために、 文法的

ぶんぽうてき

な知識

ち し き

の参 考 さんこう

にして、

日本語

にほんご

における 多義語

たぎご

として の 「かける」の 意味

いみ

の知識

ちしき

と 理解

りかい

を 加

くわ


(17)

ABSTRAK

Pada skripsi ini, penulis membahas tentang sebuah karya sastra yaitu novel. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisikan cerita-cerita fiksi. Biasanya menceritakan atau menggambarkan tentang realita kehidupan dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Novel yang akan diteliti oleh penulis ada dua buah novel yaitu Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei. Di dalam novel tersebut, yang akan diteliti penulis adalah penggunaan sebuah kata untuk mengetahui maknanya di dalam konteks kalimat.

Di dalam skripsi ini penulis menggunakan kajian semantik. Objek kajian yang akan diteliti dalam semantik adalah relasi makna. Di dalam relasi makna salah satunya terdapat polisemi. Polisemi adalah satu kata yang memiliki arti lebih dari satu, yang kata dasarnya saling berkaitan.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan klasifikasi makna verba kakeru dan mendeskripsikan makna verba kakeru dalam kalimat-kalimat yang terdapat pada dua buah novel Jepang yaitu Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei. Penulis membahas makna verba kakeru yang terdapat pada novel Bara no Satsujin sebanyak 7 cuplikan dan dari novel Kazoku Hakkei sebanyak 5 cuplikan sesuai dengan teori Moriyama Shin.

Penulisan skripsi ini adalah menggunakan t e o r i m a k n a k o n t e k s t u a l , metode deskriptif dan pengumpulan data melalui metode penelitian pustaka.

Kakeru merupakan salah satu jenis doushi yang termasuk ke dalam ichidandoushi dan godandoushi. Verba kakeru memiliki makna banyak yang berasal dari kata yang sama. Mengalami perubahan makna yang akan berbeda-beda berdasarkan dengan kata yang mendahuluinya. Verba kakeru yang penulis temukan di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei merupakan verba kakeru yang termasuk ke dalam ichidandoushi. Dalam penggunaannya memerlukan objek (transitif) dan ditulis dengan


(18)

Dalam menganalisis makna verba kakeru dalam kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei, penulis menggunakan teori pakar yang berhubungan dengan makna verba kakeru sebagai landasan. Dalam menganalisis makna verba kakeru penulis menggunakan teori Moriyama. Penulis menemukan verba kakeru yang berbeda arti walaupun berasal dari frasa kakeru yang sama, seperti oiuchi wo kakeru yang memiliki arti“menepuk” dan “mengejar”. Hal tersebut disebabkan situasi dan kondisi di dalam kalimat yang berbeda.

Moriyama membagi makna kakeru menjadi 22 buah makna. Tetapi, di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei, penulis menemukan makna kakeru sebanyak 6 buah. Yaitu mengencangkan agar tidak bengerak dan kencang, mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati, melakukan suatu tindakan kepada lawan, meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungnya, meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda, dan menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas.

Berdasarkan hasil analisis, terdapat 28 buah kalimat yang memiliki verba kakeru di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei. Yaitu terdiri dari 3 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna mengencangkan agar tidak bengerak dan kencang, 3 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati, 6 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna melakukan suatu tindakan kepada lawan, 1 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungnya, 1 buah kalimat yang memiliki veba kakeru yang bermakna meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda, dan 2 buah kalimat yang memiliki verba kakeru yang bermakna menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas.

Sedangkan di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei terdapat verba kakeru yang tidak ada di dalam teori Moriyama, yaitu : yougi wo kakeru, kama ni kakeru,


(19)

goumon ni kakeru, mata ni kakeru, hana ni kakeru, kotoba wo kakeru, dan saiminjutsu wo kakeru.

Penulisan skripsi ini berguna untuk menambah pemahaman dan pengetahuan makna verba kakeru sebagai polisemi dalam bahasa Jepang dan sebagai referensi ilmu ketatabahasaan ini untuk diteliti lebih lanjut.


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa diwujudkan di dalam bentuk kata dan kalimat. Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Jepang sering kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi makna antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna yaitu semantik. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang menandainya dan dapat membentuk tautan makna yang berwujud antonim, sinonim, homonim, dan polisemi.

Menurut Chaer (1995: 101) : “Salah satu bahasa yang ada hubungan kemaknaan atau relasi makna antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya adalah polisemi atau kegandaan makna”.

Polisemi adalah suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu. Polisemi tidak hanya terbatas pada satu kelas kata saja, namun hampir semua kelas kata. Salah satunya yang terdapat pada kata verba kakeru. Verba kakeru memiliki banyak makna sehingga sering menimbulkan kesalahan dalam penggunaannya, seperti kesalahan dalam menerjemahkan kalimat bahasa Jepang. Kesalahan tersebut dikarenakan adanya kesamaan huruf dan bunyi, sehingga pembelajar bahasa Jepang akan mengalami kesulitan dalam memahami makna yang terkandung dalam verba kakeru dan informasi kalimat tidak dapat tersampaikan dengan baik sebab makna verba kakeru dalam kalimat tidak diketahui secara jelas oleh pembelajar bahasa Jepang dan hal tersebut akan


(21)

menghambat proses pembelajaran. Selain itu, dalam kamus bahasa Jepang yang sering digunakan oleh pembelajar, makna kakeru yang disajikan tidak lengkap. Padahal dalam kenyataannya banyak sekali makna yang terkandung dalam verba kakeru.

Dalam proses menerjemahkan suatu kalimat, terkadang kita tidak bisa menerjemahkan kata dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia secara langsung dan apa adanya ke dalam satu kata. Makna kata seringkali berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi, misalnya:

(1) 壁に絵をかける。(Moriyama Shin, 2012:140)

Kabe ni e wo kakeru .

Menggantungkan lukisan di dinding.

(2) 準備に時間をかける。(Moriyama Shin, 2012:141)

Junbi ni jikan wo kakeru.

Menghabiskan waktu untuk persiapan.

Verba kakeru pada contoh kalimat (1) memiliki makna ‘menggantungkan’. Akan tetapi makna verba kakeru yang terdapat pada contoh kalimat (2) adalah ‘menghabiskan’. Jika verba kakeru pada kalimat (2) diterjemahkan dengan ‘menggantungkan waktu’, maka terjemahan kalimat tersebut menjadi rancu.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menganalisis permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian lebih mendalam yang akan disajikan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang “.


(22)

1.2Perumusan Masalah

Kata kakeru dalam bahasa Jepang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki berbagai makna. Verba kakeru dapat bermakna “menggantung”, yang memiliki arti menggantung dan mengalungkan sesuai dengan kata yang mendahuluinya serta kondisi dan situasi penggunaannya dalam kalimat.

Sebagai pembelajar bahasa Jepang, penulis mengalami kesulitan dalam memahami makna yang terkandung dalam verba kakeru. Hal itu terjadi karena adanya perubahan dan perbedaan makna yang terkandung pada verba kakeru yang nantinya akan menyebabkan kesalahan dalam menggunakannya. Maka dari itu penulis melakukan penelitian untuk mendeskripsikan makna yang dimiliki verba kakeru.

Penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah klasifikasi makna verba kakeru dalam novel Jepang yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini?

2. Bagaimanakah makna verba kakeru dalam novel Jepang yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar dan lebih jelas sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Penelitian ini akan membahas makna verba kakeru di dalam kalimat yang terdapat dalam dua novel bahasa Jepang, yaitu Bara no Satsujin karya Uchida Yasuo dan Kazoku Hakkei karya Tsutsui Yatsutaka. Novel Bara no Satsujin terdiri dari 259 halaman dan novel Kazoku Hakkei terdiri dri 282 halaman. Penulis memilih kedua novel ini karena penulis banyak menemukan verba kakeru di dalamnya.


(23)

Kalimat yang menggunakan verba kakeru dalam kedua novel Jepang ini seluruhnya berjumlah 28 kalimat. Tetapi, yang akan penulis analisis dan teliti hanya 12 dari 28 kalimat yang penulis pilih secara acak yaitu masing-masing sebanyak 7 cuplikan dari novel Bara no Satsujin dan 5 cuplikan dari novel Kazoku Hakkei.

Penulis menggunakan teori dari Moriyama Shin (2012: 140-148) untuk menganalisis makna verba kakeru yang terdapat dalam sumber data.

1.4Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

a. Linguistik

Menurut Wibowo (2001: 3) bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvesional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Menurut Ferdinand De Sausure (1988) bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi oleh sejelompok manusia berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap.

b. Semantik

Menurut Sutedi (2003: 103), semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik mencakup kata, frase, klausa, dan kalimat.


(24)

Menurut Verhaar (2004: 385) semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Semantik dibagi menjadi dua, yaitu semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna yang muncul akibat proses gramatikal, contohnya : bertambah. Semantik leksikal yaitu salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensi sebagai hasil dari pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli dari suatu kata, contohnya : tambah.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah salah satu cabang linguistik yang membahas tentang makna yang terdapat dalam kata, frase, klausa dan kalimat.

c. Verba

Dalam kalimat bahasa Jepang, verba atau doushi berperan sebagai predikat yang bahkan dengan sendirinya dapat menjadi sebuah kalimat. Yamaguchi Matsumura (1998: 955) dalam Kokugojiten mendefenisikan doushi sebagai berikut:

品 詞 の 一 つ 。 自 立 語 で 活 用 が あ り 、 単 独 で 述 語 と な れ る も の

( 用 言 ) の う ち 、 終 止 形 が U 段 の 音 ( た だ し 、 豊 後 の ラ 変 は

「リ」)で終わる語。事物.動作.存在を表す。

Hinshi no hitotsu. Jiritsugo de ketsuyou ga ari, tandoku de jutsugo to nareru mono (yougen) no uchi, shuushikei ga U dan no oto (tadashi,


(25)

bungo no Ra hen wa (RI) de owaru go. Jibutsudousasonzai wo

arawasu.

Kata kerja merupakan salah satu jenis kata. Kata yang bisa berdiri sendiri dan memiliki perubahan, yang bisa menjadi predikat, bentuknya diakhiri dengan bunyi “u” (perubahan “ra” pada bahasa tulis adalah “ri”). Menjelaskan aktivitas dari suatu hal, kerja/aksi, serta keberadaan. Menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2007: 149) doushi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan ajektiva-i dan ajektiva-na menjadi salah satu yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi juga termasuk dalam jiritsugo, dapat membentuk sebuah bunsetsu (kalimat) walaupun tanpan bantuan kelas kata lain. Selain itu, dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vokal /u/ dan dapat membentuk kalimat perintah.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa doushi adalah kelas kata dalam bahasa Jepang yang dipakai menyatakan aktivitas, keberadaan atau keaadaan sesuatu dan dapat berdiri sendiri dan memiliki perubahan.

1.4.2 Kerangka Teori

a. Relasi Makna (go no imi kankei)

Menurut Chaer (2007: 297-310) dalam semantik terdapat relasi makna, yaitu hubungan makna yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Relasi makna ini biasanya membahas tentang :

1. Sinonim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.


(26)

2. Antonim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase dan kalimat) yang maknanya dianggap kebaikan dari makna ungkapan lain.

3. Polisemi adalah satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu.

4. Homonim adalah ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (juga berupa kata, frase atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama.

5. Hiponim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satu ungkapan lain.

6. Ambiguiti adalah sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. 7. Redundasi adalah pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ajaran.

b. Polisemi (tagigo)

Menurut Yamaguchi (1998: 922) たぎごとはーつの単語に多くの意

味があること。Tagigo wa hitotsuno tango ni ooku no imi ga arukoto artinya

polisemi adalah satu kata yang memiliki banyak makna.

Kunihiro dalam Sutedi (2009: 79) mengungkapkan bahwa polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu dan makna tersebut satu sama lain memiliki keterkaitan (hubungan) yang dapat dideskripsikan.

Chaer (2006: 386) mengungkapkan bahwa polisemi adalah maknanya lebih dari satu, sebab akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen makna pada kata-kata tersebut.


(27)

Dari pendapat para ahli diatas, disimpulkan bahwa polisemi adalah makna ganda dari suatu kata yang saling berhubungan, berkaitan baik makna denotasi maupun konotasi.

1.5Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan klasifikasi verba kakeru dalam kalimat yang terdapat pada novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei.

2. Untuk mendeskripsikan makna verba kakeru dalam kalimat yang terdapat pada novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh berdasarkan tujuan penelitian diatas, yaitu :

1. Menambah pemahaman dan pengetahuan makna verba kakeru sebagai polisemi dalam bahasa Jepang.

2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasaan bagi institusi yang membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.

1.6Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan menggunakan metode analisis ini penulis akan menganalis sekaligus mendeskripsikan suatu keadaan yang terjadi secara apa adanya. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu


(28)

fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009: 58).

Kajian kebahasaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah telaah sinkronis, yaitu menelaah permasalahan yang terjadi saat ini. Generalisasinya dilakukan secara induktif, yaitu berdasarkan hasil analisis perbandingan tersebut yang mengacu pada data (jitsurei dan sakurei). Jitsurei adalah contoh penggunaan yang berupa kalimat dalam teks konkrit seperti tulisan ilmiah, surat kabar, novel-novel dan sebagainya sedangkan sakurei adalah contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri yang tingkat kebenarannya diterima oleh umum (Sutedi, 2008: 128).

Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), yaitu mencari data dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan. Objek dalam penelitian ini adalah beberapa novel Jepang yang di dalamnya terdapat verba kakeru. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan. 2. Membaca 2 buah novel Jepang yang berjudul Bara no Satsujin dan Kazoku

Hakkei.

3. Mencari dan merangkum verba kakeru yang terdapat pada novel Bara no Satsujin karya Uchida Yasuo dan Kazoku Hakkei karya Yasutaka Tsutsui.


(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK, MAKNA, VERBA KAKERU DAN POLISEMI

2.1Studi Semantik

2.1.1 Pengertian Semantik

Semantik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan. Dalam bahasa Indonesia, semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna.

Kridalaksana (2008:216) mengemukakan dua pengertian tentang semantik: 1. Bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dan struktur

makna dalam suatu wacana.

2. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Makna suatu kata mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh konteks atau situasi dalam kalimatnya.

Menurut Sutedi (2009:111) semantik (imiron / 意 味 論) merupakan salah

satu cabang linguistik (gengogaku / 言 語 学) yang mengkaji tentang makna. Dalam

semantik terdapat objek kajian semantik antara lain :

1. Makna kata (go no imi) yaitu komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicara. 2. Relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go no imi kankei) yaitu

hasilnya dapat dijadikan bahan untuk menyusun kelompok kata berdasarkan kategori tertentu.


(30)

3. Makna frase (ku no imi) yaitu dalam bahasa Jepang ada frase yang hanya bermakna leksikal saja, ada frase yang bermakna idiomatikal saja, dan ada yang bermakna kedua-duanya.

4. Makna kalimat (bun no imi) yaitu suatu kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan strukturnya.

2.1.2 Relasi Makna

Pada penelitian ini penulis akan menganalisis objek kajian dalam relasi makna. Menurut Yayat Sudaryat (2008: 35-45), mengemukakan istilah relasi makna atau relasi leksikal adalah bermacam-macam hubungan makna yang terdapat pada sebuah kata atau leksem. Makna kata-kata itu membentuk pola tersendiri yakani pola tautan semantik atau relasi leksikal. Tautan antara kata-kata itu berwujud sinonim, antonimi, homonimi, polisemi, hiponimi, dan akronimi. Perwujudan tautan makna itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Relasi antara bentuk leksikal dan makna leksikal yang melibatkan sinonim dan polisemi.

(a) Sinonim adalah lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna.

(b) Polisemi adalah bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna yang bertautan.

2) Relasi antara dua makna yang melibatkan antonim dan hiponim. (a) Antonim adalah posisi sebuah makna diluar makna yang lain. (b) Hiponim adalah cakupan makna dalam sebuah makna yang lain. 3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonim dan homofon.


(31)

(b) Homofon adalah satu bunyi mengacu dua bentuk dan dua referen yang berlainan.

4) Relasi antara bentuk-bentuk yang melibatkan akronim, singkatan, reduksi, dan haplologi.

(a) Akronim adalah kata yang berupa gabungan huruf atau suku yang diucapkan sebagai kata yang wajar.

(b) Singkatan adalah kata yang berupa gabungan huruf-huruf sebagai kependekan dari ujaran.

(c) Reduksi adalah berupa pemendekan atau pemenggalan sebagian fonem atau suku kata.

(d) Haplologi adalah yang berupa gabungan kata-kata yang kehilangan fonem-fonem karena bersamaan dan berurutan.

2.1.3 Kajian Semantik Tentang Makna

Teori yang telah dikembangkan oleh pakar filsafat dan linguistik sekitar konsep makna dalam studi semantik. Pada dasarnya para filsuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirlah teori tentang makna yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, realitas di dunia nyata. Menurut Parera (2004: 46) secara umum teori makna dapat dibedakan atas:

1. Teori referensial / korespodensi

Dalam teori yang dikemukakan oleh Ogden dan Richard ini, merujuk pada segi tiga makna sebagai hubungan antara reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat. Simbol


(32)

bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan secara langsung. Hingga teori ini ditempatkan dalam hubungan klausal dengan simbol dan referen sedangkan antara simbol dan referen terdapat hubungan buntung.

2. Teori kontekstual

Makna sebagai sebuah kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantik bandingan antarbahasa. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa suatu kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks.

Walaupun demikian, ada pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi. Kedua kata itu baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Dalam kenyataannya, kata itu tidak terlepas dari konteks pemakaiannya.

3. Teori mentalisme / konseptual

Teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, menganjurkan studi bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la langue, dan la langage secara tidak nyata telah memelopori teori makna yang bersifat mentalistik. Dalam teori ini ia menghubungkan bentuk bahasa lahiriah (la parole) dihubungkan dengan konsep atau citra mental penuturnya (la langue). Misalnya, mereka mengatakan bahwa kuda terbang adalah salah satu citra mental penuturnya walaupun secara nyata, hal tersebut tidak ada.

4. Teori formalisme / pemakaian dari makna

Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jerman Wittgenstein. Beliau berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karna konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Sehingga dari teori ini terciptalah


(33)

potsulat tentang makna yaitu makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakaiannya dalam masyarakat bahasa. Salah satu kelemahan dari teori ini adalah penentuan tentang konsep “pemakaian” yang tepat. Sehingga mungkin teori ini menjadi pragmatik dalam penggunaan bahasa.

Dari keempat teori tersebut, yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah teori kontekstual. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata/ simbol ujaran tidak mempunyai makna jika terlepas dari konteks.

Teori makna kontekstual yang dikembangkan oleh Wittgenstein menegaskan bahwa makna suatu kata dipengaruhi oleh empat konteks, yaitu:

1. konteks kebahasaan adalah berkaitan dengan struktur kata dalam kalimat yang dapat menentukan makna yang berbeda.

2. konteks emosional adalah dapat menentukan makna kata dan strukturnya dari segi kuat dan lemahnya muatan emosional.

3. konteks situasi dan kondisi adalah situasi eksternal yang membuat suatu kata berubah maknanya karena adanya perubahan situasi.

4. konteks sosio-kultural adalah nilai-nilai sosial dan kultural yang mengitari kata yang menjadikannya mempunyai maknayang berbeda dari makna leksikalnya. Chaer (1994:290) mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah “makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut”. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual mengandung 2 arti, yaitu: (1) makna penggunaan sebuah kata (gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu; (2) makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (1995:81).

Kemudian Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa “makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara


(34)

ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai”. Beliau juga berpendapat bahwa makna “kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya” (2008:72).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut.

2.2Konsep Verba Kakeru

Verba kakeru ada yang termasuk ichidandoushi dan ada pula yang termasuk ke dalam godandoushi, yaitu verba akar katanya berakhiran dengan konsonan (Takahashi 2003: 280). Verba kakeru yang termasuk dalam godandoushi adalah verba intransitif yang dilambangkan dengan karakter kanji 翔. Sedangkan verba kakeru yang

termasuk ke dalam ichidandoushi adalah verba kakeru yang dilambangkan dengan karakter 欠, 駆, 駈, 掛, 架, 懸, dan 賭. Verba kakeru yang dilambangkan dengan

karakter 欠, 駆, dan 駈 adalah verba yang tidak memerlukan objek (intansitif).

Sedangkan verba kakeru yang dilambangkan dengan karakter掛, 架, 懸, dan 賭 adalah

verba yang memerlukan objek (transitif) yang juga sering ditulis dengan huruf hiragana saja. Verba transitif kakeru ini juga dapat menyatakan berbagai aktivitas yang aktivitas tersebut dapat dilambangkan oleh salah satu atau lebih dari karakter kanji 掛, 架, 懸,

dan 賭.

Menurut Kenji Morioka (1993: 303) verba kakeru dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu (1) verba kakeru yang dilambangkan dengan kanji掛; (2) verba kakeru

yang dilambangkan dengan kanji 係 dan 掛; (3) verba kakeru yang dilambangkan


(35)

sebagai verba transitif dan verba intransitif, kakaru yang ditulis dengan kanji 掛, 係, 懸,

dan 罹 dijelaskan sebagai verba yang menunjukkan ‘aktivitas untuk membuat sesuatu

yang tidak stabil jika berdiri sendiri, menjadi stabil dengan menghubungkannya ke benda lain sebagai tumpuannya’.

2.3Makna Verba Kakeru

Menurut Moriyama (2012: 138-148), penjelasan mengenai verba kakeru adalah sebagai berikut :

0. 上から置いて留める。Ue kara oitetomeru (hang (something) ), yang

artinya menggantung. Contoh :

• かばんをフックに掛ける。

Kaban wo fukku ni kakeru.. Menggantungkan tas di cangkuk.

• 上着をハンガに掛ける。

Uwagi wo hanga ni kakeru.

Menggantungkan baju di gantungan baju.

• メダルを首にかける。

Medaru wo kubi ni kakeru. Mengalungkan medali di leher.

1. 留 め て 固 定 す る 。Tomete koteisuru (fasten, lock, place on), yang artinya


(36)

? 留 め て 動 か な い よ う に 固 定 す る 場 合 。Tomete ugokanai youni koteisurubaai.

(Jika bermakna mengencangkan agar tidak bergerak dan kencang). Contoh :

• ドアに鍵を掛ける。

Doa ni kagi wo kakeru. Mengunci pintu.

• 壁に絵を掛ける。

Kabe ni e wo kakeru.

Memasang lukisan di dinding.

• 眼鏡をかける。

Megane wo kakeru. Memakai kacamata.

• 上着のボタンを掛ける。

Uwagi no botan wo kakeru. Mengancingkan kancing mantel.

1a) 心などに留める。Kokoro nado ni tomeru ( keep (in one’s

mind/ etc) ) yang artinya mengingat.

? ある場所に物を留めて動かなくするように、心に留めて忘

れないようにするから。

Aru basho ni mono wo tomete ugokanakusuru youni, kokoro ni

tomete wasurenai youni suru kara. (berasal dari pengertian

mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa). Contoh :


(37)

Kodomo no shourai wo ki ni kakeru. Memikirkan masa depan anak-anak.

• 節電を心に掛ける。

Setsuden wo kokoro ni kakeru. Memikirkan penghematan listrik.

• 友達を目に掛ける。

Tomodachi wo me ni kakeru. Menolong teman.

2. 圧力を 加える。 Atsuryoku wo kuwaeru (apply pressure), yang berarti

menambahkan tekanan.

? 上から置くだけでなく、圧力を加える場合。

Ue kara oku dake de naku, atsuryoku wo kuwaerubaai.

Jika bermakna menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas.

Contoh :

• 椅子に腰を掛ける。

Isu ni koshi wo kakeru. Duduk di kursi.

• 右足に体重を掛ける。

Migiashi ni taijuu wo kakeru.

Menahan bobot badan pada kaki kanan.

• 電圧をかける。


(38)

Memberi tegangan listrik.

• 外国に圧力をかける。

Gaikoku ni atsuryoku wo kakeru. Memberi tekanan kepada negara asing.

2a) お金.時間などを投入する。Okane, jikan nado wo

tounyuusuru (spend (time/ money/etc)), yang artinya

menghabiskan waktu,uang dan lainnya.

? 圧力を加えるように、お金.時間などを投入するから。

Atsuryoku wo kuwaeru youni, okane, jikan nado wo tounyuusuru kara.

Berasal dari pengertian untuk memberikan penekanan pada kegiatan menghabiskan uang, waktu dan lainnya.

Contoh :

• 服にお金をかける。

Fuku ni okane wo kakeru.

Menghabiskan uang untuk pakaian.

• 準備に時間をかける。

Junbi ni jikan wo kakeru.

Menghabiskan waktu untuk persiapan.

• 命を懸けて、恋をする。

Inochi wo kakete, koi wo suru.

Mencintai dengan mempertaruhkan nyawa.

• 競馬で一番人気の馬に全財産を賭けた。


(39)

Menghabiskan seluruh harta untuk kuda yang paling populer pada pacuan kuda.

• この仕事に人生をかける。

Kono shigoto ni jinsei wo kakeru.

Menggantungkan hidup dari pekerjaan ini.

2b) 期待.願いを加える。Kitai, negai wo kuwaeru ( place

(expectation/hope) on), yang artinya menambah permohonan,

harapan.

? 圧力を加えるように、気持ちを加えるから。

Atsuryoku wo kuwaeru youni, kimochi wo kuwaeru kara.

Berasal dari pengertian menambahkan perasaan untuk lebih menekankan.

Contoh :

• 子供に期待をかける。

Kodomo ni kitai wo kakeru.

Menggantungkan harapan kepada anak-anak.

• 星に願いをかけると、かなえられると言われている。

Hoshi ni negai wo kakeruto, kanaerareruto iwareteiru. Katanya kalau memohon kepada bintang akan terkabul.

• 神仏に願をかける。

Shinbutsu ni gan wo kakeru. Berharap kepada Tuhan.

2c) 掛け算をする。Kakezan wo suru (multiply (numbers)), yang


(40)

? 上から置くように、その数を重ねるから。

Ue kara oku youni, sono kazu wo kasaneru kara.

(Berasal dari pengertian menggandakan angka tersebut seperti meletakkannya dari atas).

Contoh :

• 2に3をかけると、6になる。

Ni ni san wo kakeruto, roku ni naru. Dua kali tiga adalah enam.

2d.) 性質などを加える。Seishitsu nado wo kuwaeru (apply (a

certain attribute/etc.)), yang berarti menambahkan sifat.

? 力を加えて性質などを付け加えるから。

Chikara wo kuwaete seishitsu nado wo tsukekuwaeru kara.

Berasal dari pengertian menambahkan tenaga, menambahkan sifat dan lainnya.

Contoh :

• ボールに回転/スピンをかける。

Booru ni kaiten/supin wo kakeru. Memutar bola.

• ゴールまえでスーパトをかける。

Gooru mae de suupato wo kakeru.

Menambahkan kecepatan sebelum tiba di tujuan.

3. 縄 な ど で 捕 ま え る 。Nawa nado de tsukamaeru (bind/ tie (with a rope/etc.)),


(41)

? 上から置くように、縄など首や手に留めて動けなくするから。

Ue kaea oku youni, nawa nado kubi ya te ni tomete ugokenakusuru kara.

Berasal dari pengertian mengencangkan tangan dan leher dengan tali dan lainnya yang dipasangkan dari atas, membuat menjadi tidak dapat bergerak. Contoh :

• 馬の首に縄をかける。

Uma no kubi ni nawa wo kakeru. Mengikatkan tali di leher kuda.

• 犯人に手錠をかける。

Hannin ni tejou wo kakeru. Memborgol penjahat.

3a) 罠などにはめる.だます。Wana nado ni hameru, damasu

(catch ( in a trap), trick (with a ruse)), yang artinya memasang perangkap. Menipu.

? 縄をかけたりして罠にかけるから。

Nawa wo kaketarishite wana ni kakeru kara.(Berasal dari

pengertian menjebak dengan memasang tali). Contoh :

• 兎を罠にかける。

Usagi wo wana ni kakeru. Menjebak kelinci.

• フェイントをかける。

Feinto wo kakeru. Memasang tipuan.


(42)

4. 長 い 物 を 置 い て つ な ぐ 。Nagai mono wo oite tsunagu (span (an area) with

(something long)), yang berarti meletakkan dan menyambungkan benda panjang.

? 長い物の先を向こう側に置いてつなぐから。

Nagaimono no saki wo mukou gawa ni oite tsunagu kara.

Berasal dari pengertian meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya.

Contoh :

• 丸太で川に橋を架ける。

Maruta de kawa ni hashi wo kakeru.

Memasang jembatan di sungai dengan balok.

• 道に歩道橋を架ける。

Michi ni hodoukyou wo kakeru.

Memasang jembatan penyeberangan di jalan.

• この木は春から夏にかけて花を咲かせる。

Kono ki wa haru kara natsu ni kakete hana wo sakaseru.

Pohon ini berbunga mulai dari musim semi sampai musim panas.

4a) 長い物を巻く。Nagai mono wo maku (wrap (with something

long)), yang berarti membungkus benda panjang.

? 特にリボン.ひもを箱などの向こう側まで伸ばして固定

させる。

Tokuni ribon, himo wo hako nado no mukou gawa made nobashite


(43)

Memasangkan tali, khususnya pita sampai ke sisi ujung suatu kotak.

Contoh :

• プレゼントにリボンをかける。

Purezento ni ribon wo kakeru. Mengikatkan pita di hadiah.

• 小包にひもをかける。

Kodzutsumi ni himo wo kakeru. Mengikatkan tali di bingkisan.

4b.) 似た言葉に関連づける。Nita kotoba ni kanrendzukeru (make

a play on words), yang berarti mengaitkan dengan kata-kata yang mirip.

? 向こう側に先を置いてつなぐように、似た言葉に関連づけるか

ら。

Mukou gawa ni saki wo oite tsunagu youni, nita kotoba ni kanren dzukeru kara.

Berasal dari pengertian bermain kata dengan menyambungkan kata-kata yang mirip, agar tersambung dengan meletakkan bagian awal di kata berikutnya..

Contoh :

• 「長雨」を「眺め」を掛ける。

Nagaame wo nagame wo kakeru.


(44)

5. 上 か ら 覆 い か ぶ せ る 。Ue kara ooi kabuseru (cover (with something)), yang

berarti menutupi dari atas.

? 物を上から置いて留めるように、カバーなどを表面に覆いかぶせて 留 め る

から。

Mono wo ue kara oite tomeru youni, kabaa nado wo hyoumen ni ooikabusete tomeru kara.

Berasal dari pengertian menutup dengan kencang permukaan dengan penutup/cover dan lainnya seperti membungkus/menutupi sesuatu dari atas. Contoh :

• 子供に布団を掛ける。

Kodomo ni futon wo kakeru.

Menyelimuti anak-anak dengan selimut.

• ソファにカバーを掛ける。

Sofa ni kabaa wo kakeru.

Menutupkan penutup pada sofa.

5a) 物全体に液体.粉をまく。Monozentai ni ekitai, kona wo

maku (cover/ sprinkle with ( a liquid)), yang berarti menabur tepung, cairan di seluruh bagian benda.

? 上から覆うように、物全体に広く液体.粉をまく。

Ue kara oou youni, monozentai ni hiroku ekitai, kona wo maku.

Menaburkan tepung, cairan secara meluas ke keseluruhan suatu benda (seluruh permukaan suatu benda), seperti menutupinya dari atas.


(45)

• ステーキにソースをかける。

Suteeki ni soosu wo kakeru. Menyiramkan saus pada bistik.

• サラダにドレッシング/コショウをかける。

Sarada ni doreshingu/koshou wo kakeru.

Menyiramkan kuah/menaburkan merica pada selada.

• ご飯にお茶をかけて食べる。

Gohan ni ocha wo kakete taberu.

Menuangkan ocha pada nasi lalu memakannya.

• お寺の入り口で手に水をかけて洗う。

Otera no iriguchi de te ni mizu wo kakete arau.

Di pintu masuk kuil menyiram air ke tangan dan mencucinya.. 5b) 人に迷惑.被害を与える。Hito ni meiwaku, higai wo ataeru (subject

(someone) to (a nuisance/harm)), yang berarti memberikan kerugian, mengganggu orang.

? 上から覆いかぶせるように、迷惑を与えるから。

Ue kara ooi kabuseru youni, meiwaku wo ataeru kara.

Berasal dari pengertian memberikan ganggguan, seperti menutupinya dari atas.

Contoh :

• 周りの人に迷惑をかける。

Mawari no hito ni meiwaku wo kakeru. Mengganggu orang sekitar.


(46)

Oya ni futan wo kakeru. Membebani orangtua.

• 家族に心配をかける。

Kazoku ni shinpai wo kakeru.

Menimbulkan kekhawatiran keluarga.

6. (何かを始めようとして)物の上に手.足を置く。(Nanika wo hajimeyou

toshite) mono no ue ni te, ashi wo oku) (place (one’s hand/foot, etc) on (something to initiate an action)), yang berarti meletakkan kaki, tangan di atas suatu benda (ketika akan melakukan sesuatu tindakan).

? 何かを始めるときは、上から物を置くように、上から手.足を置

くから。

Nani ka wo hajimeru toki wa, ue kara mono wo oku youni, ue kara te, ashi wo oku kara.

Berasal dari pengertian meletakkan tangan atau kaki dari arah atas, seperti meletakkan sesuatu dari atas, saat hendak memulai suatu tindakan.

Contoh :

• ドアのノブに手をかける。

Doa no nobu ni te wo kakeru.

Meletakkan tangan di pegangan pintu.

• 階段に片足をかける。

Kaidan ni kataashi wo kakeru. Meletakkan sebelah kaki di tangga.


(47)

6a) 足などを絡める。Ashi nado wo karameru (trap with (one’s

leg, etc.)), yang berarti menjerat kaki dan lainnya ? 足などをかけて絡める。

Ashi nado wo kakete karameru. Menjerat kaki dan lainnya. Contoh :

• 敵を刀にかける。

Teki wo katana ni kakeru.

Membunuh musuh dengan pedang.

• 足をかけて相手を倒す。

Ashi wo kakete aite wo taosu.

Menjatuhkan lawan dengan menjerat kakinya.

• 相手のまわしに手をかける。

Aite no mawashi ni te wo kakeru.

Menjeratkan tangan saat gilirannya lawan.

6b) 人など動作をかける。Hito nado dousa wo kakeru (do

(something towards someone)), yang artinya melakukan suatu

tindakan terhadap seseorang.

? 相手に手をかけるように、相手に動作を行うから。

Aite ni te wo kakeru youni, aite ni dousa wo okonau kara.

Berasal dari pengertian melakukan suatu tindakan kepada lawan, untuk menjerat lawan.

Contoh :


(48)

Tomodachi ni koe wo kakeru. Memanggil teman.

• 友達に電話をかける。

Tomodachi ni denwa wo kakeru. Menelepon teman.

• かぼちゃに魔法をかける。

Kabocha ni mahou wo kakeru. Menyihir labu kuning.

• 敵に攻撃をかける。

Teki ni kougeki wo kakeru. Menyerang musuh.

• 敵に追い討ちをかける。

Teki ni oiuchi wo kakeru. Memukul mundur musuh.

7. 会議.裁判などで処理する。Kaigi, saiban nado de shorisuru (have (something)

handled (by a meeting)), yang artinya menangani sidang rapat dan lainnya.

? 専門家のところに持って行き、そのに置いて処理を行うから。

Senmonka no tokoro ni motte iki, sono ni oite shori wo okonau kara. Berasal dari pegertian dibawa ke ahlinya, dan ditangani di tempat tersebut. Contoh :

• この問題を会議にかける。

Kono mondai wo kaigi ni kakeru.


(49)

• 被告を裁判にかける。

Hikoku wo saiban ni kakeru.

Membawa dan mengadili terdakwa di persidangan.

• 美術品をオークションにかける。

Bijutsuhin wo ookushon ni kakeru.

Membawa benda-benda seni ke pelelangan.

8. 機械を作動させる。Kikai wo sadousaseru (start up/activate (a machine)), yang

artinya menyalakan mesin.

? 鍵などをかけて、機械を作動させるから。

Kagi nado wo kakete, kikai wo sadousaseru kara

Berasal dari pengertian memutar kunci, kemudian menyalakan mesin. Contoh :

• エンジンをかける。

Enjin wo kakeru. Menyalakan mesin.

• ブレーキをかける。

Bureeki wo kakeru. Mengerem.

9. 機 械 で 表 面 を 加 工 す る 。Kikai de hyoumen wo kakousuru (treat/process (the

surface of something with a mechine)), yang artinya memproses permukaan dengan mesin.


(50)

Kikai wo ue kara oite, hyoumen wo kakousuru kara.

Berasal dari pengertian meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda.

Contoh :

• 掃除機をかける。

Soujiki wo kakeru.

Menggunakan alat pengisap debu.

• ワイシャツにアイロンをかける。

Waishatsu ni airon wo kakeru. Menyetrika kemeja.

• 髪にパーマをかける。

Kami ni paama wo kakeru. Mengkriting rambut.

2.4Konsep Polisemi 2.4.1 Pengertian Polisemi

Machida dan Momiyama dalam Sutedi (1995:108-109) menyimpulkan tiga konsep tagigo sebagai berikut :

a. 複数の間に何らかの関連性がある場合です。異なる意味がありますが相 互

に何らかの関係性もかんじられます。Fukusuu no ma ni nan kara no kanrensei

ga aru baai desu. Kotonaru imi ga arimasu ga sougo ni nan kara no kankeisei mo kanjiraremasu. Polisemi adalah apabila diantara arti yang banyak mempunyai suatu keterkaitan makna, meskipun ada sedikit perbedaan arti tetapi saling merasakan keterkaitan satu sama lain.


(51)

b. 多 義 語 の 複 数 の 意 味 は 基 本 的 な も の そ う で な い も の に 区 別 で き る 。Tagigo

no fukusuu no imi wa kihon tekina mono soudenai mono ni kubetsu dekiru. Kata yang memiliki banyak arti, dapat dibedakan yang mana kata dasar dan yang mana bukan kata dasar, apabila dilihat dari bentuk dasarnya.

c. 一つの音形が複数の意味を持ち、その複数の意味に関連性があるものを 多

義語という。Hitotsu no otokatachi ga fukusuu no imi wo mochi, sono fukusuu no

imi ni kanrensei ga aru mono wo tagigo to iu. Sesuatu kata yang bunyi dan bentuknya sama dan memiliki banyak arti, meskipun memiliki banyak arti tetapi mempunyai hubungan arti yang saling berkaitan.

Menurut Akimoto (2001:111) 多義語はひとつの語が二つ以上意味を持っ

ていることをいう。多義語の語形と語義の関係は基本的に同じできる。Tagigo

wa hitotsu no go ga futatsu ijou imi wo motteiru koto wo iu. Tagigo no gokei to gogi no kankei wa kihon teki ni onaji dekiru. Polisemi adalah satu kata yang memmiliki arti lebih dari satu. Dikatakan tagigo apabila mempunyai bentuk kata dan arti kata dasarnya saling berkaitan (mempunyai kata dasar yang sama).

Parera (2004:81) mengatakan polisemi adalah suatu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan atau kaitan antara makna-makna yang berlainan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulakn bahwa polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu atau ganda yang saling berhubungan dan berkaitan meski sedikit, baik berupa makna sebenarnya (denotasi) maupun makna kiasan (konotasi).


(52)

2.4.2 Penyebab Terjadinya Polisemi

Menurut Simpson (1979: 179) dan Zgusta (1971: 61) dalam Pateda, diantara penyebab terjadinya kata-kata yang bermakna polisemi adalah:Kecepatan melafalkan leksem, misalnya /bantuan/ dan /bantuan/. Apakah ban kepunyaan tuan atau bantuan? 1. Faktor gramatikal misalnya kata /orangtua/. Kata ini bisa bermakna ayah/ibu, atau

orang yang sudah tua.

2. Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari (i). Sebuah kata yang mengalami perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya makna baru. Misalnya kata makan yang biasa dihubungkan dengan kegiatan manusia atau binatang memasukkan sesuatu ke dalam perut, tetapi kini kata makan dapat digunakan pada benda tak bernyawa sehingga muncullah urutan kata makan sogok, rem tidak makan, makan angin, makan riba, dimakan api, pagar makan tanaman. (ii). Digunakan pada lingkungan/konteks yang berbeda, misalnya kata operasi, bagi seorang dokter dihubungkan dengan pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa; bagi militer dikaitkan dengan kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau mem-berantas kejahatan; dan bagi Departemen Tenaga Kerja dihubungkan dengan salah satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan. Seperti dalam kalimat: “Departemen Tenaga Kerja sedang melakukan operasi purna bhakti agar setiap perusahaan mematuhi peraturan ketenaga-kerjaan.

3. Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya leksem /item/, kini digunakan leksem /butir/ atau /unsur/.

4. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat pengguaan kata. Maksudnya dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau perasaan yang terkan-dung di dalam hatinya. Seperti kata /mesin/ yang biasanya dihubungkan dengan /mesin jahit/. Manusia kemudian membutuhkan kata yang


(53)

mengacu kepada mesin yang menjalankan pesawat terbang, mobil, motor, maka muncullah urutan kata /mesin pesawat/ dan /mesin mobil/.

5. Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.


(54)

BAB III

ANALISIS MAKNA VERBA KAKERU DALAM NOVEL JEPANG

Pada penelitian ini penulis mengklasifikasikan makna verba kakeru dan menganalisis makna verba kakeru yang berada pada konteks kalimat dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei.

3.1 Klasifikasi Makna Verba Kakeru Pada Novel Jepang

Pengklasifikasian makna verba kakeru penulis kelompokkan berdasarkan sumber data, yaitu novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei.

3.1.1 Bara no Satsujin

Dalam novel Bara no Satsujin ditemukan lima buah makna yaitu: 3.1.1.1 Mengencangkan Agar Kencang dan Tidak Bergerak

(1) 呆れたことに、玄関のドアには外から鍵をかけている。この家の次男坊 が

よほど信用できないらしい。(“Bara no Satsujin”, 2010: 13)

Akireta koto ni, genkan no doa ni soto kara kagi wo kaketeiru. Kono ie no jinanbou ga yo hodo shinyou dekinai rashii.

“ Hal yang mengherankan, ia mengunci pintu masuk dari luar. Anak laki-laki kedua dari pemilik rumah ini tampaknya tidak dapat dipercaya.”

(2) スポーツシャツにカーキ色のジャケット、ジーパンというでたちだ。年 齢

は二十歳前後。大柄で眼鏡をかけた、のっぺりした丸顔の真ん中に、 チ マ チ マ

と目鼻口がより集まって、愛嬌がある。(“Bara no Satsujin”, 2010: 16)

Supootsu shatsu ni kaaki iro no jaketto, jiipan to iu detachida. Nenrei wa nijuusai zengo. Oogara de megane wo kaketa, nopperishita marugao no mannaka ni, chimachima to me hana kuchi ga yori atsumatte, aikyou ga aru.


(55)

“ Memakai baju olahraga, berjaket warna kuning seperti buah kesemek, dan memakai jeans. Usianya sekitar dua puluh tahun. Bertubuh besar dan terdapat pesona, di tengah-tengah wajah bulat dan datar yang memakai kacamata, hidung dan matanya yang kecil menyatu.”

3.1.1.2Melakukan Suatu Tindakan Kepada Lawan

(3) 松岡という四十歳ぐらいの女の教師で、ずいうん涙を流したらしく、目 の

縁が赤くなっていた。浜岡文絵は一年生の時からの担任で、クラスの 中 で も と

くに目をかけていたこの一人だった―と述懐した。(“Bara no Satsujin”, 2010, :

94)

Matsuoka to iu yon juu sai gurai no onna no kyoushi de, zuibun namida wo nagashitarashiku, me no en ga akakunatteita. Hamaoka Fumie wa ichi nensei no toki kara no tannin de, kurasu no naka demo toku ni me wo kaketeita ko no hitori datta ― to jukkaishita.

―mengenang kembali bahwa guru perempuan berusia sekitar empat puluh tahun yang namanya Matsuoka, pinggir matanya memerah tampak seperti telah mencucurkan air mata yang banyak. Hamaoka Fumie adalah salah satu anak yang telah diurusnya secara khusus di dalam kelas, karena ia wali kelasnya sejak kelas satu.

(4) Satoshi : そりゃ、通学途中の彼女を見掛けたことはありますよ。た

だ、登校時間は彼女のほうが早いし、帰りには女子高生が


(56)

Sorya, tsuugaku tochuu no kanojo wo mikaketa koto wa arimasuyo. Tada, toukou jikan wa kanojo no hou ga hayaishi, kaeri wa onnako kousei ga taisei deshou. Chotto chikadzuki nikuin desuyo ne.

Kalau begitu, saya pernah melihatnya saat dia pulang pergi sekolah. Hanya saja, jam masuk sekolahnya lebih cepat, kemudian saat pulang sekolah murid SMA yang perempuan banyak jumlahnya bukan? Sehingga sulit mendekatinya.

Asami :じゃあ、 声をかけるどころじゃないね。 Jaa, koe wo kakeru dokoro janai ne. Jadi, kamu tidak memanggilnya ya.

Satoshi : Ee, zenzen. Namae datte, keiji ni kiite hajimete shittan desu kara.

ええ、 ぜんぜん。 名前だって、 刑事に聞いてはじめて知ったんですから。

“Ya,sama sekali tidak. Namanya saja, saya ketahui setelah bertanya kepada polisi.” (“Bara no Satsujin”, 2010 : 40)

3.1.1.3 Mengingat/Menempatkan Sesuatu Hal Di Dalam Hati Agar Tidak Lupa (5) Asami : 鳥越さんはどうおっしゃってました?

Torigoe san wa dou osshattemashita? Torigoe, mengatakan apa?

Torigoe :どうって、そりゃまあ、あれですよ、平気ではいられない でしょう。相当なショックではあったと思いますよ。彼女

は私と違って、いまだに独身ですからね。もう十六歳もむ

かしのことが、文絵のことはいつだって、ひそかに気にか


(57)

Doutte, soryamaa, are desu yo, heiki de wa irarenai deshou.

Soutou na shokku de wa atta to omoimasu yo. Kanojo wa watashi to chigatte, imada ni dokushin desukara ne. Mou juu roku sai mo mukashi no koto daga, Fumie no koto wa itsu datte, hisoka ni ki

ni kaketeita you desu.

“Jika kamu tanya bagaimana, bagaimana ya, begitulah, tidak bisa cuek saja kan. Saya rasa cukup terkejut. Dia berbeda dengan saya, karena dia masih lajang. Sudah enam belas tahun,dan sudah lama, sepertinya diam-diam memikirkan Fumie.

Asami : 文江さんは鳥越さん ―つまり 、 本当のお母さんのことは 、

ご存じなかった のでしょ う か?

Fumie san wa Torigoe san ― tsumari, hontou no okaasan no koto wa, gozonjinakatta no deshouka?

“Berarti, apakah Fumie tidak mengetahui ibu kandung Torigoe?” (“Bara no Satsujin”, 2010 : 107)

3.1.1.4 Meletakkan/Menempatkan Ujung Benda Panjang Di Sisi Benda Lain Untuk Menyambungkannya.

(6) 浜岡文絵さんが突然いなくなったのは、土曜日の深夜から未明にかけて の

ようだが、関野家の人たちは誰も気がつかなかったと言っています。 関 野 家 に

は現在、文絵さんの祖父母―つまり、三神洋の両親と兄夫婦と そ の 娘 さ ん 、 そ

れに浜岡文絵さんが住んでいます。 (“Bara no Satsujin”, 2010 : 72)

Hamaoka Fumie san ga totsuzen inakunatta no wa, doyoubi no shinya kara mimei ni kakete no you da ga, Sekinoke no hitotachi wa dare mo ki ga tsukanakatta to itte


(58)

imasu. Sekinoke ni wa genzai, Fumie san no sofubo ― tsumari, Mikami Hiroshi no

ryoushin to anifuufu to sono anesan, sore ni Hamaoka Fumie san ga sunde imasu.

“Hamaoka Fumie tiba-tiba tidak ada, sepertinya dari hari Sabtu tengah malam sampai awal fajar, orang-orang di keluarga Sekino siapapun mengatakan tidak menyadarinya. Dalam keluarga Sekino sekarang ini, tinggal kakek nenek Fumie, - yaitu kedua orang tua Mikami Hiroshi dan pasangan suami istri abangnya dan kakaknya itu, dan Hamaoka Fumie.”

3.1.1.5 Menambahkan Tekanan, Termasuk Yang Tidak Hanya Berasal Dari Arah Atas

(7) Asami :「そ、そうですかそれじゃ、僕は急ぐことはないじゃない

の」浅見は腰を上げかけた。

“So, soudesuka....soreja, boku wa mou kaette mo ii desune?” Asami wa koshi wo agekaketa.

“Begitu ya...baiklah, saya sudah boleh pulang ya?” Asami berdiri.

Keiji :「まあまあ、そんなに急ぐことはないじゃないの」刑事が浅

見の両肩を抑え、全身の重みをかけて、のしかかった。

“ Maamaa, sonna ni isogu koto wa nai janaino “.

Keiji ga Asami no ryoukata wo osae, zenshin no omomi wo kakete, noshikakatta.

“Nah, bukankah tidak perlu terburu-buru begitu?.Polisi meremas kedua pundak Asami, mencengkeram dan menekankan seluruh berat tubuhnya. (“Bara no Satsujin”, 2010 : 61)


(59)

3.1.2 Kazoku Hakkei

Dalam novel Kazoku Hakkei ditemukan 4 buah makna yaitu: 3.1.2.1 Melakukan Suatu Tindakan Kepada Lawan

(8) 「奥さんに会ったって、しかたないもの」直子は夫の頬の引きつりを観察し

ながら追い打ちをかけた。(“Kazoku Hakkei”, 1972 : 171)

“Okusan ni attatte,shikatanai mono” Naoko wa otto no hoho no hikitsuri wo kansatsu shinagara oiuchi wo kaketa.

“Katanya saya ketemu istrimu, apa boleh buat,” Naoko menepuk sambil mengamati pipi suaminya yang berkedut.

(9) 彼は毒気の充満した茶の間を、克己が追い打ちをかける隙もないほどの お

どろくべき素早さで脱走した。(“Kazoku Hakkei”, 1972: 221)

Kare wa dokuke no juumanshita chanoma wo, Katsumi ga oiuchi wo kakeru hima mo nai hodo no odoroku beki subayasa de dassoushita.

”Dia melarikan diri dengan kecepatan mengejutkan yang tidak sempat mengejar lalu memukul Katsumi.”

3.1.2.2 Mengingat/Menempatkan Sesuatu Hal Di Dalam Hati Agar Tidak Lupa

(10) 咲子は七瀬の新しい勤め先をずっと心にかけていたのである。それがわ か

ったのは、咲子からその話をもちかけられた時であった。(“Kazoku Hakkei”,

1972 : 31)

Sakiko wa Nanase no atarashii tsutomesaki wo zutto kokoro ni kaketeita node aru. Sore ga wakattano wa, Sakiko kara sono hanashi wo mochikakerareta toki deatta. “Sakiko terus memikirkan tempat kerja baru Nanase. Saya taunya saat Sakiko yang menceritakan hal itu.”


(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Makna Verba Kakeru

Moriyama membagi makna kakeru menjadi 22 buah makna, yaitu 1) menggantung; 2) mengencangkan agar tidak bergerak dan kencang; 3) mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa; 4) menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas; 5) menambahkan penekanan pada kegiatan menghabiskan uang, waktu dan lainnya; 6) menambah permohonan, harapan, perasaan untuk lebih menekankan; 7) mengalikan, menggandakan angka; 8) menambahkan tenaga, menambahkan sifat dan lainnya; 9) mengencangkan tangan dan leher dengan tali dan lainnya yang dipasangkan dari atas; 10) membuat menjadi tidak dapat bergerak; 11) menjebak dengan memasang tali; 12) meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya; 13) memasangkan tali khususnya pita sampai ke sisi ujung suatu kotak; 14) bermain kata dengan menyambungkan kata-kata yang mirip agar tersambung dengan meletakkan bagian awal di kata berikutnya; 15) menutup dengan kencang permukaan dengan penutup/cover dan lainnya seperti membungkus/menutupi sesuatu dari atas; 16) menaburkan tepung atau cairan secara meluas ke seluruh permukaan suatu benda seperti menutupinya dari atas, 17) memberikan ganggguan seperti menutupinya dari atas, meletakkan tangan atau kaki dari arah atas seperti meletakkan sesuatu dari atas saat hendak memulai suatu


(2)

tindakan; 18) menjerat kaki dan lainnya; 19) melakukan suatu tindakan kepada lawan untuk menjerat lawan; 20) dibawa ke ahlinya dan ditangani di tempat tersebut; 21) memutar kunci kemudian menyalakan mesin; 22) meletakkan mesin dari atas kemudian memproses permukaan benda. Sedangkan makna kakeru yang terdapat dalam novel Bara no Satsujin adalah makna mengencangkan agar tidak bergerak dan kencang ada 2 buah, mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa ada 2 buah, melakukan suatu tindakan kepada lawan ada 1 buah, meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya ada 1 buah, menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas ada 1 buah dan makna yang terdapat dalam novel Kazoku Hakken adalah makna mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa ada 1 buah, melakukan suatu tindakan kepada lawan ada 2 buah, meletakkan mesin dari atas kemudian memproses permukaan benda ada 1 buah, menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas ada 1 buah.

2. Verba kakeru yang penulis temukan di dalam novel Bara no Satsujin dan

Kazoku Hakkei merupakan verba kakeru yang termasuk ke dalam ichidandoushi, dimana dalam penggunaannya memerlukan objek (transitif) dan sering ditulis dengan huruf hiragana saja.

3. Di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei terdapat verba kakeru

yang tidak ada di dalam teori Moriyama Shin, yaitu : yougi wo kakeru, kama ni kakeru, goumon ni kakeru, shaku ni kakeru, hana ni kakeru, kotoba wo kakeru, dan saiminjutsu wo kakeru.

4. Verba kakeru yang bermakna “mengencangkan agar kencang dan tidak

bergerak” di dalam novel Bara no Satsujin memiliki arti “mengunci” dan “memakai”.


(3)

5. Verba kakeru yang bermakna “mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati” di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei memiliki arti “memikirkan” dan “mengurus”.

6. Verba kakeru yang bermakna “melakukan suatu tindakan kepada lawan” di

dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei memiliki arti “memanggil”, “menepuk” dan “mengejar”.

7. Verba kakeru yang bermakna “meletakkan/menempatkan ujung benda panjang

di sisi benda lain untuk menyambungnya” di dalam novel Bara no Satsujin memiliki arti “sampai”.

8. Veba kakeru yang bermakna “meletakkan mesin/alat dari atas, kemudian

merawat permukaan benda” di dalam novel Kazoku Hakkei memiliki arti “menyetrika”.

9. Verba kakeru yang bermakna “menambahkan tekanan yang tidak hanya berasal

dari arah atas” di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei memiliki arti “menekankan” dan “duduk”.

10.Makna verba kakeru yang paling banyak terdapat dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei adalah menyatakan suatu tindakan kepada lawan dengan 6 buah kalimat.

4.2Saran

Verba kakeru memiliki berbagai macam makna yang berbeda-beda sesuai dengan pendapat seorang pakar. Selain makna yang sudah penulis ungkapkan di dalam skripsi ini, penulis juga menemukan makna yang tidak ada di dalam teori Moriyama Shin, yaitu yougi wo kakeru, kama ni kakeru, goumon ni


(4)

kakeru, shaku ni kakeru, hana ni kakeru, kotoba wo kakeru, dan saiminjutsu wo kakeru. Disarankan kepada para pembaca yang ingin meneliti fungsi dan makna verba kakeru lebih dalam, maka pembaca perlu mencari teori dari pakar-pakar lainnya.

Semoga dengan adanya tulisan ini, pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya di Medan dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Jepang mengenai tagigo, sebaiknya tidak hanya membaca buku pelajaran saja tapi dapat membaca novel, komik, majalah berbahasa Jepang, karna ada kemungkinan dapat ditemukannya contoh penggunaan tagigo yang lebih beragam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. 1995. Telaah Semantik. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

___________. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

De Sasure, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. (Terjemahan Hidayat , Rahayu S). Yogyakarta: Gajah Mada Univ. Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Machidaken. 1995. Yoku Wakaru Genggogaku Nyumon. Jepang

Morioka, Kenji. dkk (Eds). 1993. Shuueisha Kokugo Jiten Dai 3 Ban. Tokyo: Shuueisha Morita, Yoshiyuki. 1989. Kiso Nihongo Jiten. Tokyo: Kadokawa Shoten

Pateda, Mansoer. 2000. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Shin, Moriyama. 2012. Nihongo Tagigo Gakushuu Jiten. Tokyo: Aruku Ltd. Sudaryat, Yayat. 2008. Makna Dalam Wacana. Bandung : CV. Yrama Widya

Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar – Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press.

__________. 2008. Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora __________. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Tsutsui, Yasutaka. 2010. Kazoku Hakkei. Jepang : Shinchosha Co.,Ltd.


(6)

Verhaar. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press. Wahyu, Wibowo. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia. Yamaguchi, Matsumura. 1998. Kokugo Jiten. Tokyo : Obunsha. Yasuo, Uchida. 1972. Bara no Satsujin. Jepang : Kadokawa Shoten.

tanggal 1 Agustus 2015