EKSPRESI AMARAH DAN STROKE

yang mensekresikan CRF diproyeksikan dari nukleus paraventrikuler menuju batang otak. Neuron katekolaminergik diproyeksikan dari locus coeruleus menuju nukleus paraventrikular, dan ambang rangsang neuron locus coeruleus ditingkatkan oleh adanya CRF al’ Absi Bongard, 2006. Interaksi neuron antara locus coeruleus dan nukleus paraventrikuler juga ditingkatkan melaui proyeksi terpisah dari nukleus paraventrikuler dan locus coeruleus ke struktur otak lainnya yang terlibat dalam koordinasi emosional respon terhadap stres. Sebagai contoh, locus coeruleus diproyeksikan menuju hipotalamus, dimana akan memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap peningkatan kerja norepinefrin pada nukleus paraventrikuler, yang kemudian akan mengaktivasi aksis HPA. Di lain pihak CRF memfasilitasi proses sensoris dan perhatian selama keadaan stres melalui peningkatan input katekolamin menuju neuron CRF. Epinefrin dan norepinefrin memiliki efek stimulus terhadap ACTH; suatu efek yang diberikan melalui pelepasan katekolamin pada CRF. Penghambatan pelepasan CRF dapat mencegah efek tersebut. Perubahan katekolamin yang diinduksi oleh keadaan stres, oleh karena itu, berkontribusi terhadap pelepasan CRF dan ACTH, dan memberikan substrat yang mungkin mempengaruhi jenis ekspresi amarah al’ Absi Bongard, 2006.

II.5. EKSPRESI AMARAH DAN STROKE

Pada analisis penelitian Atherosclerosis Risk in Communities ARIC sebelumnya, didapatkan bahwa sifat amarah berhubungan positif dengan insiden coronary artery disease pada individu yang normotensi; namun Universitas Sumatera Utara demikian, mekanisme pasti hubungan amarah dengan coronary artery disease masih belum diketahui. Terdapat dua hipotesis : pertama yaitu secara tidak langsung, dimana memberikan efek negatif terhadap kesehatan behaviour, dan yang kedua adalah secara langsung dimana mengakibatkan aktivasi sistem simpato-adrenomedular dan aksis HPA dan akibatnya terhadap hemodinamik dan neurohormonal. Williams dkk, 2007; Eng dkk, 2003 Sebagai respon terhadap stres psikososial, terdapat hormon stres yang bersirkulasi secara berlebihan, seperti katekolamin dan kortikosteroid, yang dapat memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap tekanan darah dan denyut jantung, menyebabkan agregasi platelet dan menyebabkan endothelial injury pada dinding pembuluh darah serta pembentukan trombus. Respon yang berlebihan dari sistem simpato-adrenomedular dan aksis HPA juga dapat mengkatalisa kaskade kejadian proinflamasi, seperti aktivasi makrofag, produksi sitokin, aktivasi protein fase akut, serta aktivasi sel mast, dimana semua hal tersebut terlibat dalam proses aterogenesis. Selanjutnya, stres psikologis dapat membangkitkan respon stres dan inflamasi, dimana secara bersama-sama akan secara agresif menyebabkan aterosklerosis, suatu keadaan penyakit yang saat ini diperkirakan diakibatkan oleh proses inflamasi kronis. Peningkatan intimal-medial thickness IMT merupakan manifestasi subklinis dari aterosklerosis yang dapat diukur dengan menggunakan ultrasound. Analisis penelitian ARIC sebelumnya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara IMT karotis dengan Universitas Sumatera Utara prevalensi penyakit kardiovaskular, insiden coronary artery disease, dan insiden stroke Williams dkk, 2007; Eng dkk, 2003. Universitas Sumatera Utara

II.6. KERANGKA TEORI