Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan 2013: Analisis Data Riskesdas Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

(ANALISIS DATA RISKESDAS 2013)

SKRIPSI

Oleh :

Alfica Agus Jayanti NIM: 1111101000065

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI

Skripsi, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti, NIM: 1111101000065

Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan 2013: Analisis Data Riskesdas Tahun 2013

xiii + 70 halaman, 7 tabel, 2 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK

Secara global stroke menempati urutan kedua penyebab kematian. Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 7,4‰. Stroke dipengaruhi oleh faktor risiko stroke yaitu hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan menganalisis data Riskesdas 2013 untuk melihat hubungan dan perbedaan risiko stroke pada individu hipertensi menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia, status merokok). Ada hubungan antara hipertensi dengan stroke. Hipertensi berisiko 17,92 kali (14,05-22,86) terkena stroke. Individu hipertensi cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian stroke.

Kata Kunci: Stroke; Hipertensi; Risiko Daftar Bacaan : 77 (1992-2015)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH DEPARTMENT

EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti, NIM: 1111101000065

Association Between Hypertension and Stroke in Sulawesi Selatan 2013: Riskesdas Data Analysis 2013

xiii + 70 pages, 7 tables, 2 pictures + 11 attachments

ABSTRACT

Stroke is also the second cause of the death worldwide. The highest stroke prevalence was on South Sulawesi based on diagnose of health practitioner in

2007 was 7,4‰. Stroke caused by several risk factors such as hypertension, diabetes mellitus, coronary heart disease, hypercholesterolemia, family history of the disease, age, sex and smoking behaviour. This study aims to investigate the association of hypertension and stroke in South Sulawesi at 2013. This is a cross sectional study by analysing data of Riskesdas 2013 to show association and risk differences of stroke which caused by hypertension based on individual characteristics (sex, age, smoking status). There’s association between hypertension and stroke. Hypertension has 17,92 (14,05 to 22,86) times higher risk to stroke. Individual with hypertension tends to have higher risk to stroke.

Keywords: Stroke ; Hypertension ; Risks Bibliography: 77 (1992-2015)


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Pribadi

Nama : Alfica Agus jayanti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Agustus 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan. Seroja IV RT. 006 RW.05 No.15

Komplek Marinir Cilandak, Jakarta Selatan

Telp/Hp : 085710527443

Agama : Islam

Email : alfica_ia_2@yahoo.com

b. Riwayat Pendidikan

(1997-1999) : TK Islam Al-Hidayah

(1999-2005) : SDN 03 Pagi Cilandak

(2005-2008) : SMPN 107 Jakarta

(2008-2011) : SMAN 97 Jakarta

(2011-2015) : Epidemiologi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(6)

(7)

(8)

KATA PENGANTAR

ةتاكربو ها ةمحرو كي ع اسلا

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasul tercinta yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan, penulis menyusun skripsi mengenai “Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 (Analisis Data Riskesdas 2013)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa. Masalah stroke dipilih sebagai topik penelitian karena prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahku Titi Jaya dan Ibuku Fatcha Alfini atas do’a yang selalu diberikan bagi penulis serta kasih sayang yang telah diberikan, dan senantiasa memberikan dukungan sehingga penulis menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes

3. Ka. Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D


(9)

4. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D dan ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi.

5. Laboratorium data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia yang telah memenuhi permintaan data Riskesdas tahun 2013 sebagai bahan penelitian.

6. Adik penulis, Alfandi Wasis Jaya Setyawan yang selalu menanyakan kapan skripsi ini selesai sehingga penulis bersemangat menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat, teman seperjuangan, peminatan Epidemiologi 2011, yang sudah saling mendukung dan membantu.

8. Teman-teman Kesehatan Masyarakat tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terus mendukung dan memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar penulis dapat menyusun skripsi yang lebih baik dimasa yang akan datang.

ةتاكربو ها ةمحرو كي ع اسلاو

Jakarta, 29 September 2015


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 5

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 5

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan ... 5

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Definisi stroke ... 7

B. Jenis Stroke ... 8


(11)

D. Faktor Risiko Stroke... 11

E. Kerangka teori ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

A. Kerangka Konsep ... 26

B. Definisi Operasional ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

1. Populasi penelitian ... 30

2. Sampel Penelitian ... 31

D. Pengukuran Variabel Penelitian ... 32

E. Manajemen Data ... 33

F. Analisis Data ... 35

BAB V HASIL ... 37

A. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 37

B. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 .. 37

C. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 38

D. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 39

BAB VI PEMBAHASAN ... 41

A. Keterbatasan Penelitian ... 41

B. Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 42


(12)

2. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 43

3. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun

2013 ... 49

4. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 52

BAB VII PENUTUP ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 62

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 63

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan ... 63

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 71

DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Klasifikasi Tekanan Darah ... 17

Tabel 4. 1 Variabel dan Kode Variabel ... 34

Tabel 4. 2 Kode Variabel Baru ... 35

Tabel 5. 1 Proporsi Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 201337 Tabel 5. 2 Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 38


(13)

Tabel 5. 3 Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 38 Tabel 5. 4 Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ... 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ... 25

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ... 26


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana peningkatan usia dalam masyarakat berdampak terhadap perkembangan prevalensi penyakit ini. Secara global stroke menempati urutan kedua penyebab kematian (Pandian, 2013). Namun, di negara-negara maju prevalensi stroke sudah mengalami penurunan hampir 50%. Data kematian karena stroke di negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) lebih bervariasi. Stroke merupakan penyebab utama kematian di negara-negara ASEAN sejak tahun 1992. Indonesia menempati urutan pertama kematian di rumah sakit karena stroke (Aliah dkk, 2007).

Penelitian kohort yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa insiden stroke pada laki-laki lebih tinggi (16 per 1.000 penduduk) dibandingkan dengan perempuan (13,9 per 1000 penduduk) (Zhao, 2014). Prevalensi stroke tahun 2010 di Amerika sebesar 2,6% (CDC, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) prevalensi stroke mengalami peningkatan sebesar 3,8‰, dimana hasil Riskesdas tahun 2007 ditemukan stroke di Indonesia sebesar 8,3‰ dan stroke tahun 2f013 sebesar 12,1‰ (Kemenkes,2013). Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan berdasarkan gejala dan didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 7,4‰, sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 17,9‰ diikuti dengan DI Yogyakarta (16,9‰),


(15)

Sulawesi Tengah (16,6‰), dan Jawa Timur (16‰) (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan didiagnosis tenaga kesehatan pada tahun 2007 (5,0‰) dan meningkat pada tahun 2013 (7,1‰).

Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke (Anies, 2006). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14% (Depkes, 2004). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 (9,4%) lebih tinggi dibanding tahun 2007 (7,2%) (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan tahun 2007 sebesar 5,7% meningkat pada tahun 2013 sebesar 10,3% (Kemenkes, 2013). Namun, stroke juga dipengaruhi beberapa faktor risiko. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor risiko stroke yaitu hipertensi, penyakit Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung Koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok (Sorganvi dkk, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk (2010) seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena stroke. Berdasarkan hasil penelitian hipertensi meningkatkan risiko 3,8 kali terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Individu berusia di atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade (Mahendra dkk, 2004). Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali berisiko dibanding dengan perempuan


(16)

(Mahendra dkk, 2004). Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai insiden stroke pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan di Trivandrum insiden stroke pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Pandian, 2013.

Berdasarkan data Riskesdas 2013 didapatkan jumlah populasi pada data Riskesdas di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 49.129 kemudian peneliti melakukan cleaning data sehingga populasi menjadi 33.371 dan peneliti mengambil jumlah total populasi untuk dianalisis lanjut. Penelitian menggunakan data Riskesdas karena dapat mengetahui gambaran hipertensi dengan stroke di Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, belum jelas bagaimana hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Selatan. Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan berdasarkan didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 7,4‰ (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan didiagnosis tenaga kesehatan pada tahun 2007 (5,0‰) dan meningkat pada tahun 2013 (7,1‰). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 (9,4%) lebih tinggi dibanding tahun 2007 (7,2%) (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan tahun 2007 sebesar 5,7% meningkat pada tahun 2013 sebesar 10,3% (Kemenkes, 2013). Namun, belum jelas bagaimana


(17)

hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah proporsi stroke menurut hipertensi di Sulawesi Selatan tahun 2013?

2. Bagaimanakah proporsi stroke menurut karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013? 3. Adakah hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi

Selatan tahun 2013?

4. Adakah hubungan hipertensi dengan kejadian stroke menurut karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proporsi stroke menurut hipertensi di Sulawesi Selatan tahun 2013

b. Diketahuinya proporsi stroke menurut karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013


(18)

c. Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke menurut karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan progam pencegahan dan penanggulangan masalah hipertensi dan stroke di Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian dan analisis lanjut terkait hipertensi dan stroke di Provinsi Sulawesi Selatan

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam memberikan intervensi yang tepat dalam menyelesaikan masalah hipertensi dengan stroke di Provinsi Sulawesi Selatan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi terkait hipertensi dengan stroke sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut


(19)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional menggunakan data Riskesdas 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi hipertensi, stroke, usia, jenis kelamin, status merokok. Analisis lanjut berupa analisis univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2015.


(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi stroke

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi sistim saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) (Ginsberg, 2007). Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat (George dkk, 2009). Stroke adalah manisfestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab (Mahendra dkk, 2004).

Dikatakan stroke apabila pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan tetapi pernah mengalami secara mendadak keluhan kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan atau baal satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata atau bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti pembicaraan (Kemenkes, 2013).


(21)

B. Jenis Stroke

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih, yang disebut infark otak. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas: Transient Ischaemic Attack (TIA) adalah defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 30 menit. Reversible Ischeamic Neurological Deficit (RIND) adalah defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu (George, 2009).

TIA adalah hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal secara cepat yang berlangsung kurang dari 24 jam, dan diduga diakibatkan oleh mekanisme vaskular emboli, trombosis, atau hemodinamik. Beberapa episode transien/sementara berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi pasien mengalami pemulihan sempurna yang disebut RIND (Ginsberg, 2007). Jenis stroke yang paling sering terjadi adalah stroke iskemik (80% kasus) (Palmer dkk, 2007).

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah pada arteri koroner saat serangan jantung atau angina sehingga otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi (Palmer dkk, 2007). Serangan stroke iskemik biasanya terjadi pada golongan usia 50 tahun atau lebih dan serangan lebih sering terjadi pada malam hari (Batticaca, 2008).


(22)

Stroke hemoragik atau stroke perdarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Darah yang keluar akan masuk ke dalam jaringan otak dan menyebabkan terjadinya pembengkakan otak atau hematom yang akhirnya meningkatkan tekanan di dalam otak (Mahendra dkk, 2004). Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Arif, 2008). Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak atau dekat otak pecah. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang antara sel-sel otak (Palmer dkk, 2007). Serangan stroke hemoragik terjadi pada golongan usia 20-60 tahun (Batticaca, 2008).

C. Gejala dan Tanda Stroke

Menurut (Mahendra dkk, 2004) gejala stroke dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam) : a. Tiba-tiba sakit kepala

b. Pusing bingung

c. Penglihatan atau kehingalan pada satu atau dua mata d. Kehilangan keseimbangan

e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh 2. Gejala stroke ringan


(23)

b. Kelemahan atau kelumpuhan kaki atau tangan c. Bicara tidak jelas

3. Gejala stroke berat

a. Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan b. Koma jangka pendek

c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki

d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara e. Sukar menelan

f. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi

h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah

Sedangkan, menurut (Anies, 2006) gejala dan tanda stroke bermacam-macam tergantung bagian otak yang terkena. Beberapa gejala dan tanda stroke pada umumnya, antara lain:

a. Kesemutan pada satu sisi badan, mati rasa

b. Lemas, salah satu sisi badan lumpuh misalnya pada bagian tubuh kanan atau kiri

c. Pada bagian mulut biasanya terjadi kemiringan pada bagian lidah

d. Terjadi gangguan saat menelan makanan atau minuman biasanya sering tersedak

e. Gangguan bicara, atau saat bicara kata-katanya sulit dimengerti atau kurang jelas


(24)

f. Tidak mampu membaca ataupun menulis

g. Kesulitan saat berjalan atau berjalan menjadi tidak seimbang h. Kemampuan intelektual menjadi menurun

i. Gangguan pada fungsi indra misalnya gangguan mata seperti pandangan menjadi tidak terlihat atau gelap, dan gangguan pendengaran

D. Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko stroke dibedakan menjadi 2 yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah

1. Faktor Risiko Stroke yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah yatu faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dilakukan pencegahan. Beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu :

a. Usia

Usia merupakan faktor risiko stroke, semakin tua usia maka risiko terkena stroke akan semakin tinggi. Namun, sekarang usia produktif perlu waspada terhadap ancaman stroke. Pada usia produktif, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak (Wulan, 2008). Meskipun stroke dapat menyerang segala usia, diketahui bahwa mereka yang berusia lanjut lebih berisiko terserang penyakit yang berpontensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap (Genis, 2009).


(25)

Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak (Kristiyawati dkk, 2009).

Setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga dari kasus stroke adalah usia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009). Insiden stroke semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Individu berusia di atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade (Mahendra dkk, 2004). Hasil penelitian Lestari (2010) bahwa kejadian stroke pada usia >55 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia 40-55 tahun.

b. Jenis Kelamin

Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali berisiko dibanding dengan perempuan (Mahendra dkk, 2004). Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai insiden stroke pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan di Trivandrum insiden stroke pada perempuan lebih tinggi


(26)

dibandingkan laki-laki (Pandian, 2013). Hasil penelitian Sofyan (2015) bahwa pada kejadian stroke lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki (52%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (48%).

Laki-laki lebih cenderung berisiko stroke karena kejadian stroke pada perempuan meningkat pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).

Menurut buku stroke di usia muda oleh Holistic Health Solution (2011) bahwa laki-laki lebih berisiko terkena stroke daripada perempuan, namun penelitian menyimpulkan bahwa kematian akibat stroke lebih banyak pada perempuan. Risiko stroke 20% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Setelah perempuan menginjak usia 55 tahun, kadar estrogen menurun karena menopause kemudian akibatnya risiko stroke lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki.

Kejadian stroke pada perempuan juga dikatakan meningkat pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL), dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).


(27)

c. Riwayat Keluarga Stroke

Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke cenderung menderita diabetes mellitus dan hipertensi. Peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunkannya faktor risiko stroke (Rizaldy, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian riwayat keluarga stroke mempunyai risiko 2,3 kali lebih besar dibanding yang tidak mempunyai riwayat keluarga stroke (Sorganvi dkk, 2014) sedangkan, menurut Feigin dkk (1998) riwayat keluarga stroke mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar dibanding yang tidak mempunyai riwayat keluarga stroke.

2. Faktor Risiko Stroke yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah yaitu faktor penyebab yang dapat diubah melalui penangan tertentu. Beberapa faktor yang dapat dikendalikan agar risiko terkena stroke menurun yaitu :

a. Hipertensi

Hasil penelitian Yenni (2011) yaitu individu hipertensi, lebih banyak yang tidak stroke dibandingkan yang terjadi stroke. Faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke adalah hipertensi (Luecknotte dan Meiner, 2006). Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke dan faktor dominan yang berhubungan dengan stroke adalah hipertensi (Kristiyawati dkk, 2009).


(28)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk (2010) seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena stroke. Berdasarkan hasil penelitian hipertensi meningkatkan risiko 3,8 kali terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Tekanan darah diastolik diatas 100mmHg akan meningkatkan risiko terkena stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik yang normal (Mahendra dkk, 2004).

Sangat penting mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal untuk menurunkan risiko terjadinya serangan stroke (Mahendra dkk, 2004). Sedangkan menurut Rizaldy (2010) hipertensi 2 kali berisiko terkena stroke. Hipertensi merupakan risiko paling besar terkena stroke dibandingkan dengan riwayat keluarga stroke dan status merokok (Sorganvi dkk, 2014).

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi pendarahan di otak yang dapat berakibat kematian. Stroke dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang tidak mengalir lancar di pembuluh yang sudah menyempit (Vitahealth, 2004).

1) Definisi hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, peningkatan sistole tergantung pada usia individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, usia, dan tingkat stres yang dialami (Tambayong, 2000). Seseorang


(29)

mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (Rizaldy, 2010). Menurut Baradero (2008) penentuan individu didiagnosis hipertensi harus berdasarkan pengukuran tekanan darah tidak hanya sekali dan konsisten meningkat. Pengukuran tekanan darah harus diukur dengan posisi duduk atau berbaring.

Hipertensi akan memacu munculnya timbunan plak pada pembuluh darah besar (aterosklerosis). Timbunan plak akan menyempitkan lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi maka, timbul stroke (Rizaldy, 2010). Berdasarkan Riskesdas 2013 dikatakan hipertensi apabila pernah didiagnosis mengalami hipertensi oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

2) Jenis Hipertensi

Ada dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah hipertensi primer. Penyebab hipertensi primer tidak jelas, beberapa teori menunjukkan adanya faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis (Baradero, 2008) sedangkan hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang sebelumnya diderita. Adapun penyakit pemicu hipertensi sekunder diantaranya penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, pada


(30)

kelenjar gondok, efek obat-obatan, dan karena kelainan pembuluh darah, serta pada kehamilan. Hampir 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer, sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder (Setiawan dkk, 2008).

Menurut Rizaldy (2010) klasifikasi hipertensi seperti dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1

Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistole Diastole

Normal <120 <80

Pra Hipertensi 120-139 80-90 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

3) Penyebah Hipertensi

Menurut Tambayong (2000) penyebab hipertensi yaitu obesitas, stres, diet tinggi garam, diabetes mellitus, merokok, riwayat keluarga, kurang olahraga. Meskipun hipertensi belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor keturunan, ciri perorangan dan kebiasaan hidup (Gunawan, 2007).


(31)

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Gunawan, 2007).

b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah usia, jenis kelamin, dan ras. Usia yang bertambah akan menyebabkan terjadinya hipertensi. Tekanan darah pada laki-laki umumnya lebih tinggi dibandingkan perempuan (Gunawan, 2007).

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering mneyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres, dan pengaruh lain (Gunawan, 2007).

1.Konsumsi Garam Yang Tinggi

Dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam rendah. Pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam oleh obat deuretik akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.

2.Kegemukan atau Makan Berlebihan

Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah


(32)

terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.

3.Stres atau Ketegangan Jiwa

Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat.

4.Pengaruh Lain

Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah yaitu merokok, minum alkohol, minum obat-obatan .

b. Status Merokok

Menurut Sorganvi dkk (2014) merokok berisiko 2 kali lebih besar terkena stroke. Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan risiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). Merokok mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok memacu peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Merokok meningkatkan risiko stroke sampai 2 kali lipat (Rizaldy, 2010).

Serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin


(33)

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan menurunkan HDL kolestrol dan meningkatkan LDL kolestrol, sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan viskositas darah yang semuanya mempercepat aterosklerosis pada lapisan endotel. Dengan demikian, merokok akan menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL kolestrol yang percepat aterosklerosis (Mahendra dkk, 2004).

Rokok mengandung bahan kimia toksik diantaranya adalah nikotin, tar, karbonmonoksida, ammonia, dan lain-lain. Nikotin adalah kandungan utama dalam rokok. Apabila merokok, nikotin akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam otak. Dibutuhkan waktu 7 detik, sejak nikotin dihisap hingga menuju otak. Nikotin yang masuk ke dalam otak akan menyempitkan pembuluh darah pada otak sehingga aliran darah ke otak terhambat sehingga sel-sel otak rusak atau mati yang kemudian dikenal sebagai stroke (Kabo, 2008 ; Sallika, 2010 ; Wibowo, 2005)

c. Diabetes Mellitus

Hyperinsulinemia adalah penyebab diabetes yaitu adanya kelebihan kadar insulin dalam peredaran darah. Hal tersebut mengakibatkan tubuh menyerap lebih banyak garam yang menstimulasi sistem saraf simpatik. Hal ini mempengaruhi struktur pembuluh darah yang tentu saja berhubungan dengan tekanan


(34)

darah. Tekanan darah tinggi yang berkaitan dengan nephropathy diabetes biasanya ditunjukkan dengan adanya garam dan penahanan cairan. Banyaknya cairan yang tertahan di tubuh ini akan menyebabkan peningkatan volume darah dalam pembuluh darah. Nephropathy diabetes biasanya menyebabkan hipertensi (Deherba, 2012).

Diabetes mellitus adalah gangguan menahun pada sistim metabolisme karbohidrat, lemak dan juga protein dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi hormon insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak (Endang, 2011). Apabila pernah didiagnosis diabetes mellitus oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

d. Kadar Kolestrol dalam Darah

Kolestrol dibentuk dalam tubuh, yang terdiri dari dua bagian utama yaitu kolestrol HDL dan kolestrol LDL. Kolestrol LDL disebut sebagai kolestrol jahat, yang membawa kolestrol dari hati ke dalam sel. Jumlah kolestrol LDL yang tinggi akan menyebabkan penimbunan kolestrol di dalam sel. Hal ini akan memacu munculnya proses aterosklerosis. Proses aterosklerosis akan menimbulkan komplikasi pada organ. Proses tersebut pada otak akan meningkatkan risiko terkena stroke (Rizaldy, 2010). Kadar kolestrol dalam darah yang tinggi pada laki-laki mempunyai


(35)

risiko 0,80 kali terkena stroke sedangkan pada perempuan mempunyai 0,58 kali terkena stroke (Asplund dkk, 2009).

Kolestrol HDL disebut juga kolestrol baik, yang membawa kolestrol dari sel ke hati. Kadar kolestrol HDL yang rendah secara konsisten dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan stroke (Rizaldy, 2010). Profil lemak pada umumnya diperiksa setelah seseorang berpuasa 6-8 jam. Profil lemak yang normal adalah: kadar kolestrol darah dibawah 200 mg/dl, kadar kolestrol LDL dibawah 150 mg/dl, kadar darah otak disebelah kanan menyebabkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri. Sebaliknya, gangguan pada otak sebelah kanan menimbulkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri (Rizaldy, 2010).

e. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penelitian kohort oleh Raso dkk (2006) menunjukkan individu yang mengalami aterosklerosis mempunyai risiko mengalami PJK dan stroke. Kondisi aterosklerosis berisiko menyebabkan stroke lebih tinggi dibandingkan individu yang sehat atau tidak mengalami aterosklerosis (Raso dkk, 2006).

Penyakit penyerta PJK salah satunya stroke karena disebabkan oleh aterosklerosis. Penyakit stroke ditandai dengan adanya perdarahan pada pembuluh darah yang disebabkan tekanan darah tinggi dan aterosklerosis. Faktor risiko stroke dan PJK disebabkan oleh faktor risiko yang hampir sama seperti merokok dan hipertensi (WHO, 2011).


(36)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala (Kabo, 2008). Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi di mana plak dalam koroner (jantung) arteri. Plak terdiri dari kolesterol, lemak, kalsium, dan zat lain yang ditemukan dalam darah. Ketika plak menumpuk di arteri, kondisi ini disebut aterosklerosis (National Institutes of Health, 2012). Apabila pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

Hasil penelitian dengan desain kasus kontrol yang dilakukan oleh Sitorus (2008) di Semarang bahwa mayoritas stroke tidak PJK lebih besar (96%) dibandingkan individu PJK (4%). Sitorus (2008) juga membuktikan bahwa risiko individu dengan status PJK yang terkena stroke sebesar 0,65. Penelitian kohort yang dilakukan Bener dkk (2005) pada tahun 1999 sampai 2003 di Qatar menunjukkan bahwa pasien acute myocardial infarction (AMI) mempunyai risiko terkena stroke sebesar 6,07 kali. Jumlah kasus stroke dengan status AMI adalah sebesar 32 kasus sedangkan, kasus stroke dengan status AMI yang disertai hipertensi juga sebesar 32 kasus (Bener dkk, 2005).


(37)

Kelainan jantung akan meningkatkan risiko stroke adalah aritmia jantung. Aritmia merupakan kelainan yang ditandai oleh detak jantung yang tidak teratur. Kelainan tersebut berpotensi menimbulkan suatu bekuan sel trombosit, yang dapat bermigrasi dari jantung dan menyumbat arteri di otak, menimbulkan stroke. Pengobatan yang tepat dapat menekan risiko terjadinya stroke (Genis, 2009).


(38)

E. Kerangka teori

Beberapa faktor risiko stroke yaitu usia, jenis kelamin, hipertensi, status merokok berdasarkan hasil penelitian oleh Kristiyawati dkk (2009)1, Gunawan (2007)2, Price dan Wilson (2006)3, Kabo (2008)4, Sallika (2010)5, Wibowo (2005)6, Rizaldy (2010)7

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

HIPERTENSI7

STROKE Status

merokok4,5,6 Usia1 Jenis


(39)

26

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian stroke. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013. Faktor risiko stroke lainnya (usia, jenis kelamin, status merokok) diketahui berhubungan dan meningkatkan risiko kejadian stroke. Peneliti ingin mengetahui berapa besar risiko yang didapat pada individu hipertensi jika dipengaruhi oleh faktor risiko stroke lainnya. Pada penelitian ini faktor risiko lainnya akan dijadikan karakteristik individu. Oleh karena itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko dari individu hipertensi berdasarkan karakteristik individu terhadap kejadian stroke. Kerangka konsep penelitian berdasarkan variabel faktor risiko pada beberapa penelitian sebelumnya oleh Kristiyawati dkk (2009), Gunawan (2007), Price dan Wilson (2006), Kabo (2008), Sallika (2010), Wibowo (2005), Rizaldy (2010)

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

HIPERTENSI

STROKE

Usia Jenis

Kelamin

Status Merokok


(40)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

1. Stroke Apabila pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

Kuesioner Pernah didiagnosis stroke : 0. Ya

1. Tidak

(Kemenkes, 2013)

Ordinal

2. Hipertensi Apabila pernah didiagnosis mengalami hipertensi oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

Kuesioner Hipertensi:

0. Ya (hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg)

1. Tidak (hasil pengukuran tekanan darah sistolik <140)

(Kemenkes, 2013)

Ordinal

3. Usia Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai usia ulang tahun terakhir saat Rumah Tangga individu tersebut menjadi sampel Riset Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2013).

Kuesioner Usia dalam satuan tahun: 0. ≥40 tahun

1. <40 tahun (Usrin, 2013)

Ordinal

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin individu berdasarkan kartu keluarga

Kuesioner Jenis Kelamin: 0. Laki-laki 1. Perempuan


(41)

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

(Kemenkes, 2013)

5. Status Merokok

Status konsumsi rokok individu selama satu bulan terakhir. Dikatakan merokok apabila merokok setiap hari atau kadang-kadang. Pernah merokok apabila tidak merokok tetapi pernah merokok sebelumnya. Tidak merokok apabila tidak pernah merokok

Kuesioner Status merokok selama 1 bulan terakhir:

0. Merokok

1. Pernah Merokok 2. Tidak Merokok

(Kemenkes, 2013)


(42)

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013


(43)

30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross-sectional, dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Riskesdas adalah sebuah survei dengan desain cross sectional. Riskesdas 2013 dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk di seluruh pelosok Indonesia, yang terwakili oleh penduduk di tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota (Kemenkes, 2013).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian Riskesdas dilakukan pada 1 Mei- 30 Juni 2013. Analisis lanjut dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Data sekunder diperoleh dari baseline/dataset Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 dengan menganalisis data Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang menjadi responden dalam penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013. Adapun populasi tersebut yang tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Sulawesi Selatan adalah 48.129 respoden.


(44)

2. Sampel Penelitian

Sampel atau data individu yang dianalisis lanjut dalam penelitian ini merupakan individu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Individu yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013.

b. Kriteria Eksklusi

Individu yang berusia <15 tahun yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013.

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu seluruh total populasi Sulawesi Selatan 2013 dengan melihat kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah 33.371 sampel. Berdasarkan jumlah sampel yang tersedia untuk dianalisis, maka dapat dihitung kekuatan uji pada masing variabel-variabel. Perhitungan kekuatan uji (1-β) berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai berikut:

( √ ̅ ̅ √ ) Keterangan:

Z1-α/2: Nilai Z pada derajat kepercayaan 95% ( 1,96) Z1-β: Nilai Z dari kekuatan uji


(45)

P1 : Proporsi kelompok 1 dari penelitian terdahulu P2 : Proporsi kelompok 2 dari penelitian terdahulu P :

Deff: Desain efek, yaitu perbandingan (rasio) antara varian yang diperoleh pada sampel acak kompleks dengan varians yang diperoleh jika pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Peneliti menentukan deff sebesar 2.

Berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail) hasil perhitungan kekuatan uji (1-β) adalah 99%.

D. Pengukuran Variabel Penelitian

1. Variabel Stroke

Variabel stroke diukur melalui wawancara individu saat menjadi responden Riskesdas tahun 2013. Pengukuran stroke berdasarkan diagnosis stroke oleh tenaga kesehatan.

2. Variabel Hipertensi

Variabel hipertensi merupakan fakor utama terjadinya stroke. Hipertensi diukur dengan wawancara berdasarkan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan. hasil pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mempunyai riwayat hipertensi dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.

3. Variabel Demografi

Variabel demografi yang diukur dalam penelitian ini meliputi usia dan jenis kelamin yang dikumpulkan saat penelitian Riskesdas tahun


(46)

2013 pengumpulan variabel dengan wawancara dan validasi dengan kartu identitas responden dan kemudian dicatat dalam kuesioner.

4. Variabel Merokok

Variabel merokok dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat status merokok individu dalam satu bulan terakhir. Kategori dalam variabel ini dibedakan menjadi kategori merokok, pernah merokok, dan tidak pernah merokok.

E. Manajemen Data

Sebelum manajemen data dilakukan oleh peneliti, kegiatan pengelolaan data dan pembuatan dataset dilakukan oleh Litbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terlebih dahulu. Manajemen dataset/baseline data Riskesdas tahun 2013 oleh Peneliti. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan setelah menerima dataset Riskesdas tahun 2013 sebelum melakukan analisis data lebih lanjut:

1. Filter, yaitu menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah variabel pada unit analisis dalam dataset dapat dianalisis lanjut. Peneliti sebelumnya mengidentifikasi pertanyaan pada Kuesioner Riskesdas 2013 yang dianggap berkaitan dengan hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut kode variabel penelitian pada Riskesdas 2013:


(47)

Tabel 4. 1

Variabel dan Kode Variabel

No Variabel Kode Variabel

1. Usia B4K7THN

2. Jenis Kelamin JK

3. Hipertensi B18

4. Stroke B31

5. Status Merokok G05

2. Cleaning (Pembersihan data), memeriksa kembali kemungkinan adanya data yang tidak konsisten dan missing data dengan analisis frekuensi terhadap masing-masing variabel penelitian. Peneliti mengeluarkan data responden yang berusia <15 tahun dari dataset. Proses cleaning diawali dengan melakukan analisis univariat pada semua variabel independen dan dependen yang akan diteliti. Analisis menggunakan software pengolah data akan menampilkan data missing. Pada analisis univariat yang dilakukan pada variabel independen dan dependen tidak terdapat missing. Sehingga pada variabel hipertensi, stroke, usia, jenis kelamin dan status merokok terdapat 33.371 sampel karena terdapat angka ekstrim yang harus dikeluarkan dari sampel dan tidak akan dianalisis lanjut. Angka ekstrim pada variabel usia dikeluarkan dari sampel dikarenakan dapat mempengaruhi nilai rata-rata usia.

3. Recoding (Pengkodean ulang), memberikan kode baru untuk setiap variabel penelitian yang perlu ditambah.


(48)

Tabel 4. 2 Kode Variabel Baru

No Variabel Kode Awal Kode Akhir 1. Stroke 1. Ya

2. Tidak

0. Ya 1. Tidak 2. Hipertensi 1. Ya

2. Tidak

0. Ya 1. Tidak

3. Usia Numerik 0. ≥40 tahun

1. <40 tahun 4. Jenis

kelamin

1. Laki-laki 2. Perempuan

0. Laki-Laki 1. Perempuan 5. Status

merokok

1. Ya, setiap hari 2. Ya,

kadang-kadang 3. Tidak, namun

sebelumnya merokok setiap hari

4. Tidak, namun sebelumnya merokok kadang-kadang 5. Tidak pernah

sama sekali

0. Merokok 1. Pernah

merokok 2. Tidak merokok

F. Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan proporsi variabel penelitian pada individu yang hipertensi mengalami stroke kemudian hasil analisis disajikan dalam tabel. Analisis univariat juga dilakukan


(49)

untuk melihat proporsi variabel stroke berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara dua variabel penelitian untuk menghasilkan odds ratio (OR) dan 95% confidence interval (CI). Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji Chi-Square.


(50)

37

BAB V

HASIL

A. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 1

Proporsi Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa proporsi individu yang mengalami stroke dengan hipertensi (67,7%) lebih besar dibandingkan dengan individu tidak hipertensi (32,3%) sedangkan, mayoritas individu tidak hipertensi tidak mengalami stroke.

B. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5.2 menujukkan bahwa proporsi individu yang mengalami stroke pada jenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak jauh berbeda. Mayoritas individu yang mengalami stroke yaitu usia ≥40 tahun, status tidak merokok.

Hipertensi

Stroke Tidak Stroke

n % n %

Ya 205 67,7 3456 10,5

Tidak 98 32,3 29612 89,5


(51)

Tabel 5. 2

Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Variabel Karakteristik Individu

Stroke Tidak

Stroke

n % n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 147 48,5 15018 45,4

Perempuan 156 51,5 18050 54,6

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Kategori Usia Individu

≥40 tahun 290 95,7 16736 50,6 <40 tahun 13 4,3 16332 49,4

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Status Merokok

Merokok 72 23,8 9528 28,8

Pernah Merokok 37 12,2 1795 5,4

Tidak Merokok 194 64,0 21745 65,8

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

C. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 3

Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa individu hipertensi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke. Individu hipertensi mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan individu tidak hipertensi. Individu hipertensi mempunyai risiko 17,92 kali terkena stroke dibandingkan dengan tidak hipertensi.

Hipertensi

Stroke Tidak Stroke

OR (95% CI)

n % n %

Ya 205 67,7 3456 10,5 17,92 (14,05-22,86) Tidak 98 32,3 29612 89,5 Ref (1,00)


(52)

D. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 4

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin

Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)

n % n %

Laki-laki Hipertensi 91 61,9 14030 93,4 23,07 (16,44-32,39)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 56 38,1 988 6,6

Perempuan Hipertensi 114 73,1 2468 13,7 17,13 (12,00-24,47)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 42 26,9 15582 86,3

Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Usia

Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)

n % n %

≥40 tahun Hipertensi 199 68,6 2894 17,3 10,46 (8,13-13,44)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 91 31,4 13842 82,7

<40 tahun Hipertensi 6 46,2 562 3,4 24,05 (8,05-71,79)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 7 53,8 15770 96,6

Tidak Hipertensi 89 32,2 29245 90,0

Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Status Merokok

Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)

n % n %

Merokok Hipertensi 45 62,5 527 5,5 28,46 (17,52-46,24)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 27 37,5 9001 94,5

Pernah merokok Hipertensi 24 64,9 276 15,4 10,16 (5,11-20,19)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 13 35,1 1519 84,6

Tidak merokok Hipertensi 136 70,1 2653 12,2 16,87 (12,37-23,00)

Ref (1,00)

Tidak Hipertensi 58 29,9 19092 87,8

Berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan stroke. Individu hipertensi pada laki-laki 23,07 kali lebih berisiko terkena stroke dibandingan dengan perempuan. Berdasarkan usia, baik ≥40 tahun maupun <40 tahun mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan stroke. Individu hipertensi pada usia <40 tahun 24,05 kali lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan usia ≥40 tahun.


(53)

merokok mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan kejadian stroke. Individu hipertensi pada status merokok 28,46 lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan status pernah merokok dan tidak merokok.


(54)

41

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran variabel independen (hipertensi) dan variabel dependen (stroke) dilakukan dalam satu waktu. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahui secara pasti variabel independen yang diukur mendahului variabel dependen atau sebaliknya. Sehingga penelitian ini tidak dapat menjelaskan hubungan kausalitas menurut hubungan waktu terjadinya hipertensi dengan kejadian stroke.

2. Pengukuran variabel yang berpotensi bias informasi terjadi pada pengukuran variabel stroke, hipertensi dapat disebabkan karena hanya berdasarkan hasil wawancara tanpa validasi pencatatan diagnosis penyakit tersebut. Pada variabel status merokok, merokok dikategorikan menjadi 5 kategori. Kategori merokok menunjukan individu yang masih merokok pada saat diwawancara tetapi tidak dibedakan berdasarkan lama merokok, sehingga individu yang belum mempunyai risiko juga termasuk dalam kategori merokok.


(55)

B. Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu peneliti menggunakan data sekunder skala Provinsi pada penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Penelitian akan melakukan analisis lanjut berupa analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama untuk melihat hubungan hipertensi dengan stroke, tahap kedua untuk melihat hubungan hipertensi dengan stroke berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok).

1. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Proporsi individu hipertensi yang mengalami stroke mempunyai proporsi lebih besar dibandingkan dengan tidak hipertensi. Hasil penelitian menujukkan bahwa kejadian stroke terjadi pada penderita hipertensi (88,3%) lebih besar dibandingkan kejadian stroke pada penderita tidak hipertensi (11,7%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa sebagian besar individu hipertensi mengalami stroke (Sofyan, 2015).

Hipertensi akan memacu munculnya timbunan plak pada pembuluh darah besar (aterosklerosis). Timbunan plak akan menyempitkan lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi maka, timbul stroke (Rizaldy, 2010). Oleh karena itu, hasil analisis


(56)

menunjukkan individu hipertensi mempunyai proporsi lebih besar pada individu yang mengalami stroke dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami stroke. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan proporsi individu hipertensi yang mengalami stroke lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami stroke (Sofyan, 2015).

Individu hipertensi cenderung mengalami stroke dikarenakan hipertensi adalah faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian stroke. Hal tersebut sesuai dengan Luecknotte dan Meiner (2006), bahwa faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke adalah hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi pendarahan di otak yang dapat berakibat kematian. Stroke dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang tidak mengalir lancar di pembuluh yang sudah menyempit (Vitahealth, 2004).

2. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

a) Jenis kelamin

Jenis kelamin perempuan maupun laki-laki mempunyai proporsi stroke hampir sama. Meskipun demikian, proporsi individu dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami stroke lebih besar (51,5%) dibandingkan individu dengan jenis kelamin laki-laki (48,5%). Hasil penelitian ini serupa dengan yang


(57)

dilakukan oleh Yenni (2011) bahwa proporsi individu yang mengalami stroke berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas yang mengalami stroke berjenis kelamin perempuan.

Penelitian serupa juga ditemukan Darmanto (2014) di Bangsal dan Poliklinik Saraf RSUD DR. SOEDARSO Pontianak berdasarkan jenis kelamin, stroke banyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Estrogen dapat memberikan tambahan risiko untuk stroke iskemik. Penelitian yang dilakukan oleh women’s health initiative menemukan bahwa 16.608 perempuan (95% dari pasien tidak memiliki penyakit serebrovaskular sebelumnya) yang mendapat estrogen plus progestin meningkatkan stroke iskemik sebesar 44% (Palm dkk, 2012 dalam Darmanto, 2014).

Hal tersebut diperkuat oleh hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa mayoritas hipertensi adalah jenis kelamin perempuan sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke (Kemenkes, 2013). Usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki, sehingga jumlah penduduk perempuan lebih banyak ditemukan dibandingkan laki-laki sehingga, kemungkinan yang terambil sebagai sampel juga lebih banyak perempuan (Yenni, 2011). Stroke diderita oleh usia >40 tahun bahwa pada usia tersebut perempuan cenderung mengalami menopause (Kemenkes, 2013).


(58)

Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Palm dkk (2012) di Jerman bahwa proporsi stroke pada jenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Serupa dengan penelitian tersebut, Marlina (2011) melakukan penelitian di RSUP. H. Adam Malik Medan bahwa proporsi stroke pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Pada penelitian Sitorus (2002) di RSU Herna Medan juga menemukan hal serupa bahwa proporsi stroke kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa proporsi stroke lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (Sofyan, 2015). Kejadian stroke lebih besar pada jenis kelamin laki-laki karena perempuan cenderung mengalami stroke pasca menopause. Hal ini berkaitan dengan teori yang dikatakan bahwa kejadian stroke pada perempuan juga dikatakan meningkat pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL), dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).

Menurut buku stroke di usia muda oleh Holistic Health Solution (2011) bahwa laki-laki lebih berisiko terkena stroke daripada perempuan, namun penelitian menyimpulkan bahwa kematian akibat stroke lebih banyak pada perempuan. Risiko stroke 20% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Setelah


(59)

perempuan menginjak usia 55 tahun, kadar estrogen menurun karena menopause kemudian akibatnya risiko stroke lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Untuk itu, fokus pada faktor risiko yang dapat diubah, seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol, kurang aktivitas fisik, kegemukan maupun konsumsi alkohol berlebihan. Dengan mengetahui, menjaga, dan menangani faktor-faktor di atas risiko stroke dapat dikurangi.

b) Usia

Proporsi individu yang mengalami stroke kategori usia >40 tahun lebih besar dibandingkan dengan individu dengan kategori <40 tahun. Hasil penelitian Lestari (2010) bahwa kejadian stroke pada usia >55 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia 40-55 tahun. Hasil penelitian serupa juga ditemukan oleh Sofyan (2012) di Rumah Sakit Umum Sulawesi Tenggara bahwa kejadian stroke banyak terjadi di usia >55 tahun (67,5%) dibandingkan dengan usia 40-55 tahun (32,5%).

Telah terjadi pergeseran penyakit (transisi epidemilogi). Penyakit stroke tidak hanya menyerang kelompok usia di atas 50 tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan dalam sejumlah kasus, penderita penyakit stroke masih berusia di bawah 30 tahun (Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka risiko terkena stroke juga semakin besar. Hal


(60)

tersebut didukung oleh teori yang mengatakan bahwa setelah usia 55 tahun, setiap pertambahan usia 10 tahun maka risiko stroke meningkat dua kali lipat. Dua pertiga dari kasus stroke adalah usia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009).

Perubahan struktur pembuluh darah yang terjadi mulai dapat dilihat ketika seseorang memasuki umur 40 tahun (Usrin, 2013). Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak (Kristiyawati dkk, 2009).

c) Status merokok

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas individu dengan status tidak merokok mengalami stroke. Hal tersebut bisa saja terjadi karena adanya faktor lain yang menyebabkan stroke seperti hipertensi, kadar kolestrol tinggi, DM, PJK dan lain-lain. Pada tahun 2007 (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa sebanyak 40,5% populasi Indonesia adalah perokok pasif. Sumber yang sama menyebutkan bahwa 78,4% perokok pasif terpapar asap rokok di rumah, dan 85,4% terpapar asap rokok di


(61)

tempat makan umum (Gumilang, 2015). Menurut buku rahasia dan cara empatik berhenti merokok oleh dr. Aiman Husaini (2007) individu yang tidak merokok atau perokok pasif dikenal dengan nama involuntary smoking adalah istilah yang diberikan bagi mereka yang tidak merokok namun, mereka seolah dipaksa untuk menghirup asap rokok dari perokok aktif.

Perokok pasif lebih berbahaya 3 kali lipat dibandingkan dengan menghisap rokok sendiri (perokok aktif). Hal tersebut disampaikan oleh Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan bahwa 25% zat yang berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75% beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang disekelilingnya (Gumilang, 2015).

Kandungan rokok terdiri dari nikotin dan tar. Semakin meningkat kandungan nikotin dan tar maka semakin meningkat pula bahaya dari asap yang dihasilkan yang dihirup oleh perokok pasif. Perokok pasif mereka lebih rentan berbagai bahaya rokok bila menghirup asap sidestream yakni, asap yang dihasilkan dari rokok yang menyala bukan dari hisapan sendiri dibandingkan dengan mereka yang menghirup asap mainstream yakni, asap yang dihasilkan oleh perokok aktif (Husaini, 2007).

Meskipun hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas individu yang mengalami stroke berstatus tidak merokok, individu yang mengalami stroke dengan status merokok lebih besar


(62)

dibandingkan dengan individu status pernah merokok. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirtania dkk (2010) yang menunjukkan mayoritas individu yang mengalami stroke berstatus merokok.

Hasil penelitian didukung oleh teori bahwa serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Dengan demikian, merokok akan menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL kolestrol yang percepat aterosklerosis (Mahendra dkk, 2004).

3. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Hipertensi yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahanan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu hipertensi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke. Individu dengan status hipertensi mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan individu dengan status tidak hipertensi. Individu hipertensi mempunyai


(63)

risiko 17,92 kali terkena stroke dibandingkan individu tidak hipertensi dengan nilai 95% CI (14,05-22,86) menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik karena batas bawah kepercayaan 14,05 berada jauh di atas 1,0.

Pada penelitian ini tidak membedakan stroke berdasarkan jenisnya. Hal tersebut karena pada kuesioner Riskesdas 2013 hanya menanyakan kepada responden terkait mengalami atau tidak mengalami stroke dan tidak dibedakan berdasarkan jenis stroke. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Sukmawati (2011) individu hipertensi berisiko 20 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan individu tidak hipertensi. Penelitian lain juga mengatakan bahwa individu hipertensi mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terkena stroke dan mempunyai hubungan signifikan (Zhang, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk tahun 2010 di Kota Havana dan Provinsi Matanzas, Kuba bahwa individu yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena stroke. Berdasarkan hasil penelitian Sorganvi dkk di India tahun 2014 hipertensi meningkatkan risiko 3,80 kali terkena stroke. Hal tersebut karena tekanan darah diastolik diatas 100mmHg akan meningkatkan risiko terkena stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik yang normal (Mahendra dkk, 2004).

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa hipertensi dengan stroke berbanding lurus artinya individu dengan status hipertensi akan semakin berisiko terkena stroke. Hipertensi


(64)

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen. Endotel yang terkelupas menyebabkan membran basal bermuatan positif menarik trombosit yang bermuatan negatif, sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu terdapat pelepasan trombokinase sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke (Burhanuddin, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Sukmawati di Rumah Sakit Umum Pusat DR. KARIADI Semarang tahun 2011 menunjukkan bahwa antara hipertensi dengan kejadian stroke menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan. Hal ini berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Seseorang yang mengalami hipertensi akan menimbulkan aneurisma serta disfungsi endotelial pembuluh darah, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan menimbulkan emboli dan trombus sehingga berisiko tinggi menimbulkan stroke (Jenie, 2011 dalam Sukmawati, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (2002) di RSU Prof. Margono Soekarjo Purwokerto bahwa tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke iskemik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa individu dengan


(65)

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg mempunyai risiko 5,12 kali lebih besar terkena stroke iskemik dan individu dengan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg mempunyai risiko 3,10 kali lebih besar untuk terkena stroke iskemik (Prasetya, 2002 dalam Darmanto, 2014).

Hipertensi yang berlangsung kronik dapat menyebabkan disfungsi endotel. Endotel yang sehat akan mengeluarkan Nitrit Oxide (NO) yang nantinya berperan mengatur dilatasi dan konstriksi pembuluh darah secara seimbang. NO yang dihasilkan dari endotel yang mengalami disfungsi kadarnya akan berkurang sehingga akan timbul efek proinflamasi, prokoagulan, dan protrombotik yang bisa mengubah struktur pembuluh darah. Hipertensi juga akan meningkatkan stres oksidatif terhadap pembuluh darah. Kombinasi dari disfungsi endotel dan stres oksidatif ini akan mempercepat proses aterosklerosis yang selanjutnya mempersempit pembuluh darah dan menyebabkan pembentukan plak. Lumen pembuluh darah yang menyempit dapat menyebabkan gangguan perfusi di jaringan otak sehingga sel-sel neuron intraserebral lebih rentan terhadap kejadian stroke dan adanya plak berisiko untuk terlepas sebagai embolus sehingga menyebabkan stroke iskemik (Aiygari & Philip, 2011 dalam Darmanto, 2014).

4. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

a) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut jenis


(66)

kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko stroke pada individu hipertensi berjenis kelamin laki-laki 23,07 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan perempuan ditunjukkan dengan nilai 95% CI (16,44-32,39) menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik karena batas bawah kepercayaan 16,44 berada jauh di atas 1,0.

Hasil penelitian ini didukung oleh Zhang (2008) yang menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai risiko 0,95 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan perempuan. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspita dan Putro (2008) yang mendapatkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko sebesar 4,37 kali terkena stroke. Jenis kelamin laki-laki cenderung lebih berisiko terkena stroke karena perempuan cenderung mengalami stroke pasca menopause. Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali berisiko dibanding dengan perempuan (Mahendra dkk, 2004).

Teori yang mendukung laki-laki lebih cenderung berisiko stroke karena kejadian stroke pada perempuan meningkat pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006). Pola hidup laki-laki lebih banyak memiliki kebiasaan merokok daripada perempuan dan kebiasaan merokok ini merupakan salah satu faktor


(67)

risiko yang dapat diperbaiki pada individu stroke. Insiden stroke pada perempuan diperkirakan lebih rendah dibandingkan laki-laki, akibat dari adanya estrogen yang berfungsi memberikan proteksi pada proses aterosklerosis. Dilain pihak, pemakaian hormon estrogen dengan dosis tinggi pada laki-laki dapat mengakibatkan peningkatkan kematian akibat kardiovaskuler (Japardi, 2002). b) Usia

Hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut usia menunjukkan bahwa usia ≥40 tahun berisiko 10,46 kali terkena stroke sedangkan, usia <40 tahun berisiko 24,05 kali terkena stroke ditunjukkan dengan nilai 95% CI (8,05-71,79) menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik karena batas bawah kepercayaan 8,05 berada jauh di atas 1,0. Confidence Interval yang lebar dikarenakan jumlah penderita stroke pada usia <40 tahun sedikit.

Hal tersebut menunjukkan bahwa individu hipertensi pada usia <40 tahun mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan usia ≥40 tahun. Hal tersebut didukung oleh Woro Riyadina dan Ekowati Rahajeng (2011) di Kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor bahwa usia 35-44 tahun mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan usia 55-65 tahun.

Telah terjadi pergeseran penyakit (transisi epidemilogi). Penyakit stroke tidak hanya menyerang kelompok usia di atas 50


(68)

tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan dalam sejumlah kasus, penderita stroke masih berusia di bawah 30 tahun (Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013). Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda di perkotaan modern. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera mungkin meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kurang berolahraga dan stress, telah menjadi gaya hidup seseorang terutama di perkotaan padahal perilaku tersebut merupakan faktor-faktor risiko penyakit stroke (Sitorus, 2008).

Adanya perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kurang berolahraga dan stres mengakibatkan pergeseran usia risiko terkena stroke yaitu usia muda <40 tahun. Hipertensi yang timbul saat usia muda (≤ 40 tahun) berisiko akan timbul komplikasi 5-10 tahun kemudian, salah satunya stroke iskemik. Proses penuaan yang terjadi, dalam kasus stroke terutama berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada pembuluh darah. Perubahan yang terjadi mulai dapat dilihat ketika seseorang memasuki umur 40 tahun (Usrin, 2013).


(1)

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 6 562 568

% within Stroke 46.2% 3.4% 3.5%

tidak Count 7 15770 15777

% within Stroke 53.8% 96.6% 96.5%

Total Count 13 16332 16345

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 70.650a 1 .000

Continuity Correctionb 58.490 1 .000

Likelihood Ratio 22.921 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 70.645 1 .000 N of Valid Casesb 16345

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .45. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 24.052 8.057 71.799

For cohort Stroke = ya 23.808 8.027 70.615 For cohort Stroke = tidak .990 .981 .998


(2)

4.

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin Laki-Laki

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 91 988 1079

% within Stroke 61.9% 6.6% 7.1%

tidak Count 56 14030 14086

% within Stroke 38.1% 93.4% 92.9%

Total Count 147 15018 15165

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.743E2a 1 .000

Continuity Correctionb 665.905 1 .000

Likelihood Ratio 300.607 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 674.206 1 .000 N of Valid Casesb 15165

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.46. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 23.076 16.440 32.390

For cohort Stroke = ya 21.214 15.296 29.422 For cohort Stroke = tidak .919 .903 .936


(3)

5.

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin Perempuan

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 114 2468 2582

% within Stroke 73.1% 13.7% 14.2%

tidak Count 42 15582 15624

% within Stroke 26.9% 86.3% 85.8%

Total Count 156 18050 18206

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.484E2a 1 .000

Continuity Correctionb 443.564 1 .000

Likelihood Ratio 280.318 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 448.407 1 .000 N of Valid Casesb 18206

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.12. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 17.137 12.000 24.473

For cohort Stroke = ya 16.424 11.559 23.338 For cohort Stroke = tidak .958 .950 .966


(4)

6.

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 45 527 572

% within Stroke 62.5% 5.5% 6.0%

tidak Count 27 9001 9028

% within Stroke 37.5% 94.5% 94.0%

Total Count 72 9528 9600

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.139E2a 1 .000

Continuity Correctionb 403.794 1 .000

Likelihood Ratio 165.063 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 413.856 1 .000

N of Valid Casesb 9600

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 28.466 17.524 46.240

For cohort Stroke = ya 26.305 16.448 42.071 For cohort Stroke = tidak .924 .902 .947


(5)

7.

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Pernah Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 24 276 300

% within Stroke 64.9% 15.4% 16.4%

tidak Count 13 1519 1532

% within Stroke 35.1% 84.6% 83.6%

Total Count 37 1795 1832

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 64.837a 1 .000

Continuity Correctionb 61.274 1 .000

Likelihood Ratio 44.859 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 64.802 1 .000

N of Valid Casesb 1832

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.06. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 10.161 5.111 20.197

For cohort Stroke = ya 9.428 4.856 18.305 For cohort Stroke = tidak .928 .897 .960


(6)

8.

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Tidak Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 136 2653 2789

% within Stroke 70.1% 12.2% 12.7%

tidak Count 58 19092 19150

% within Stroke 29.9% 87.8% 87.3%

Total Count 194 21745 21939

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.810E2a 1 .000

Continuity Correctionb 575.767 1 .000

Likelihood Ratio 345.316 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 580.947 1 .000 N of Valid Casesb 21939

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.66. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 16.874 12.376 23.008

For cohort Stroke = ya 16.100 11.870 21.837 For cohort Stroke = tidak .954 .946 .962


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

1 55 70

Distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia (analisis data Riskesdas tahun 2013

0 35 101

Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data Riskesdas tahun 2013

13 72 84

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN STROKE

0 2 48

HUBUNGAN HIPERTENSI TIDAK TERKONTROL DENGAN KEJADIAN STROKE ULANG DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Hubungan Hipertensi Tidak Terkontrol Dengan Kejadian Stroke Ulang Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.

0 3 15

PENDAHULUAN Hubungan Hipertensi Tidak Terkontrol Dengan Kejadian Stroke Ulang Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.

0 1 4

HUBUNGAN HIPERTENSI TIDAK TERKONTROL DENGAN KEJADIAN STROKE ULANG DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Hubungan Hipertensi Tidak Terkontrol Dengan Kejadian Stroke Ulang Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN KEJADIAN STROKE DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Hubungan Antara Hipertensi Dan Kejadian Stroke Di Rsud Kraton Kabupaten Pekalongan.

1 6 15

Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia yang Menderita Diabetes Melitus (Data Riskesdas 2013)

1 3 12

HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI USIA PRODUKTIF DI KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN KONSUMSI JUNK FOOD DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI USIA PRODUKTIF DI KOTA YOGYAKARTA - DIGILIB UNIS

0 0 17